BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Seksio Sesarea
2.1.1 Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus ibu Oxorn dan Forte, 2010.
2.1.2 Sejarah Seksio Sesarea
Menurut Cunnigham, et al. 2013, asal istilah sesarea caesar masih belum jelas. Namun, ada tiga penjelasan yang telah dikemukakan mengenai hal ini
yaitu: 1.
Caesar diambil dari nama pemimpin militer dan politik yaitu Julius Caesar. Menurut legenda, Julius Caesar dilahirkan dengan cara ini.
Namun, ibu Julius Caesar hidup selama bertahun-tahun setelah kelahirannya yaitu pada tahun 100 SM hingga akhir abad ke-17 dan
operasi itu hampir selalu berakibat fatal.
2. Penjelasan yang menyatakan bahwa nama operasi ini berasal dari hukum
Romawi yang dibuat oleh Numa Pompilius abad ke-8 SM. Ia memerintahkan agar prosedur ini dilakukan pada wanita yang sekarat pada
beberapa minggu terakhir kehamilan dengan harapan bayinya dapat diselamatkan. Penjelasan ini menyatakan bahwa lex regia hukum atau
peraturan kaisar saat pertama kali disebut berubah menjadi lex caesar, lalu dikenal sebagai operasi caesar. Istilah Jerman Kaisersschnitt sayatan
kaisar mencerminkan asal istilah ini.
3. Kata caesar berasal dari bahasa Latin pada abad pertengahan yaitu
caedere yang artinya “memotong”. Penjelasan inilah yang tampak paling masuk akal, tetapi kapan pertama kalinya istilah ini dipakai untuk operasi
masih belum jelas. Karena “seksio” berasal dari bahasa Latin yaitu seco
Universitas Sumatera Utara
yang juga berarti memotong, istilah seksio sesarea tampaknya merupakan pengulangan tanpa menambah kejelasan.
Seksio sesarea profesional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800, seksio sesarea jarang dilakukan dan
biasanya berakibat fatal. Pada tahun 1877, terdapat 33 kematian ibu dari 35 pembedahan sesarea yang dilakukan di London dan Edinburgh Oxorn dan Forte,
2010.
2.1.3 Tipe-Tipe Seksio Sesarea
Menurut Oxorn dan Forte 2010, ada beberapa tipe seksio sesarea yaitu: 1.
Seksio Sesarea Abdominalis Insisi Abdominal Pemilihan insisi abdominal pada seksio sesarea didasarkan pada tipe inisisi
uterus yang direncanakan dan perlu atau tidaknya jalan masuk ke perut bagian atas. Seksio sesarea segmen bawah rahim terdiri dari insisi
melintang dan insisi membujur inisisi Pfannenstiel pada abdomen Benson dan Pernoll, 2009.
Insisi abdominal terdiri dari: a.
Insisi Abdominal Melintang Cara ini memungkinkan persalinan seksio sesarea yang aman, sehingga
insisi tipe ini merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan. Setelah memasuki peritoneum, letak lipatan peritoneum
vesicouterina ditentukan, lalu diinsisi melintang. Lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama dengan kandung
kemih didorong ke bawah, kemudian ditarik agar tidak menutupi lapangan pandang. Pada segmen bawah uterus, dibuat insisi melintang
yang kecil. Selanjutnya, luka inisisi ini dilebarkan ke samping dengan menggunakan jari-jari tangan dan berhenti di dekat daerah pembuluh-
pembuluh darah uterus. Kepala janin diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya, kemudian plasenta dan selaput ketuban.
Lalu, insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut
Universitas Sumatera Utara
bersambung satu lapis atau dua lapis. Kemudian, lipatan vesicouterina dijahit kembali pada dinding uterus dan dinding abdomen ditutup lapis
demi lapis Oxorn dan Forte, 2010.
Insisi melintang ini memberikan hasil kosmetik yang lebih baik dan pasien dapat mengenakan pakaian renang bikini tanpa terlihat luka
parut. Selain itu, penyembuhan lebih cepat, insisi tidak terlalu sakit, dan risiko pembentukan hernia lebih kecil Benson dan Pernoll, 2009.
b. Insisi Abdominal Membujur
Inisisi dilakukan setinggi selubung rektus anterior yang dibebaskan dari lemak subkutan untuk memperlihatkan fascia selebar 2 cm di linea
mediana dengan menggunakan skalpel. Teknik lainnya yaitu dengan membuat luka kecil, kemudian menginsisi lapisan fascia dengan
gunting. Insisi harus cukup panjang supaya bayi dapat dilahirkan dengan mudah. Oleh sebab itu, panjang insisi harus sesuai dengan
perkiraan ukuran janin Cunningham, et al., 2013.
Keuntungan dari inisisi ini adalah lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan insisi melintang dan merupakan jalan masuk yang lebih baik ke
perut bagian atas Benson dan Pernoll, 2009.
2. Seksio Sesarea Klasik
Seksio sesarea klasik merupakan tindakan yang paling sederhana. Indikasi seksio sesarea klasik adalah plasenta previa, letak janin melintang, dan jika
persalinan cepat sangat penting Benson dan Pernoll, 2009. Insisi dilakukan secara longitudinal di garis tengah dengan menggunakan skalpel
ke dalam dinding anterior uterus, lalu dilebarkan ke atas dan ke bawah dengan gunting berujung tumpul. Bayi sering dilahirkan dengan bokong
terlebih dahulu sehingga diperlukan luka insisi yang lebar. Janin dan plasenta dikeluarkan, lalu uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada
Universitas Sumatera Utara
masa modern ini, seksio sesarea klasik sudah hampir tidak dilakukan lagi Oxorn dan Forte, 2010.
3. Seksio Sesarea Ekstraperitoneal
Seksio sesarea ekstraperitoneal dilakukan untuk menghindari histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas. Ada 3 metode dalam
seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu metode Waters, Latzko, dan Norton. Namun, tekniknya relatif sulit sehingga dapat masuk ke dalam cavum
peritoneal dan dapat menyebabkan peningkatan insiden cedera vesicourinaria. Sekarang, tindakan ini sudah jarang digunakan karena
tersedianya darah, antibiotik, penurunan insiden kasus terlantar, dan perawatan prenatal yang lebih baik. Walaupun demikian, metode ini tidak
boleh dibuang karena dapat digunakan sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu Oxorn dan Forte, 2010.
4. Histerektomi Sesarea
Histerektomi sesarea merupakan seksio sesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Secara teknis, histerektomi sesarea sama seperti
histerektomi lainnya, kecuali dalam hal ukuran uterus dan kerapuhan jaringanpembuluh darah yang luar biasa. Indikasi histerektomi sesarea
adalah kegagalan mengendalikan perdarahan misalnya: akibat atoni yang tidak terkendali, plasenta previa, ruptur uteri, plasenta akreta, infeksi
masif uterus yang melibatkan nekrosis jaringan, dan tumor uterus atau serviks misalnya: leiomioma uteri, karsinoma serviks in situ.
Histerektomi subtotal misalnya: meninggalkan serviks dilakukan untuk kasus-kasus yang mengancam keselamatan pasien akibat lamanya operasi
biasanya perdarahan dan risiko histerektomi total. Dengan kata lain, tujuan histerektomi subtotal adalah menyelesaikannya secepat mungkin
Benson dan Pernoll, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Purwoastuti dan Walyani 2015, seksio sesarea dibagi menjadi elektif dan darurat.
1. Seksio sesarea elektif
Seksio sesarea telah direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin.
2. Seksio sesarea darurat
Seksio sesarea darurat dilakukan ketika proses persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu
maupun janin. Menurut Benson dan Pernoll 2009, ada beberapa faktor risiko terjadinya seksio sesarea daruratyaitu bagian terbawah janin
letaknya sangat rendah atau sangat tinggi, tidak ada tanda-tanda persalinan atau persalinan sangat lama, umur kehamilan muda, pecah selaput ketuban
pada saat persalinan, riwayat seksio sesarea, dan keterampilan operator.
2.1.4 Penyebab Peningkatan Angka Seksio Sesarea