2.3.2 Latar Waktu
Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi. Masalah kapan waktu tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya
atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah Nurgiyantoro, 1995:230. Novel Jeritan Lirih Menggambarkan latar waktu cerita Jepang pasca perang dunia ke-II tahun 1960.
2.3.3 Latar Sosial
Latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata
cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, serta bersikap Nurgiyantoro, 1995:233.
Jika dilihat dari latar sosialnya novel Jeritan Lirih ini, pengarang banyak mengggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat Jepang pada zaman Meiji.
Kemerosotan tradisin pasca perang dunia ke-II dan pemberontakan-pemberontakan yang masih dilakukan terhadap kaisar dan itu dipelopori oleh tokoh Takashi.
2.4 Psikoanalisa Sigmun Freud
Kehidupan jiwa oleh Freud dalam Alwisol 2009:13-14 dibagi dalam 3 bagian, yaitu : sadar conscious, prasadar preconscious, dan tak sadar uncounscious. Sadar adalah
tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada waktu tertentu. Hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental fikiran,persepsi, perasaan dan ingatan yang
masuk ke kesadaran. Prasadar adalah ingatan siap available memory, yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi prasadar berasal dari sadar
dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Materi tak-sadar yang sudah
berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti : mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
Tak-sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian yang terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting,
implus, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik biasanya pada masa anak-anak yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen dan teori psikoanalisa Freud maka psikoanalisa dikenal dengan adanya 3 aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebaik teknik
evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek diatas yang akan dibahas adalah teori kepribadian.
2.5.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
Sigmun Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari ketiga sistem yaitu Id, Ego, dan Super Ego, yang artinya bahwa setiap tingkah laku itu
ada unsur nafsu dorongan, unsur keadaan nyata dan unsur pengendalian yang terlepas dari benar atau salah, baik atau buruk Fadyartanta, 2006:102. Ketiga sistem pembentuk
kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia
yang kompleks. Sigmun Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu
struktur kepribadian, dinamika kepribadian seperti naluri insting dan kecemasan, serta perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem
kepribadian dan dinamika kepribadian. Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu Id Das Es, Ego Das Ich, dan Super Ego Das Ucher Ich. Perilaku manusia pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia yaitu Id, Ego dan Super Ego
yang ketiganya selalu bekerja dan jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri insting dan kecemasan sebagai
komponen penting bagi manusia untuk beraktifitas.
Sistem Kepribadian Id
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang
menjadi pedoman Id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu :
tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan Sumadi Suryabrata,
1993:145146. Ego
Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya Ego berpegang pada prinsip
kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena Ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhankebutuhan yang dapat
dipenuhi serta caracara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali Ego harus mempersatukan pertentanganpertentangan antara Id dan Super Ego. Peran Ego ialah menjadi
perantara antara kebutuhankebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan Sumadi Suryabrata, 1993:146147.
Super Ego
Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya
lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super Ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau
salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok Super Ego adalah merintangi dorongan Id terutama dorongan seksual dan agresif yang
ditentang oleh masyarakat. Mendorong Ego untuk lebih mengejar halhal yang moralistis daripada realistis dan mengejar kesempurnaan. Jadi Super Ego cenderung untuk menentang
Id maupun Ego dan membuat konsepsi yang ideal Sumadi Suryabrata, 1993:148149.
Dinamika Kepribadian
Menurut Freud dalam Alwisol 2009:18-20 manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik
juga membutuhkan energi yang disebut energi psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui Id beserta insting-instingnya.
Naluri Insting
Naluri Insting merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menutut pemuasan. Hasrat, motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah
energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian Alwisol, 2009:18.
Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu : Sumber insting adalah suatu kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan untuk
menghilangkan perangsangan masalah. Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu kembali memperoleh keseimbangan.
Tujuan insting bersifat konstan tidak berubah
Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untu mendapatkannya hingga sampai objek
didapat. Daya dorong insting adalah kekuatanintensitas kegiatan yang berbeda-beda setiap waktu.
Freud juga mengatakan naluri insting dapat dibagi kedalam dua macam insting yakni insting hidup dan insting mati.
Insting Hidup
Insting hidup disebut juga dengan eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup
adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesies. Contoh dari insting hidup itu adalah lapar, haus, dan seks. Energi
yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido Freud dalam Alwisol, 2009:19.
Insting Mati
Insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak, karena fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal.
Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah
mati”. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Suatu penjelmaan daripada insting mati ini adalah dorongan agresif.
Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan dua arah, yaitu kepada dirinya sendiri intern dan kepada orang lain ekstern. Insting kematian yang diarahkan
pada diri sendiri tampil pada tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menyakiti orang lain. Insting mati
mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup
umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, ditujukan ke orang lain.
Kecemasan
Menurut Freud dalam Alwisol 2009:22 kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan
yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan- ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai
oleh susunan saraf otonom. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tidak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu :
Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya
terhukum. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan Super Ego atas Ego individu
yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
2.5 Biografi Pengarang