Kondisi Eksisting Weaving HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar hambatan kelancaran lalu lintas pada jaringan jalan perkotaan disebabkan oleh tingkat pelayanan persimpangan yang kurang memadai. Dalam merencanakan persimpangan sebidang, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah keandaan fisik, lahan, biaya konstruksi, dan lingkungan.

4.1. Kondisi Eksisting Weaving

Kondisi persimpangan saat ini adalahmenggunakan weaving yang akan mempengaruhi pergerakan arus lalu lintas terutama pada saat pergerakan u-turn pada ruas jalan dua arah dan terbagi maka kemacetan yang terjadi akan bertambah dan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas akan semakin besar, terutama dititik- titik bukaan median. Guna tetap mempertahankan tingkat pelayanan jalan secara keseluruhan pada daerah perputaran balik arah, secaraproporsional kapasitas jalan yang terganggu akibat sejumlah arus lalu-lintas yang melakukan gerakan putar arah u- turnperlu diperhitungkan. Fasilitas median yang merupakan area pemisahan antara kendaraan arus lurus dankendaraan arus balik arah perlu disesuaikan dengan kondisi arus lalu-lintas, kondisi geometrik jalan dan komposisiarus lalu- lintas. Gerakan Kendaraan Berputar Balik Arah Universitas Sumatera Utara 1. Tahap Pertama, kendaraan yang melakukan gerakan balik arah akan mengurangi kecepatan dan akan berada pada jalur paling kanan. Perlambatan arus lalu-lintas yang terjadi sesuai teori car following mengakibatkan terjadinya antrian yang ditandai dengan panjang antrian, waktu tundaan dan gelombang kejut. 2. Tahap Kedua, saat kendaraan melakukan gerakan berputar menuju ke jalur berlawanan, dipengaruhi oleh jenis kendaraan kemampuan manuver, dan radius putar. Manuver kendaraan berpengaruh terhadap lebar median dan gangguannya kepada kedua arah searah dan berlawanan arah. Lebar lajur berpengaruh terhadappengurangan kapasitas jalan untuk kedua arah. Apabila jumlah kendaraan berputar cukup besar, lajur penampung perlu disediakan untuk mengurangi dampak terhadap aktivitas kendaraan di belakangnya. 3. Tahap Ketiga, adalah gerakan balik arah kendaraan, sehingga perlu diperhatikan kondisi arus lalu-lintas arah berlawanan. Terjadi interaksi antara kendaraan balik arah dan kendaraan gerakan lurus pada arah yang berlawanan, dan penyatuan dengan arus lawan arah untuk memasuki jalur yang sama. Pada kondisi ini yang terpenting adalah penetapan pengendara sehingga gerakan menyatu dengan arus utama tersedia. Artinya, pengendara harus dapat mempertimbangkan adanya senjang jarak antara dua kendaraan pada arah arus utama sehingga kendaraan dapat dengan aman menyatu dengan arus utama gap acceptance, dan fenomena mergingdan weaving. Universitas Sumatera Utara Pada tahap pertama dan tahap ketiga, parameter analisis adalah senjang waktu antar kendaraan pada suatu arus lalulintas,senjang jarak, gap dan time space gap. Untuk itu perlu diperhitungkan frekuensi kedatangan dan criticalgap. Pada tahap pertama, karena ada gerakan kendaraan membelok, arus utama akan terpengaruh oleh perlambatanarus dan ini mempengaruhi kapasitas jalan. Dengan demikian perlu diperhitungkan kecepatan arus bebas dankapasitas aktualnya. Faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas adalah rasio antara arus belok dan arus utama, panjang daerah weaving,lebar daerah weaving dan lebar rata-rata daerah putar. Panjang antrian dan waktu yang ditimbulkan harusdiminimumkan, dihitung dengan : Delay total = fungsi flow rate lalu-lintas searah, flow rate lalu- lintas berlawanan,jumlah lajur searah, jumlah lajur berlawanan dan komposisi kendaraan. Jalan mempunyai dua fungsi yang sangat berbeda, yaitu pergerakan menerus atau mobilitas dan akses ke tata gunalahan. Kedua fungsi tersebut adalah penting dan tidak ada perjalanan dibuat tanpa keduanya. Pengemudi akan secaracepat mencari fasilitas yang menyenangkan ketika masuk ke dalam sistem jaringan jalan. Fasilitas tersebut yangdalam perancangan atau peraturan adalah tidak terpengaruh oleh pergerakan akses ke tata guna lahan. Perancanganmemungkinkan untuk arus menerus pada jarak yang cukup jauh dengan kecepatan yang relatif tinggi. Pengemudiakan menggunakan suatu fasilitas untuk bagian terbesar dari perjalanan dalam hal meminimumkan waktu perjalanantotal. Segmen jalan yang didefinisikan sebagai jalan perkotaan adalah jika pada sepanjang atau hampir sepanjangsisi jalan mempunyai perkembangan tata guna lahan secara permanen dan menerus. Kinerja suatu ruas jalan Universitas Sumatera Utara akantergantung pada karakteristik utama suatu jalan yaitu kapasitas, kecepatan perjalanan rata-rata dan tingkatpelayanannya ketika dibebani lalu lintas MKJI, 1997. Beberapa pilihan penyelesaian masalah persimpangan aka nada seteleh dilakukannya Inspeksi Keselamatan Jalan pada persimpangan. Setelah analisis penyebab konflik akan menjadi penilaian dalam faktor reduksi kecelakaan, karakteristik persimpangan dan biaya penanggulangannya. Bentuk kendali utama di persimpangan adalah : 1. Tanpa kendali fisik – pergerakan kendaraan diatur berdasarkan tata-cara berlalulintas di belokan atausimpangan; 2. Jalan prioritas major dengan rambu‘laranganberjalan terus Berhenti atau Beri Jalan; 3. Bundaran; 4. APILL, dengan kendali penuh atau sebagian untuklalu lintas yang berbelok kanan. 5. Persimpangan tak sebidang, dengan flyoverunderpass Beberapa persimpangan akan lebih tepatmenggunakan APILL, atau rambu “larangan berjalanterus Berhenti atau Beri Jalan”, atau bundaran. Untukmemaksimalkan keselamatan di persimpangan, kitaharus menjamin kesamaan kendali di semua jenispersimpangan. Untuk mencapai kesamaan itu, harusada standar desain persimpangan dan kendali lalulintas di persimpangan. Faktor utama dalam memutuskan penggunaan APILL di pesimpangan adalah ketersediaan ruang keselamatan. Jika ada celah di arus lalu lintas utama yang dapat secara berkeselamatan menampung lalu lintas yang masuk dari sisi Universitas Sumatera Utara jalan hamper sepanjang waktu, kita dapat memutuskan untuk menunda APILL, ketika volume kendaraan mengingkat di jalan utama atau di jalan kecil celah keselamatan semakin hilang dan kebutuhan untuk memasang APILL meningkat. Mengingat akan dibangunnya jalan lingkar luar Kota Medan akan memberi dampak meningkatnya volume kendaraan pada persimpangan ini yang merupakan pertemuan dari jalan lingkar utara dan jalan lingkar selatan Kota Medan menuju Bandara Kualanamu. 4.2. Tahap Desain Persimpangan 4.2.1 Kapasitas Perimpangan