C. Akibat, Wanprestasi dan Berakhirnya Perjanjian
1. Akibat perjanjian
Menurut Pasal 1338 KUHPerdata semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini
dapat dismpulkan adanya asas kebebasam berkontrak, akan tetapi kebebasan ini di batasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat
perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karema alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik oleh para pihak.
37
Istilah “semua” maka pembentuk undang-undang menunjukkan bahwa perjanjian yang dimaksud bukanlah semata-mata hanya perjanjian bernama, tetapi
juga meliputi perjanjian tidak bernama. Istilah secara sah artinya adalah bahwa pembuatan perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sah suatu perjanjian yang
terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian yang sah menimbulkan suatu akibat yakni perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali secara sepihak kecuali
dengan sepakat antara kedua belah pihak. 2.
Wanprestrasi Terjadinya wanprestasi senantiasa diawali dengan hubungan kontraktual.
Kontrak dibuat sebagai instrumen yang secara khusus mengatur hubungan hukum antara kepentingan yang bersifat privat dan perdata khususnya dalam pembuatan
kontrak.
38
Perikatan yang bersifat timbal balik senantiasa menimbulkan sisi aktif
37
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perdata Tentang Perikatan Penerbit Fakultas Hukum USU: Medan, 1974 hal 166.
38
Yahman.,Karakteristik Wanprestasi Tindak Pidana PenipuanJakarta: Prenadamedia Group, 2014,hal.51.
Universitas Sumatera Utara
dan sisi pasif. Sisi aktif menimbulkan hak bagi kreditur untuk menuntut pemenuhan prestasi, sedangkan sisi pasif menimbulkan beban kewajiban bagi
debitur untuk melaksanakan prestasinya. Pada situasi normal antara prestasi dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran
prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya hingga muncul prestiwa yang disebut sebagai wanprestasi.
39
Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja
wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi
tersebut. Wanprestasi dapat berupa :
a. sama sekali tidak memenuhi prestasi
b. prestasi yang dilakukan tidak sempurna
c. terlambat memenuhi prestasi
d. melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.
40
Pada umumnya wanprestasi baru terjadi setelah adanya pernyataan lalai inmorastelling;ingeberekestelling dari pihak kreditur kepada debitur. Pernyataan
lalai ini pada dasarnya bertujuan menetapkan tenggang waktu yang wajar kepada debitur untuk memenuhi prestasinya dengan sanksi tanggung gugat atas
kerugian yang dialami kreditur. Menurut undang-undang, peringatan somatie kreditur mengenai lalainya debitur harus dituangkan dalam bentuk tertulis vide
Pasal 1238 KUHPerdata.
41
Adakalanya dalam keadaan tertentu untuk membuktikan adanya wanprestasi debitur tidak diperlukan lagi pernyataan lalai, ialah :
39
Agus Yudha Hernoko.,Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hal.260.
40
Ahmadi Miru., Op.Cit. hal. 74.
41
Agus Yudha Hernoko.,Op.Cit. hal,261
Universitas Sumatera Utara
1 untuk pemenuhan prestasi berlaku tenggang waktu yang fatal fatale
termijn ;
2 debitur menolak pemenuhan;
3 debitur mengakui kelalaiannya;
4 pemenuhan prestasi tidak mungkin di luar overmacht;
5 pemenuhan tidak lagi berarti zinloos; dan
6 debitur melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya.
Dengan adanya wanprestasi, pihak kreditur yang dirugikan sebagai akibat kegagalan pelaksanaan kontrak oleh pihak debitur mempunyai hak gugat dalam
upaya menegakkan hak-hak kontraktualnya. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain
untuk memenuhi kontrak, jika hal itu masih dapat dilaksanakan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”
3. Berakhirnya perjanjian
Berakhirnya kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur tentang sesuatu hal.
Pihak kreditur adalah pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi, sedangkan debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Sesuatu hal di
sini bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua belah pihak, bisa jual-beli, utang-piutang, sewa-menyewa dan lain-lain.
42
R. setiawan berpendapat bahwa hapusnya perjanjian harus dibedakan dengan hapusnya perikatan, karena suatu perikatan dapat hapus sedangkan
perjanjian yang merupakan sumbernya mungkin masih tetap ada. Contoh pada
42
Salim H.S., Op.Cit. hal. 163
Universitas Sumatera Utara
perjanjian jual-beli, dengan dibayarnya harga maka perikatan tentang pembayaran menjadi hapus, sedangkan perjanjiannya belum karena perikatan tentang
penyerahan barang belum dilaksanakan. Dapat juga terjadi bahwa perjanjiannya sendiri telah berakhir hapus, tetapi perikatannya masih ada, misalnya dalam
sewa-menyewa, dimana perjanjian sewa-menyewanya sudah berakhir tetapi perikatannya untuk membayar uang sewa belum berakhir karena belum dibayar.
Walaupun pada umumnya jika perjanjian hapus maka perikatannya pun hapus, begitu juga sebaliknya.
43
Hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 KUHPerdata ialah :
a. Pembayaran Pasal 1382-1403 KUHPerdata
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan penitipan
Pasal 1404-1412 KUHPerdata c.
Novasipembaharuan hutang Pasal 1413-1424 KUHPerdata d.
Perjumpaan hutang kompensasi Pasal 1425-1435 KUHPerdata e.
Konfisio percampuran hutang Pasal 1436-1437 KUHPerdata f.
Pembebasan hutang Pasal 1438-1443 KUHPerdata g.
Musnahnya barang yang terutang Pasal 1444-1445 KUHPerdata h.
Kebatalan dan pembatalan perjanjian Pasal 1446-1456 KUHPerdata i.
Berlakunya syarat batal Pasal 1265 KUHPerdata j.
Lewatnya waktu kadaluwarsa Pasal 1946-1993 Bab VII Buku IV KUHPerdata
Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur berbagai cara hapusnya perikatan- perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang dan cara-
43
Handri Raharjo.,Hukum Perjanjian di IndonesiaJakarta: Pustaka Yustisia,2009 hal. 95.
Universitas Sumatera Utara
cara yang ditunjukkan oleh pembentuk undang-undang itu tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang lain untuk menghapuskan
suatu perikatan. Cara-cara yang tersebut dalam Pasal 1381 KUHPerdata itu tidaklah lengkap, karena tidak mengatur misalnya hapusnya perikatan karena
meninggalnya seorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya dapat dilaksanakan oleh salah satu pihak saja.
44
Lima cara pertama yang tersebut di dalam Pasal 1381 KUHPerdata menunjukkan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur. Dalam cara
keenam yaitu pembebasan utang, maka kreditur tidak menerima prestasi, bahkan sebaliknya, yaitu secara sukarela melepaskan haknya atas prestasi. Pada keempat
cara terakhir dari Pasal 1381 KUHPerdata maka kreditur tidak menerima prestasi, karena perikatan tersebut gugur ataupun dianggap telah gugur. Untuk mengetahui
di manakah pengaturan dari berlakunya suatu syarat batal. sebagai salah satu cara hapusnya perikatan maka kita harus melihat kepada Bab I KUHPerdata yaitu
berturut-turut Pasal 1253 dan seterusnya Pasal 1266 KUHPerdata.
45
44
Mariam Darus., Sutan Remy., Heru Soeprapto. dkk., Kompilasi Hukum Perikatan Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001 hal. 115
45
Ibid. hal 116
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang