Pertumbuhan Lalu lintas Parameter Kelancaran Lalu Lintas

2.11 Pertumbuhan Lalu lintas

Dalam merencanakan pembangunanpeningkatan suatu jalan sangat penting untuk diketahui tingkat pertumbuhan Lalu lintas. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan perkiraan jumlah kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut dimasa yang akan datang, atau pada umur rencana. Dengan diketahuinya perkiraan jumlah kendaraan yang akan lewat, maka dapat direncanakan suatu jalan dengan tingkat pelayanan “Level of Service” seperti yang diharapkan. Volume Lalu lintas dimasa yang akan datang jumlahnya didapat dari volume Lalu lintas masa kini ditambah volume Lalu lintas yang terjadi pada tahun-tahun yang bersangkutan. Pertumbuhan Lalu lintas dihitung berdasarkan data jumlah kendaraan dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan Lalu lintas sebetulnya tidaklah sama untuk setiap tahunnya. Pada tahun pertama mungkin lebih besar dari tahun- tahun sebelumnya atau sebaliknya. Namun karena waktu peninjauannya cukup lama, maka pertumbuhannya dirata-ratakan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan pertumbuhan Lalu lintas sebesar 6.67 per tahun. Pertumbuhan Lalu lintas ini dipengaruhi oleh jumlah kendaraan dan dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Untuk menghitung jumlah LHR pada tahun ke –n, dihitung dengan rumus: LHR n = LHR 2005 1 + I n di mana: i = Angka pertumbuhan Lalu lintastahun dalam n = Umur rencana LHR = LHR tahun ke n Universitas Sumatera Utara

2.12 Parameter Kelancaran Lalu Lintas

Parameter kelancaran lalu lintas didasarkan oleh tingkat pelayanan jalan yang telah dibahas sebelumnya. Istilah tingkat pelayanan hanya dikenal di Negara-negara yang memiliki karakteristik lalu lintas relatif seragam di seluruh wilayah negaranya seperti Amerika Serikat dan Australia. Istilah ini menurut HCM TRB’ 1985 merupakan ukuran kualitatif yang menerangkan kondisi operasional dalam arus lalu lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan pada umumnya dinyatakan dalam kecepatan, waktu tempuh, kebebasan bergerak, interupsi lalu lintas, kenyamanan dan . Karena itu berkaitan dengan persepsi pemakai jalan, maka Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997, tidak menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Persepsi kenyamanan bagi masyarakat Sumatera Utara misalnya, belum tentu sama dengan masyarakat Yogyakarta. Sebagai gantinya Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 menggunakan beberapa ukuran kinerja sebagai berikut: a. Derajat Kejenuhan DS b. Antrian QL c. Tundaan D Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN