,
=
̇ ̇
2.16 ̇
=
̇ −
2.17 ̇
=
̇ ℎ − ℎ
2.18 Dimana ̇
adalah kalor yang dilepaskan oleh kondensor kJ, ̇ adalah kerja yang masuk dalam kompressor kJ,
̇ adalah laju aliran massa udara,
adalah panas spesifik udara, dan
masing-masing adalah suhu rata-rata udara keluar dan masuk kondensor. Dan
ℎ dan ℎ adalah entalpi pada tekanan evaporator dan kondensor.
2.6.6 Total Performance TP
Sebuah system kompresi uap dengan memanfaatkan evaporator dan kondensor sekaligus disebut dengan system kompresi uap hibrid. Kinerja dari
sebuah system kompresi uap hibrid dinyatakan dengan Total Performance TP, yang dirumuskan sebagai berikut :
=
2.19 dimana
adalah kalor yang diserap oleh evaporator, adalah kalor yang
dilepaskan oleh kondensor, dan adalah kerja Kompressor. Kalor yang diserap
oleh evaporator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
=
̇ ℎ − ℎ
2.20
2.6.7 Faktor Prestasi FP
Faktor Prestasi adalah perbandingan jumlah kalor yang dilepaskan kondensor dengan kerja kompressor
= =
2.21
2.7. Periode Laju Pengeringan
Menurut Henderson dan Perry 1955, proses pengeringan memiliki 2 dua periode utama yaitu periode pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan
periode laju pengeringan menurun. Kedua periode utama ini dibatasi oleh kadar air kritis critical moisture content.
Henderson dan Perry 1955 menyatakan bahwa pada periode pengeringan dengan laju tetap, bahan mengendung air yang cukup banyak, dimana pada
Universitas Sumatera Utara
permukaan bahan berlangsung penguapan yang lajunya dapat disamakan dengan laju penguapan pada permukaan air bebas. Laju penguapan sebagian besar
tergantung pada keadaan sekeliling bahan, sedangkan pengaruh bahannya sendiri relative kecil.
Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin berkurang. Perubahan
dari laju pengeringan tetap menjadi laju pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi pada kadar air yang berbeda pula.
Pada periode laju pengeringan menurun permukaan partikel bahan yang dikeringkan tidak lagi ditutupi oleh lapisan air. Selama periode laju pengeringan
menurun, energi panas yang diperoleh bahan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas yang sedikit sekali jumlahnya.
Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju pengeringan konstan dimana kadar air bahan lebih kecil daripada kadar air kritis Gambar 2.14.
Periode laju pengeringan menurun meliputi dua proses, yaitu: perpindahan dari dalam ke permukaan dan permindahan uap air dari permukaan bahan ke udara
sekitarnya.
Gambar 2.14 Grafik Hubungan Kadar Air Dengan Waktu.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : AB = Periode pemanasan
BC = Periode laju pengeringan menurun pertama CD = Periode laju pengeringan menurun pertama
DE = Periode laju pengeringan menurun kedua
2.8. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan
dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah bb. Berat bahan
kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap atau konstan
.
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering dry basis dan berdasarkan bobot basah wet basis.
Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Ka
bb
=
Wa Wt
x 100=
Wt-Wk Wt
x 100 2.22
Dimana: Ka
bb
= Kadar air basis basah Wa
= Berat air dalam bahan gram Wk
= Berat kering mutlak bahan gram Wt
= Berat total gram = Wa + Wk
Universitas Sumatera Utara
Kadar air basis kering adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat kering
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Ka
bk
=
Wa Wk
x 100=
Wt-Wk Wt-Wa
x 100 2.23
Dimana: Ka
bk
= Kadar air basis kering Wa
= Berat air dalam bahan g Wk
= Berat kering mutlak bahan g Wt
= Berat total g = Wa + Wk Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan
dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun
demikian yang diperoleh disebut juga sebagai berat bahan kering.
2.9. Moisture Ratio Rasio Kelembaban