justrumerupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosialMulyana, 2001: 68-70.
2.2.5 Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan
yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali mencampur adukan
ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati gender. Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang
pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis dan tepat serta
cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam
masyarakatnya. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas
Puspitawati 2013 : 1.
2.2.5.1 Stereotip Terhadap Peran Gender
Stereotip adalah elemen kognitif dari pasangka : keyakinan tentang karakteristik khas dari anggota suatu kelompok Taylor,dkk 2009 : 210. Dalam
Baron, dkk 2003:230 menyebutkan stereotip adalah keyakinan bahwa semua anggota kelompok social tertentu memiliki karakterikstik atau traits yang sama.
Stereotip adalah kerangka berfikir kognitif yang sangat mempengaruhi pemrosesan informasi social yang datang. Sterotip sendiri sangat dekat kaitannya
dengan ciri personalitas suatu kelompok. Stereotip juga sangat mempengaruhi pemikiran atau pendapat seseorang mengenai suatu kelompok. Banyak efek yang
diakibatkan oleh adanya stereotip. Hasil studi yang dilakukan oleh beberapa psikolog Barat, dapat disimpulkan bahwa efek dari stereotipe antara lain adalah
diskriminasi kelompok minoritas dan lemah. Demikian pula stereotipe terhadap peran gender. Salah satu contoh adalah
anak gadis dianggap baik kalau melakukan pekerjaan rumah, laki-laki tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
bermain boneka, dan lain sebagainya dimana perempuan dan laki-laki dibedakan atas dasar kepantasannya. Gender sendiri merupakan pelabelan atas laki-laki dan
perempuan. Kontruksi ini tidak lagi membedakan laki-laki dan perempuan atas perbedaan seks yang dimiliki. Dasar sosialisasi ini secara kuat telah membentuk
ideologi gender, melalui kontruksi sosial yang melembaga. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, perkasa, dan jantan Fakih dalam Nuraini,
majalahopini.co.cc . dalam Zaduqisti 2009 : 75. Dalam Maibarokah
2013:3 Stereotip dalam peran gender merupakan salah satu wujud bias gender seksisme, dalam buku “Gender dan Demokrasi” disebutkan stereotip merupakan
suatu pelebelan yang dilekatkan pada salah satu jenis kelamin baik perempuan dan laki-laki.
Perempuan atau wanita adalah kelompok yang sering mengalami stereotip dalam peran gender, wanita dikontruksikan sebagai makhluk yang perlu
dilindungi, kurang mandiri, tidak rasional, hanya mengandalkan perasaan, dan lain-lain. Konsekuensinya, muncul batasan-batasan yang menempatkan
perempuan pada ruang penuh dengan aturan baku yang perlu dijalankan. Padahal, banyak sisi positif dari perempuan yang membedakannya dengan laki-laki dan
jarang diekspos. Yaitu watak dan karakter. Seperti kemampuan pengendalian diri, kekuatan emosi, kepekaan sosial Zaduqisti 2009:75.Di Indonesia sendiri
stereotype berbasis gender seperti ini sering terjadi, terutama di beberapa suku yang melekat pada budaya di Indonesia. Contohnya saja stereotip bahwa wanita
adalah makhluk yang lemah sampai sekarang masih dianut oleh masyarakat. Menurut Betz Fitzgerald 1987 dalam Setiawati 2012 : 3 salah satu aspek
kehidupan yang dipengaruhi oleh gender ini adalah keterlibatan seseorang dalam suatu jenis pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kini laki-laki dan
perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memasuki dunia kerja di berbagai bidang, baik tradisional maupun non-tradisional. Bidang kerja tradisional
dideskripsikan sebagai suatu bidang kerja yang didominasi oleh perempuan, sementara bidang kerja nontradisional lebih didominasi oleh laki-laki .
`Parsons Bales dalam Megawangi, 1999 dan dalam Spence Buckner, 1995 juga menambahkan bahwa peran yang dijalankan oleh laki-laki adalah
Universitas Sumatera Utara
peran instrumental yang bertujuan untuk mencapai kepentingan kelompoknya, misalnya mencari nafkah, sedangkan peran perempuan dalam kelompoknya
adalah peran emosional atau ekspresif yang bertujuan menjaga keselarasan dan kerja sama dalam kelompoknya, misalnya peran sebagai pemberi cinta, perhatian
dan kasih sayang. Selanjutnya peran-peran ini akan disebut sebagai peran gender yaitu sekumpulan harapan akan kelaziman terhadap kegiatan-kegiatan yang pantas
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Setiawati 2012 : 3.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN