Kadar air basis kering adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat kering
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Ka
bk
=
Wa Wk
x 100=
Wt-Wk Wt-Wa
x 100 2.23
Dimana: Ka
bk
= Kadar air basis kering Wa
= Berat air dalam bahan g Wk
= Berat kering mutlak bahan g Wt
= Berat total g = Wa + Wk Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan
dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun
demikian yang diperoleh disebut juga sebagai berat bahan kering.
2.9. Moisture Ratio Rasio Kelembaban
Sama halnya dengan laju kadar air, rasio kelembaban juga mengalami penurunan selama proses pengeringan. kenaikan suhu udara pengeringan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai setiap tingkat rasio kelembaban sejak proses transfer panas dalam ruang pengeringan meningkat.
Sedangkan, pada suhu tinggi, perpindahan panas dan massa juga meningkat dan kadar air bahan akan semakin berkurang [7].
Rasio kelembaban moisture ratio pada pakaian selama pengeringan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
MR=
M
t
- M
e
M
o
- M
e
2.24
Dimana MR merupakan moisture ratio rasio kelembaban, M
t
merupakan kadar air pada saat t waktu selama pengeringan, menit, M
o
merupakan kadar air awal bahan, dan M
e
merupakan kadar air yang diperoleh setelah berat bahan
Universitas Sumatera Utara
konstan. Nilai satuan M
t
, M
o
dan M
e
merupakan persentase dari kadar air basis kering bahan.
2.10. Perhitungan Analisis Titik Impas Break Even Point
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan
rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui besarnya volume pendapatan dari pengeringan pakaian sehingga
produk pengeringan tidak mengalami kerugian. - Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan :
BEP =
–
2.25
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari objek yang dikeringkan. Proses ini sudah dikenal dan digunakan manusia sejak jaman dahulu.
Proses pengeringan buah anggur menjadi kismis dengan menggunakan energi matahari, berdasarkan penelusuran, telah dilakukan di Yunani pada tahun 1490
sebelum Masehi Sharma, 2007. Pada awalnya proses pengeringan hanya ditujukan untuk mengawetkan makanan. Tetapi, saat ini proses pengeringan telah
berkembang luas pada bidang-bidang lain seperti agroindustri, kimia, biokimia, farmasi, industri kertas, dan industri lainnya. Metode pengeringan juga semakin
berkembang, tidak hanya sekedar mengurangi kadar air tetapi juga mengontrol proses pengeringan untuk mendapatkan kualitas produk pengeringan yang lebih
baik. Selama beberapa dekade terakhir, penelitian telah banyak dilakukan untuk
menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan proses pengeringan dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pengeringan. Tujuan utamanya
adalah untuk mendapatkan proses-proses pengeringan yang lebih efektif dan efisien. Diperkirakan sekitar 250 paten Amerika dan 80 patent Eropa yang
berhubungan dengan proses pengeringan telah diterbitkan setiap tahunnya Mujumdar, 2004.
Proses pengeringan termasuk bidang yang banyak mengkonsumsi energi. Pada beberapa negara industri, konsumsi energi nasional yang digunakan untuk
pengeringan sangat signifikan. Negara-negara seperti USA, Kanada, Francis, dan Inggris melaporkan bahwa 10- 15 konsumsi energi nasionalnya digunakan
untuk pengeringan. Bahkan negara-negara seperti Jerman dan Denmark bahkan lebih besar lagi, sebesar 20-25. Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan
pengeringan merupakan salah satu bidang ilmu yang sedang berkembang dengan pesat.
Universitas Sumatera Utara