36
BAB III ASPEK HUKUM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT
A. Perjanjian Pengangkutan dan Objek Pengangkutan
1. Perjanjian pengangkutan
Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku
untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang perikatan, selama tidak ada pengaturan
khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.
46
Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpangpemilik barang.
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang danatau barang dari satu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian
pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi dan mengikat.
47
Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter charter
party , seperti carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun carter
kapal untuk mengangkut barang dagang.
48
Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antar pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut
46
Siti Nurbaiti. Op. Cit. hal. 13
47
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga Op.Cit. hal 41
48
Ibid. hal. 3
Universitas Sumatera Utara
mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, danatau orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar biaya angkutan. Defenisi pengangkutan yang dikemukakan oleh Purwosutjipto mempunyai
kekurangan, yaitu perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim seharusnya tidak dengan pengirim saja akan tetapi juga dengan orang atau
penumpang, begitu juga dengan kewajiban pengirim, seharusnya kewajiban pengririm atau orang karena pada kalimat untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang danatau orang sudah disebutkan. Sedangkan yang dimaksud
dengan “angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk
memperoleh nilai tambah untuk barang komersial maupun untuk tujuan non komersial.
49
Abdulkadir Muhammad mengura ikan istilah “pengangkutan” dengan
mengatakan bahwa pengangkutan meliputi tiga dimensi pokok yaitu : pengangkutan sebagai usaha business; pengangkutan sebagai perjanjian
agreement dan pengakutan sebagai proses process. Pengangkutan sebagai usaha business mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Berdasarkan perjanjian;
b. Kegiatan ekonomi di bidang jasa;
c. Berbentuk perusahaan;
d. Menggunakan alat pengangkutan mekanik
Mengenai pengangkutan sebagai proses process, yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju ke
49
Siti Nurbaiti. Op. Cit. hal. 14
Universitas Sumatera Utara
tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian agreement, pada umumnya
bersifat lisan tidak tertulis tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut carter
charterparty. Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan, yang didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian itu
sudah terjadi. Sarjana lainnya ada yang menyimpulkan bahwa pada pokoknya
pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
meninggikan manfaat serta efisiensi. Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa:
50
1 Sifat perjanjiannya adalah timbal-balik, baik antara pengangkut dengan
penumpang atau pengirim barang pengguna jasa, masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.
2 Penyelenggaraan pengangkutan didasarkan pada perjanjian, hal ini
berarti antara pengangkut dengan penumpang danatau pengirim barang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata. 3
Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang
lain atas perintahnya. Jika pengangkutan dilakukan oleh orang lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara.
4 Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang berarti barang dapat
diterima oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang
50
Ibid. hal.14
Universitas Sumatera Utara
lain. Sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah disepakati.
5 Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu
tidak berjalan
dengan selamat,
maka pengangkut
harus bertanggungjawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim
barang atau penumpang. Perjanjian pengangkutan dapat disimpulkan adalah sebagai perjanjian
timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak
lainnya berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut. Dari pengertian tersebut aspek yang terkandung di
dalamnya sangat jelas dapat disimpulkan bahwa perjanjian pengangkutan merupakan suatu perjanjian timbal balik yang mana antara pihak yang
bersangkutan dalam perjanjian saling memiliki kepentingan yang terikat. Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa sifat perjanjian
pengangkutan adalah timbal balik, artinya kedua belah pihak baik pengangkut maupun pengirimpenumpang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri.
Kewajiban pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,
sedangkan kewajiban pihak pengirimpenumpang adalah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang
dilakukan oleh pengangkut.
51
Dalam perjanjian pengangkutan sifatnya adalah timbal balik, terdapat unsur-unsur penting yang terkandung di dalamnya.
Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan memiliki unsur :
51
Hasnil Basri Siregar, Hukum Pengangkutan Medan: Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, 2002 hal. 65
Universitas Sumatera Utara
a Pelayanan berkala Pasal 1601 KUHPerdata, pemborongan pekerjaan
adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak
yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
b Unsur penyimpanan, adanya ketetapan dalam Pasal 468 ayat 1 KUH
Dag ang yang berbunyi : “perjanjian pengangkutan mewajibkan
kelompok pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang
tersebut ”.
c Unsur pemberian kuasa, hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 371 ayat
1 KUH Dagang yang berbunyi : “ Nahkoda diwajibkan selama dalam
perjalanan menjaga kepentingan para pemilik muatan, mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk itu dan jika perlu untuk itu
mengahadap ke muka hakim”. Kemudian pada ayat 3 berbunyi : “Dalam keadaan yang mendesak ia diperbolehkan menjual barang
muatan atau sebahagian dari itu atau guna membiayai pengeluaran- pengeluaran yang telah dilakukan guna kepentingan muatan tersebut,
meminjam uang dengan mempertaruhkan muatan sebagai jamina
n”. Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam
arti luas, yaitu kegiatan memuat, membawa dan menurunmembongkar, kecuali jika dalam perjanjian ditentukan lain. Pengangkutan dalam arti luas ini erat
hubungannya dengan tanggungjawab pengangkut apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Artinya, tanggungjawab pengangkut mulai berjalan sejak
penumpang danatau barang dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dari alat pengangkut atau barang dibongkar dari alat pengangkut atau
diserahkan kepada penerima.
52
Tanggungjawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian pengangkutan atau undang-undang
pengangkutan. Kewajiban utama pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban utama mengikat sejak penumpang atau pengirim
barang melunasi biaya pengangkutan. Di dalam perjanjian pengangkutan, terdapat pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.
52
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Op.Cit. hal 41
Universitas Sumatera Utara
Abdulkadir Muhammad menjelaskan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi kewajiban dan memperoleh
hak dalam perjanjian pengangkutan niaga. Adapun dalam perjanjian pengangkutan pihak-pihak tersebut adalah :
53
1.1 Pihak pengangkut Carrier
Secara umum, di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD Indonesia tidak dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.
Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
penumpang danatau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan. Dilihat dari sisi statusnya sebagai badan yang bergerak di bidang
jasa pengangkutan, pengangkut dapat di kelompokkan dalam empat jenis, yaitu : a.1 Perusahaan pengangkutan kereta api;
a.2 Perusahaan pengangkutan jalan; a.3 Perusahaan pengangkutan Perairan; dan
a.4 Perusahaan pengangkutan udara 1.2
Pihak penumpang passenger KUHDagang
Indonesia menggunakan kata “penumpang”. Penumpang passenger adalah semua orang yang ada di kapal, kecuali nahkoda Pasal 341
KUHDagang. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
menggunakan istilah “orang” untuk pengangkutan penumpang. Akan tetapi rumusan mengenai “orang” secara umum tidak diatur. Dilihat dari
pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia
53
Ibid, hal 53
Universitas Sumatera Utara
berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak
dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu
melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata.
54
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami kriteria penumpang menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yaitu : a.1 Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan.
a.2 Pihak tersebut adalah penumpang yang wajib membayar biaya pengangkutan
a.3 Pembayaran biaya pengangkutan dibuktikan oleh karcis yang dikuasai oleh penumpang
1.3 Pengirim consigner, shipper
KUHDagang Indonesia juga tidak mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim
adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari
pengangkut. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menentukan bahwa perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang danatau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan danatau
dilakukan pembayaran biaya pengangkutan oleh penumpang danatau pengirim barang. Karcis penumpang atau surat pengangkutan barang merupakan tanda
54
Ibid. hal. 65
Universitas Sumatera Utara
bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan Pasal 186 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Perusahaan pengangkutan umum wajib mengembalikan biaya pengangkutan yang telah dibayar oleh penumpang danatau pengirim barang, jika
terjadi pembatalan pemberangkatan Pasal 187 Undang-undang No. 22 Tahun 2009. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan, pengirim barang dalam
pengangkutan dengan kendaraan umum adalah : a.1 Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang, atau
orang yang bertindak atas nama pemilik barang, atau sebagai pihak penjual.
a.2 Membayar biaya pengangkutan. a.3 Pemegang dokumen pengangkutan barang.
1.1 Penerima Consignee
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan penerima mungkin pengirim sendiri mungkin juga pihak ketiga yang
berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam hal penerima adalah pihak ketiga
yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi
tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditentukan kriteria penerima menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu: a.1 Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim
a.2 Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan a.3 Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya.
Sebagaimana halnya dengan perjanjian –perjanjian lainnya, kedua belah pihak
diberikan kebasan seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal mengenai pengangkutan yang akan diselenggarakan itu. Apabila terjadi kelalaian pada salah
satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan sebagaimana berlaku untuk perjanjian-perjanjian pada umumnya dalam Buku III dari Kitab Undang-undang
Hukum Perdata.
55
Perjanjian pengangkutan yang dibuat bersama oleh para pihak haruslah memenuhi syarat-syarat yang pada umumnya dikenal di dalam masyarakat. Dalam
perjanjian pengangkutan secara tertulis terdapat syarat-syarat tertentu yang harus terkandung di dalamnya antara lain :
1. Surat perjanjian pengangkutan
Pasal 90 KUHDagang diterangkan bahwa surat angkutan merupakan perjanjian antara pengirimekspeditur dan pengangkutnahkoda. Sebetulnya tanpa
surat angkutan itu, perjanjian telah ada apabila telah tercapai persetujuan kehendak antara kedua belah pihak sehingga surat pengangkutan tadi hanya
merupakan surat bukti belaka mengenai perjanjian angkutan, sekedar untuk pengangkutannahkoda yang menerima barang agar sesuai dengan syarat-syarat
sebagaimana tertulis di dalam surat angkutan tersebut.
56
Di dalam surat perjanjian pengangkutan tersebut haruslah terdapat tanda tangan baik dari pihak pengangkut maupun pihak pengguna jasa angkutan
tentunya oleh orang yang berwenang untuk mengadakan perjanjian itu. Hal ini
55
R. Subekti., Aneka Perjanjian Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995 hal.70
56
Hasnil Basri Siregar, Op.Cit.hal.48
Universitas Sumatera Utara
karena dalam dalam perjanjian pengangkutan ini, terdapat sifat timbal balik antara pihak-pihak yang artinya bahwa setiap mereka yang terikat dalam perjanjian itu,
memiliki kewajiban-kewajiban tertentu yang harus mereka laksanakan, sehingga tanda tangan itu menjadi salah satu bentuk simbolis atau bukti bahwa mereka
telah sama-sama sepakat terhadap ketentuan-ketentuan apa saja yang ada dalam surat perjanjian itu dan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang tertuang
dalam surat perjanjian tersebut merupakan tanggungjawab mereka. Karena apabila salah satu pihak melanggar ketentuan dalam surat perjanjian itu, maka pihak yang
lain dapat menuntut dengan alasan wanprestasi. 2.
Isi surat angkutan Isi surat angkutan pada umunya berisi ketentuan-ketentuan dalam
pelaksanaan perjanjian dan mengenai biaya angkutan. Dalam mengisi isian jumlah biaya angkutan dari surat angkutan ini tidak perlu diisi seketika, karena
kemungkinan besar masih memerlukan banyak pertimbangan, pengukuran- pengukuran maupun perhitungan pertimbangan-pertimbangan serta penghitungan
barang-barang terlebih dahulu oleh pengangkut.
57
Adapun yang harus diisi adalah sebagai berikut :
a. Nama, berat atau ukuran barang-barang angkutan, merek-merek dan
jumlahnya; b.
Nama pihak dialamati c.
Nama dan tempat kediaman pengangkut d.
Jumlah biaya angkutan e.
Penanggalan surat angkutan f.
Penandatanganan pengirim atau ekspeditur
57
Ibid, hal. 51
Universitas Sumatera Utara
g. Apa-apa saja yang selanjutnya masih diperjanjikan antara pihak-
pihak.
58
Didalam perjanjian pengangkutan itu juga harus dicantumkan isi yang wajib dilakukan dalam menjalankan prestasi bagi pihak pengangkut, yaitu
pengangkut dengan itikad baik harus mengangkut dan menyelenggarakan pengangkutan barang-barang yang dipercayakan kepadanya itu dengan baik dan
dengan tepat waktu. Pengangkut selama proses pengangkutan yaitu mulai dari diterimanya barang sampai kepada sampainya barang itu ketempat tujuan, harus
memelihara dengan baik, sehingga barang yang telah dipercayakan kepadanya dapat dengan lengkap dan jelas diserahkan di tempat tujuan kepada yang berhak
menerimanya. 2
Objek pengangkutan Objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan hukum. Yang diartikan “objek hukum” pengangkutan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan. Tujuan hukum
pengangkutan adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan, maka yang menjadi objek hukum pengangkutan adalah:
a. Muatan barang;
b. Muatan penumpang;
c. Alat pengangkutan;
d. Biaya pengangkutan.
59
a. Muatan barang
58
Ibid, hal. 53
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994. hal 61
Universitas Sumatera Utara
Muatan barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang-undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan. Secara
fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu : 1.
barang berbahaya bahan-bahan peledak; 2.
barang tidak berbahaya; 3.
barang cair minuman; 4.
barang berharga; 5.
barang curah beras, semen,minyak mentah; dan 6.
barang khusus. b.
Muatan penumpang Muatan penumpang lazim disebut penumpang saja. Sama halnya dengan
barang, penumpang juga tidak ada definisinya dalam undang-undang. tetapi dilihat dari perjanjian pengangkutan selaku objek perjanjian, penumpang adalah
setiap orang yang berbeda dalam alat pengangkutan yang memiliki tiket penumpang, yang diangkut dari satu tempat ke tempat tujuan. Setiap penumpang
yang diangkut memperoleh pelayanan yang wajar dari pengangkut, bergantung dari jenis pengangkutan, jarak pengangkutan, jumlah biaya pengangkutan.
Pelayanan terutama terdiri dari makanan, minuman serta perawatan kesehatan ringan selama perjalanan. Selain itu, juga hiburan dan bacaan dalam perjalanan.
Pelayanan yang lebih baik terdapat pada pengangkutan udara dan pengangkutan laut. penumpang dengan kapal laut khusus, seperti kapal kambun.
c. Alat pengangkut
Sebagai pengusaha pengangkutan, pengangkut memiliki alat pengangkutan sendiri atau menggunakan alat pengangkutan orang lain dengan perjanjian sewa.
Alat pengangkutan darat adalah kenderaan bermotor yang dijalankan oleh
Universitas Sumatera Utara
pengemudi sopir. Alat pengangkutan jalan rel adalah kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkutan laut adalah kapal laut niaga yang dijalankan oleh
nakhoda. Alat pengangkutan udara adalah pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Sopir, masinis, nakhoda, pilot bukan pengangkut melainkan sebagai buruh
pengangkut yang dikuasai oleh hubungan hukum peburuhan Bab VII-A KUHPerdata. Semua alat pengangkutan harus memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh undang-undang. d.
Biaya pengangkutan Dalam KUHDagang tidak diatur secara umum mengenai biaya
pengangkutan. Tetapi dilihat dari perjanjian pengangkutan, biaya pengangkutan adalah kontra prestasi terhadap penyelenggaraan pengangkutan yang dibayar oleh
pengirim atau penerima atau penumpang kepada pengangkut. Dalam pengangkutan barang, biaya pengangkutan dapat dibayar lebih dahulu oleh
pengirim atau dibayar kemudian oleh penerima. Perhitungan jumlah biaya pengangkutan ditentukan juga oleh beberapa hal berikut ini:
1 Jenis pengangkutan yaitu pengangkutan darat, laut dan udara. Tiap
pengangkutan mempunyai biaya pengangkutan yang tidak sama. 2
Jenis alat pengangkutan yaitu bus, kereta api, kapal laut, pesawat udara. Tiap jenis alat pengangkutan mempunyai pelayanan dan
kenikmatan yang berbeda sehingga berbeda pula tarif yang ditetapkan. 3
Jarak pengangkutan yaitu jarak jauh atau jarak dekat. Jarak jauh memakan biaya pengangkutan lebih banyak dibandingkan jarak dekat.
4 Waktu pengangkutan yaitu cepat atau lambat. Pengangkutan yang
cepat ekspress kilat lebih besar biayanya dibandingkan dengan pengangkutan biasa lansam.
Universitas Sumatera Utara
5 Sifat muatan yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah busuk, mudah
pecah. Sifat ini mempunyai kemungkinan timbul kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan muatan yang mempunyai sifat tidak
berbahaya.
60
B. Fungsi dan Jenis Pengangkutan