36
BAB III ASPEK HUKUM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT
A. Perjanjian Pengangkutan dan Objek Pengangkutan
1. Perjanjian pengangkutan
Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa,  yang  dengan  sendirinya  tunduk  pada  ketentuan-ketentuan  yang  berlaku
untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam  Buku  ke  III  KUHPerdata  tentang  perikatan,  selama  tidak  ada  pengaturan
khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.
46
Sebelum  menyelenggarakan  pengangkutan,  terlebih  dahulu  harus  ada perjanjian  pengangkutan  antara  pengangkut  dan  penumpangpemilik  barang.
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pengangkut mengikatkan diri untuk  menyelenggarakan  pengangkutan  penumpang  danatau  barang  dari  satu
tempat  ke  tempat  tujuan  tertentu  dengan  selamat  dan  penumpang  atau  pemilik barang  mengikatkan  diri  untuk  membayar  biaya  pengangkutan.  Perjanjian
pengangkutan  selalu  diadakan  secara  lisan,  tetapi  didukung  oleh  dokumen  yang membuktikan  bahwa  perjanjian  sudah  terjadi  dan  mengikat.
47
Perjanjian pengangkutan  dapat  juga  dibuat  tertulis  yang  disebut  perjanjian  carter  charter
party , seperti carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun carter
kapal untuk mengangkut barang dagang.
48
Purwosutjipto  berpendapat  bahwa  perjanjian  pengangkutan  adalah  suatu perjanjian  timbal  balik  antar  pengangkut  dengan  pengirim,  dimana  pengangkut
46
Siti Nurbaiti. Op. Cit. hal. 13
47
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga Op.Cit. hal 41
48
Ibid. hal. 3
Universitas Sumatera Utara
mengikatkan  dirinya  untuk  menyelenggarakan  pengangkutan  barang,  danatau orang  dari  satu  tempat  ke  tempat  tujuan  tertentu  dengan  selamat,  sedangkan
pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar biaya angkutan. Defenisi pengangkutan yang dikemukakan oleh Purwosutjipto mempunyai
kekurangan,  yaitu  perjanjian  timbal-balik  antara  pengangkut  dengan  pengirim seharusnya  tidak  dengan  pengirim  saja  akan  tetapi  juga  dengan  orang  atau
penumpang,  begitu  juga  dengan  kewajiban  pengirim,  seharusnya  kewajiban pengririm  atau  orang  karena  pada  kalimat  untuk  menyelenggarakan
pengangkutan  barang  danatau  orang  sudah  disebutkan.  Sedangkan  yang dimaksud
dengan  “angkutan  adalah  suatu  keadaan  pemindahan  orang  dan  atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk
memperoleh  nilai  tambah  untuk  barang  komersial  maupun  untuk  tujuan  non komersial.
49
Abdulkadir  Muhammad  mengura ikan  istilah  “pengangkutan”  dengan
mengatakan  bahwa  pengangkutan  meliputi  tiga  dimensi  pokok  yaitu  : pengangkutan  sebagai  usaha  business;  pengangkutan  sebagai  perjanjian
agreement  dan  pengakutan  sebagai  proses  process.  Pengangkutan  sebagai usaha business mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Berdasarkan perjanjian;
b. Kegiatan ekonomi di bidang jasa;
c. Berbentuk perusahaan;
d. Menggunakan alat pengangkutan mekanik
Mengenai  pengangkutan  sebagai  proses  process,  yaitu  serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju ke
49
Siti Nurbaiti. Op. Cit. hal. 14
Universitas Sumatera Utara
tempat  yang  telah  ditentukan,  dan  pembongkaran  atau  penurunan  di  tempat tujuan. Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian agreement, pada umumnya
bersifat  lisan  tidak  tertulis  tetapi  selalu  didukung  oleh  dokumen  angkutan. Perjanjian  pengangkutan  dapat  juga  dibuat  tertulis  yang  disebut  carter
charterparty.  Jadi  perjanjian  pengangkutan  pada  umumnya  diadakan  secara lisan,  yang  didukung  oleh  dokumen  yang  membuktikan  bahwa  perjanjian  itu
sudah terjadi. Sarjana  lainnya  ada  yang  menyimpulkan  bahwa  pada  pokoknya
pengangkutan  adalah  perpindahan  tempat,  baik  mengenai  benda-benda  maupun orang-orang,  karena  perpindahan  itu  mutlak  diperlukan  untuk  mencapai  dan
meninggikan manfaat serta efisiensi. Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa:
50
1 Sifat perjanjiannya adalah timbal-balik, baik antara pengangkut dengan
penumpang  atau  pengirim  barang  pengguna  jasa,  masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.
2 Penyelenggaraan  pengangkutan  didasarkan  pada  perjanjian,  hal  ini
berarti  antara  pengangkut  dengan  penumpang  danatau  pengirim barang  harus  memenuhi  syarat  sahnya  perjanjian  yang  diatur  dalam
Pasal 1320 KUHPerdata. 3
Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat  dilakukan  sendiri  oleh  pengangkut  atau  dilakukan  oleh  orang
lain  atas  perintahnya.  Jika  pengangkutan  dilakukan  oleh  orang  lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara.
4 Ke  tempat  tujuan,  dalam  pengangkutan  barang  berarti  barang  dapat
diterima oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang
50
Ibid. hal.14
Universitas Sumatera Utara
lain.  Sedangkan  dalam  pengangkutan  orang  berarti  sampai  di  tempat tujuan yang telah disepakati.
5 Istilah  dengan  selamat,  mengandung  arti  apabila  pengangkutan  itu
tidak berjalan
dengan selamat,
maka pengangkut
harus bertanggungjawab  untuk  membayar  ganti  kerugian  kepada  pengirim
barang atau penumpang. Perjanjian  pengangkutan  dapat  disimpulkan  adalah  sebagai  perjanjian
timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan  barang  danatau  orang  ke  tempat tujuan tertentu,  sedangkan  pihak
lainnya  berkeharusan  untuk  menunaikan  pembayaran  biaya  tertentu  untuk pengangkutan  tersebut.  Dari  pengertian  tersebut  aspek  yang  terkandung  di
dalamnya  sangat  jelas  dapat  disimpulkan  bahwa  perjanjian  pengangkutan merupakan  suatu  perjanjian  timbal  balik  yang  mana  antara  pihak  yang
bersangkutan dalam perjanjian saling memiliki kepentingan yang terikat. Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa sifat perjanjian
pengangkutan  adalah  timbal  balik,  artinya  kedua  belah  pihak  baik  pengangkut maupun  pengirimpenumpang  masing-masing  mempunyai  kewajiban  sendiri.
Kewajiban  pihak  pengangkut  adalah  menyelenggarakan  pengangkutan  barang danatau  orang  dari  suatu  tempat  ke  tempat  tujuan  tertentu  dengan  selamat,
sedangkan  kewajiban  pihak  pengirimpenumpang  adalah  membayar  uang angkutan  sebagai  kontra  prestasi  dari  penyelenggaraan  pengangkutan  yang
dilakukan  oleh  pengangkut.
51
Dalam  perjanjian  pengangkutan  sifatnya  adalah timbal  balik,  terdapat  unsur-unsur  penting  yang  terkandung  di  dalamnya.
Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan memiliki unsur :
51
Hasnil Basri Siregar, Hukum Pengangkutan Medan: Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, 2002 hal. 65
Universitas Sumatera Utara
a Pelayanan berkala Pasal 1601 KUHPerdata, pemborongan pekerjaan
adalah  persetujuan  dengan  mana  pihak  yang  satu,  si  pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak
yang  lain,  pihak  yang  memborongkan  dengan  menerima  suatu  harga yang ditentukan.
b Unsur penyimpanan, adanya ketetapan dalam Pasal 468 ayat 1 KUH
Dag ang  yang  berbunyi  :  “perjanjian  pengangkutan  mewajibkan
kelompok  pengangkut  untuk  menjaga  keselamatan  barang  yang diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang
tersebut ”.
c Unsur pemberian kuasa, hal ini dapat kita lihat dalam  Pasal 371 ayat
1 KUH Dagang yang berbunyi : “ Nahkoda diwajibkan selama dalam
perjalanan  menjaga  kepentingan  para  pemilik  muatan,  mengambil tindakan-tindakan  yang  diperlukan  untuk  itu  dan  jika  perlu  untuk  itu
mengahadap  ke  muka  hakim”.  Kemudian  pada  ayat  3  berbunyi  : “Dalam  keadaan  yang  mendesak  ia  diperbolehkan  menjual  barang
muatan  atau  sebahagian  dari  itu  atau  guna  membiayai  pengeluaran- pengeluaran  yang  telah  dilakukan  guna  kepentingan  muatan  tersebut,
meminjam uang dengan mempertaruhkan muatan sebagai jamina
n”. Perjanjian  pengangkutan  biasanya  meliputi  kegiatan  pengangkutan  dalam
arti  luas,  yaitu  kegiatan  memuat,  membawa  dan  menurunmembongkar,  kecuali jika  dalam  perjanjian  ditentukan  lain.  Pengangkutan  dalam  arti  luas  ini  erat
hubungannya  dengan  tanggungjawab  pengangkut  apabila  terjadi  peristiwa  yang menimbulkan kerugian. Artinya, tanggungjawab pengangkut mulai berjalan sejak
penumpang danatau barang dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dari alat pengangkut atau barang dibongkar dari alat pengangkut atau
diserahkan  kepada  penerima.
52
Tanggungjawab  dapat  diketahui  dari  kewajiban yang  telah  ditetapkan  dalam  perjanjian  pengangkutan  atau  undang-undang
pengangkutan.  Kewajiban  utama  pengangkut  adalah  menyelenggarakan pengangkutan.  Kewajiban  utama  mengikat  sejak  penumpang  atau  pengirim
barang melunasi biaya pengangkutan. Di  dalam  perjanjian  pengangkutan,  terdapat  pihak-pihak  yang  terlibat
langsung  dalam  proses  perjanjian  sebagai  pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan.
52
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Op.Cit. hal 41
Universitas Sumatera Utara
Abdulkadir Muhammad menjelaskan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi kewajiban dan memperoleh
hak  dalam  perjanjian  pengangkutan  niaga.  Adapun  dalam  perjanjian pengangkutan pihak-pihak tersebut adalah :
53
1.1 Pihak pengangkut Carrier
Secara  umum,  di  dalam  Kitab  Undang-undang  Hukum  Dagang  KUHD Indonesia  tidak  dijumpai  defenisi  pengangkut,  kecuali  dalam  pengangkutan  laut.
Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak  yang  mengikatkan  diri  untuk  menyelenggarakan  pengangkutan  orang
penumpang  danatau  barang.  Singkatnya,  pengangkut  adalah  penyelenggara pengangkutan.  Dilihat  dari  sisi  statusnya  sebagai  badan  yang  bergerak  di  bidang
jasa pengangkutan, pengangkut dapat di kelompokkan dalam empat jenis, yaitu : a.1 Perusahaan pengangkutan kereta api;
a.2 Perusahaan pengangkutan jalan; a.3 Perusahaan pengangkutan Perairan; dan
a.4 Perusahaan pengangkutan udara 1.2
Pihak penumpang passenger KUHDagang
Indonesia  menggunakan  kata  “penumpang”.  Penumpang passenger  adalah  semua  orang  yang  ada  di  kapal,  kecuali  nahkoda  Pasal  341
KUHDagang.  Undang-Undang  No.  22  Tahun  2009  tentang  Lalu  Lintas  dan Angkutan  Jalan
menggunakan  istilah  “orang”  untuk  pengangkutan  penumpang. Akan  tetapi  rumusan  mengenai  “orang”  secara  umum  tidak  diatur.  Dilihat  dari
pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan  orang,  penumpang  adalah  orang  yang mengikatkan  diri  untuk  membayar  biaya  pengangkutan  dan  atas  dasar  ini  dia
53
Ibid, hal 53
Universitas Sumatera Utara
berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status,  yaitu  sebagai subjek karena dia adalah pihak
dalam  perjanjian  dan  sebagai  objek  karena  dia  adalah  muatan  yang  diangkut. Sebagai  pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan,  penumpang  harus  mampu
melakukan  perbuatan  hukum  atau  mampu  membuat  perjanjian  Pasal  1320 KUHPerdata.
54
Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  dapat  dipahami  kriteria penumpang menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, yaitu : a.1  Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan.
a.2  Pihak  tersebut  adalah  penumpang  yang  wajib  membayar  biaya pengangkutan
a.3  Pembayaran  biaya  pengangkutan  dibuktikan  oleh  karcis  yang dikuasai oleh penumpang
1.3 Pengirim consigner, shipper
KUHDagang  Indonesia  juga  tidak  mengatur  defenisi  pengirim  secara umum.  Akan  tetapi,  dilihat  dari  pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan,  pengirim
adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan  atas  dasar  itu  dia  berhak  memperoleh  pelayanan  pengangkutan  barang  dari
pengangkut. Undang-Undang  No.  22  Tahun  2009  tentang  Lalu  Lintas  dan  Angkutan
Jalan  menentukan  bahwa  perusahaan  pengangkutan  umum  wajib  mengangkut orang  danatau  barang  setelah  disepakati  perjanjian  pengangkutan  danatau
dilakukan  pembayaran  biaya  pengangkutan  oleh  penumpang  danatau  pengirim barang.  Karcis  penumpang  atau  surat  pengangkutan  barang  merupakan  tanda
54
Ibid. hal. 65
Universitas Sumatera Utara
bukti  telah  terjadi  perjanjian  pengangkutan  dan  pembayaran  biaya  pengangkutan Pasal 186 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.  Perusahaan  pengangkutan  umum  wajib  mengembalikan  biaya pengangkutan yang telah dibayar oleh penumpang danatau pengirim barang, jika
terjadi  pembatalan  pemberangkatan  Pasal  187  Undang-undang  No.  22  Tahun 2009. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan, pengirim barang dalam
pengangkutan dengan kendaraan umum adalah : a.1 Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang, atau
orang yang bertindak atas nama pemilik barang, atau sebagai pihak penjual.
a.2 Membayar biaya pengangkutan. a.3 Pemegang dokumen pengangkutan barang.
1.1 Penerima Consignee
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan  penerima  mungkin  pengirim  sendiri  mungkin  juga  pihak  ketiga  yang
berkepentingan.  Dalam  hal  penerima  adalah  pengirim,  maka  penerima  adalah pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan.  Dalam  hal  penerima  adalah  pihak  ketiga
yang  berkepentingan,  penerima  bukan  pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan, melainkan  sebagai  pihak  ketiga  yang  berkepentingan  atas  barang  kiriman,  tetapi
tergolong  juga  sebagai  subjek  hukum  pengangkutan.  Berdasarkan  uraian  di  atas dapat  ditentukan  kriteria  penerima  menurut  Undang-Undang  Nomor  22  Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu: a.1 Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim
a.2 Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan a.3 Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Pada  umumnya  dalam  suatu  perjanjian  pengangkutan,  pihak  pengangkut adalah  bebas  untuk  memilih  sendiri  alat  pengangkutan  yang  hendak  dipakainya.
Sebagaimana  halnya  dengan  perjanjian –perjanjian  lainnya,  kedua  belah  pihak
diberikan  kebasan  seluas-luasnya  untuk  mengatur  sendiri  segala  hal  mengenai pengangkutan yang akan diselenggarakan itu. Apabila terjadi kelalaian pada salah
satu  pihak,  maka  akibat-akibatnya  ditetapkan  sebagaimana  berlaku  untuk perjanjian-perjanjian  pada  umumnya  dalam  Buku  III  dari  Kitab  Undang-undang
Hukum Perdata.
55
Perjanjian  pengangkutan  yang  dibuat  bersama  oleh  para  pihak  haruslah memenuhi syarat-syarat yang pada umumnya dikenal di dalam masyarakat. Dalam
perjanjian pengangkutan secara tertulis terdapat syarat-syarat tertentu yang harus terkandung di dalamnya antara lain :
1. Surat perjanjian pengangkutan
Pasal  90  KUHDagang  diterangkan  bahwa  surat  angkutan  merupakan perjanjian antara pengirimekspeditur dan pengangkutnahkoda. Sebetulnya tanpa
surat  angkutan  itu,  perjanjian  telah  ada  apabila  telah  tercapai  persetujuan kehendak  antara  kedua  belah  pihak  sehingga  surat  pengangkutan  tadi  hanya
merupakan  surat  bukti  belaka  mengenai  perjanjian  angkutan,  sekedar  untuk pengangkutannahkoda  yang  menerima  barang  agar  sesuai  dengan  syarat-syarat
sebagaimana tertulis di dalam surat angkutan tersebut.
56
Di  dalam  surat  perjanjian  pengangkutan  tersebut  haruslah  terdapat  tanda tangan  baik  dari  pihak  pengangkut  maupun  pihak  pengguna  jasa  angkutan
tentunya  oleh  orang  yang  berwenang  untuk  mengadakan  perjanjian  itu.  Hal  ini
55
R. Subekti., Aneka Perjanjian Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995 hal.70
56
Hasnil Basri Siregar, Op.Cit.hal.48
Universitas Sumatera Utara
karena dalam dalam perjanjian pengangkutan ini, terdapat sifat timbal balik antara pihak-pihak  yang  artinya  bahwa  setiap mereka  yang  terikat  dalam  perjanjian itu,
memiliki  kewajiban-kewajiban  tertentu  yang  harus  mereka  laksanakan,  sehingga tanda  tangan  itu  menjadi  salah  satu  bentuk  simbolis  atau  bukti  bahwa  mereka
telah  sama-sama  sepakat  terhadap  ketentuan-ketentuan  apa  saja  yang  ada  dalam surat  perjanjian  itu  dan  untuk  melaksanakan  kewajiban-kewajiban  yang  tertuang
dalam surat perjanjian tersebut merupakan tanggungjawab mereka. Karena apabila salah satu pihak melanggar ketentuan dalam surat perjanjian itu, maka pihak yang
lain dapat menuntut dengan alasan wanprestasi. 2.
Isi surat angkutan Isi  surat  angkutan  pada  umunya  berisi  ketentuan-ketentuan  dalam
pelaksanaan perjanjian dan mengenai biaya angkutan. Dalam mengisi isian jumlah biaya  angkutan  dari  surat  angkutan  ini  tidak  perlu  diisi  seketika,  karena
kemungkinan  besar  masih  memerlukan  banyak  pertimbangan,  pengukuran- pengukuran maupun perhitungan pertimbangan-pertimbangan serta penghitungan
barang-barang terlebih dahulu oleh pengangkut.
57
Adapun yang harus diisi adalah sebagai berikut :
a. Nama,  berat  atau  ukuran  barang-barang  angkutan,  merek-merek  dan
jumlahnya; b.
Nama pihak dialamati c.
Nama dan tempat kediaman pengangkut d.
Jumlah biaya angkutan e.
Penanggalan surat angkutan f.
Penandatanganan pengirim atau ekspeditur
57
Ibid, hal. 51
Universitas Sumatera Utara
g. Apa-apa  saja  yang  selanjutnya  masih  diperjanjikan  antara  pihak-
pihak.
58
Didalam  perjanjian  pengangkutan  itu  juga  harus  dicantumkan  isi  yang wajib  dilakukan  dalam  menjalankan  prestasi  bagi  pihak  pengangkut,  yaitu
pengangkut  dengan  itikad  baik  harus  mengangkut  dan  menyelenggarakan pengangkutan  barang-barang  yang  dipercayakan  kepadanya  itu  dengan  baik  dan
dengan  tepat  waktu.  Pengangkut  selama  proses  pengangkutan  yaitu  mulai  dari diterimanya  barang  sampai  kepada  sampainya  barang  itu  ketempat  tujuan,  harus
memelihara  dengan  baik,  sehingga  barang  yang  telah  dipercayakan  kepadanya dapat dengan lengkap dan jelas diserahkan di tempat tujuan kepada yang berhak
menerimanya. 2
Objek pengangkutan Objek  hukum  adalah  segala  sesuatu  yang  digunakan  untuk  mencapai
tujuan hukum. Yang diartikan “objek hukum” pengangkutan adalah segala sesuatu yang  digunakan  untuk  mencapai  tujuan  hukum  pengangkutan.  Tujuan  hukum
pengangkutan  adalah  terpenuhinya  kewajiban  dan  hak  pihak-pihak  dalam pengangkutan, maka yang menjadi objek hukum pengangkutan adalah:
a. Muatan barang;
b. Muatan penumpang;
c. Alat pengangkutan;
d. Biaya pengangkutan.
59
a. Muatan barang
58
Ibid, hal. 53
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994. hal 61
Universitas Sumatera Utara
Muatan barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang-undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan. Secara
fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu : 1.
barang berbahaya bahan-bahan peledak; 2.
barang tidak berbahaya; 3.
barang cair minuman; 4.
barang berharga; 5.
barang curah beras, semen,minyak mentah; dan 6.
barang khusus. b.
Muatan penumpang Muatan  penumpang  lazim  disebut  penumpang  saja.  Sama  halnya  dengan
barang,  penumpang  juga  tidak  ada  definisinya  dalam  undang-undang.  tetapi dilihat  dari  perjanjian  pengangkutan  selaku  objek  perjanjian,  penumpang  adalah
setiap  orang  yang  berbeda  dalam  alat  pengangkutan  yang  memiliki  tiket penumpang, yang diangkut dari satu tempat ke  tempat tujuan. Setiap penumpang
yang  diangkut  memperoleh  pelayanan  yang  wajar  dari  pengangkut,  bergantung dari  jenis  pengangkutan,  jarak  pengangkutan,  jumlah  biaya  pengangkutan.
Pelayanan  terutama  terdiri  dari  makanan,  minuman  serta  perawatan  kesehatan ringan  selama  perjalanan.  Selain  itu,  juga  hiburan  dan  bacaan  dalam  perjalanan.
Pelayanan  yang  lebih  baik  terdapat  pada  pengangkutan  udara  dan  pengangkutan laut. penumpang dengan kapal laut khusus, seperti kapal kambun.
c. Alat pengangkut
Sebagai pengusaha pengangkutan, pengangkut memiliki alat pengangkutan sendiri  atau menggunakan  alat  pengangkutan  orang  lain  dengan  perjanjian  sewa.
Alat  pengangkutan  darat  adalah  kenderaan  bermotor  yang  dijalankan  oleh
Universitas Sumatera Utara
pengemudi sopir. Alat pengangkutan jalan rel adalah kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkutan laut adalah kapal laut niaga yang dijalankan oleh
nakhoda.  Alat  pengangkutan  udara  adalah  pesawat  udara  yang  dijalankan  oleh pilot.  Sopir,  masinis,  nakhoda,  pilot  bukan  pengangkut  melainkan  sebagai  buruh
pengangkut  yang  dikuasai  oleh  hubungan  hukum  peburuhan  Bab  VII-A KUHPerdata.  Semua  alat  pengangkutan  harus  memenuhi  syarat  yang  ditetapkan
oleh undang-undang. d.
Biaya pengangkutan Dalam  KUHDagang  tidak  diatur  secara  umum  mengenai  biaya
pengangkutan.  Tetapi  dilihat  dari  perjanjian  pengangkutan,  biaya  pengangkutan adalah kontra prestasi terhadap penyelenggaraan pengangkutan yang dibayar oleh
pengirim  atau  penerima  atau  penumpang  kepada  pengangkut.  Dalam pengangkutan  barang,  biaya  pengangkutan  dapat  dibayar  lebih  dahulu  oleh
pengirim  atau  dibayar  kemudian  oleh  penerima.  Perhitungan  jumlah  biaya pengangkutan ditentukan juga oleh beberapa hal berikut ini:
1 Jenis  pengangkutan  yaitu  pengangkutan  darat,  laut  dan  udara.  Tiap
pengangkutan mempunyai biaya pengangkutan yang tidak sama. 2
Jenis  alat  pengangkutan  yaitu  bus,  kereta  api,  kapal  laut,  pesawat udara.  Tiap  jenis  alat  pengangkutan  mempunyai  pelayanan  dan
kenikmatan yang berbeda sehingga berbeda pula tarif yang ditetapkan. 3
Jarak  pengangkutan  yaitu  jarak  jauh  atau  jarak  dekat.  Jarak  jauh memakan biaya pengangkutan lebih banyak dibandingkan jarak dekat.
4 Waktu  pengangkutan  yaitu  cepat  atau  lambat.  Pengangkutan  yang
cepat  ekspress  kilat  lebih  besar  biayanya  dibandingkan  dengan pengangkutan biasa lansam.
Universitas Sumatera Utara
5 Sifat  muatan  yaitu  berbahaya,  mudah  rusak,  mudah  busuk,  mudah
pecah.  Sifat  ini  mempunyai  kemungkinan  timbul  kerugian  yang  lebih besar  jika  dibandingkan  dengan  muatan  yang  mempunyai  sifat  tidak
berbahaya.
60
B. Fungsi dan Jenis Pengangkutan