17
dapat lakukan sendiri pemegang saham maka menurut asumsi MM perubahan struktur modal dalam pasar modal yang sempurna tidak memiliki nilai. Oleh
karena itu dua perusahaan sama dalam segala hal kecuali untuk struktur modal harus memiliki nilai total yang sama. Jika tidak, maka dapat dilakukan arbitrase
yang akan menyebabkan kedua perusahaan untuk menjual saham di pasar dengan nilai total yang sama. Dengan kata lain, arbitrase menghalangi subtitusi yang
sempurna terhadap penjualan saham dengan tingakat harga yang beragam dipasar yang sama.
2.1.2 Teori Risiko
Dalam sebuah investasi hal yang menjadi perhatian adalah pengembalian dari investasi return dan risiko risk. Dalam teori investasi dikemukakan sebuah
asumsi “high risk high return, low risk low return”. Artinya dalam sebuah
investasi yang memiliki risiko yang tinggi akan memberikan pengembalian yang tinggi juga dan sebaliknya investasi yang memiliki risiko yang rendah akan
memberikan pengembalian yang rendah juga. Risiko memang identik dengan investasi, risiko dalam keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu risiko
sistematis systematic Riskdan risiko tidak sistematis Unsystematic Risk. Risiko sistematis Systematic Risk adalah James C. Van Horne dan John
M. Wachowicz; 2008 risiko yang terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti adanya perubahan dalam
perekonomian, adanya reformasi pajak oleh Kongres, atau perubahan situasi
Universitas Sumatera Utara
18
keuangan global. Risiko ini tak dapat dihindari oleh investor walaupun sudah memegang portofolio yang terdiversifikasi.
Komponen risiko kedua adalah risiko tidak sistematis Unsystematic Risk adalah risiko yang hanya dialami oleh beberapa perusahaan tertentu, maksudnya
antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lainny memiliki risiko ayang berbeda. Namun, dengan diversifikasi jenis risiko ini dapat dikurangi dan bahkan
dihilangkan jika diversifikasi efisien.
2.1.3 Capital Requirements
Permodalan bagi
bank berfungsi
sebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga
kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Untuk melihat
bagaimana modal melindungi sebuah lembaga keuangan dari risiko kebangkrutan, maka definisi dari modal haruslah tepat. Ada banyak definisi modal yang berbeda
dimana definisi modal dari seorang ekonom mungkin berbeda dari definisi seorang akuntan. Secara khusus, definisi modal untuk bankir memiliki arti khusus,
dimana modal merupakan saham yang dimiliki oleh pemilik lembaga keuangan atau investor, yang dimaksud saham disini adalah uang atau sebagian dari
kekayaan investor yang ditempatkan di perusahaan keuangan dengan harapan mendapatkan tingkat pengembalian yang kompetitif dari kontribusi dana.
Modal merupakan cushion yang dimiliki oleh bank dalam menghadapi penurunan tiba-tiba dalam nilai aset mereka atau penarikan tak terduga dari
Universitas Sumatera Utara
19
kewajiban. Modal dimaksudkan sebagai asuransi terhadap kebangkrutan bank yaitu kondisi dimana kewajiban suatu perusahaan melebihi asetnya. Stephen G.
Cecchetti: hal 295 Modal memiliki 3 fungsi utama Dahlan, siamat : 1993 hal 99 yaitu
fungsi operational, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan
perbankan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun dalam
prakteknya menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Penetapan jumlah modal suatu bank
Merupakan tugas pengawas bank. Menurut peraturan BIS lembaga perbanka harus memenuhi persyaratan
permodalan yang sesuai dengan aturan basle. Persyaratan modal ini dinamakan dengan Capital requirements, yang mana minimum Capital Requirements yang
ditetapkan oleh BIS adalah 8 . Capital Requirements dibuat pada tahun 1988 dalam Basel Accord dan hingga saat ini definisi dari Capital Requirements tetap
sama dan diterapkan dalam Basel II. Minimum Capital Requirements merupakan pilar yang pertama dari Basel II. Dibawah Basel I dan Basel II, definisi dari
Minimum capital Requirements terdiri dari 3 level atau tier modal. Tier tersebut adalah:
a Modal Tier 1 modal Inti. Tier ini terdiri dari elemen yang memiliki
kapasitas terbesar untuk menyerap kerugian yang terjadi setiap saat. Yang menjadi modal inti adalah saham ditambah saham utama
Universitas Sumatera Utara
20
nonkumulatif ditambah cadangan-cadangan dikurangi goodwill. Hal ini mencakup saham pemilik bank, keuntungan tak terbagi laba
ditahan, dan aset tak berwujud. b
Modal Tier 2 modal pelengkap. Tier ini dibentuk dari campuran komponen ekuitas secara umum a broad mix of near equity
components dan modal hybridinstrumen hutang. Tier 2 meliputi penyisihan cadangan untuk kerugian pinjaman dan sewa, saham
preferen atau instrumen utang yang bersifat subordinasi, tidak memiliki jangka waktu, pembayaran dividen atau imbal hasil bersifat
non kumulatif, dan tidak memiliki fitur step up. c
Modal Tier 3 atau modal pelengkap tambahan ditambahkan pada tahun 1995 dan hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan modal
pada risiko pasar. Dalam pilar capital requirements perhitungan jumlah modal dihitung
berdasarkan risiko. Untuk mengukur jumlah risiko menurut Bank Indonesia dapat digunakan 2 alternatif pendekatan yaitu pendekatan standar berlaku untuk seluruh
bank standardised model dan model yang dikembangkan secara internal sesuai dengan karakteristik kegiatan usaha dan profil risiko individual bank internal
model sehingga lebih sophisticated. Komparasi di antara 2 pendekatan ini, diharapkan dapat menghasilkan perhitungan kebutuhan modal yang lebih tepat
sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh bank dan memberikan insentif bagi bank untuk memaksimalkan portofolio dari asset mereka. Rumus berikut merupakan
gambaran perhitungan kecukupan modal bagi perbankan :
Universitas Sumatera Utara
21
Regulator adalah pihak berwenang menentukan jumlah modal pada perbankan yang menetapkan penambahan jumlah modal sesuai dengan
pertumbuhan aset berisiko. Dengan demikian fungsi modal sebagai cushion yang menyerap kerugian dapat dijalankan.
2.1.4 Risiko Perbankan