utangnya,  dikenakan  denda  dua  persen  perbulan  keterlambatan,  dan  apabila debitur lalai membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli
dapat  ditarik  kembali  oleh  kreditur  tanpa  melalui  pengadilan.  Demikian  pula klausul-klausul  lainnya  yang  sering  ditentukan  dalam  suatu  kontrak,  yang  bukan
merupakan unsur esensial dalam suatu kontrak tersebut.
B. Subjek dan Objek Perjanjian
Subekti menggunakan istilah personalia dalam perikatan untuk membahas mengenai  subjek  dan  objek  perikatan,  yaitu  tentang  pihak-pihak  yang  terkait
dalam  suatu  perjanjian.  Berdasarkan  Pasal  1315  KUHPerdata,  pada  umumnya tidak  seorangpun  dapat  mengikatkan  diri  atas  nama  sendiri  atau  dirinya  sendiri.
Asas  tersebut  dinamakan  asas  kepribadian  suatu  perjanjian.  Mengikatkan  diri, artinya  memikul  kewajiban  atau  menyanggupi  melakukan  sesuatu,  sedangkan
meminta  ditetapkan  suatu  janji,  artinya  pihak  lain  memperoleh  hak  atas  sesuatu yang akibatnya dapat menuntut sesuatu atas pihak lain. Secara absolute perikatan
yang  dilahirkan  oleh  suatu  perjanjian  hanya  mengikat  orang-orang  yang mengadakan  perjanjian  dan  tidak  mengikat  orang  lain  yang  tidak  termasuk  ke
dalam  perjanjian.  Suatu  perjanjian  hanya  meletakkan  hak  dan  kewajiban  antara para  pihak  yang  membuatnya.  Pihak  ketiga  yang  tidak  mempunyai  hubungan
hukum  dengan  perjanjian  tersebut  tidak  terbebani  dalam  ikatan  hukum,  kecuali secara sengaja melibatkan diri dalam perjanjian melalui surat kuasa.
31
1. Subjek perjanjian
Pada  dasarnya  setiap  orang  dapat  melakukan  kontrak  dengan  siapa  saja yang  dikehendaki  sepanjang  orang  tersebut  tidak  dilarang  oleh  undang-undang
31
Firman Floranta Adonara.,  Aspek-aspek Hukum  Perjanjian   Bandung:  Mandar Maju, 2014 hal. 11
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan kontrak. Terjadinya kontrak disebabkan oleh adanya hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua atau lebih manusia atau badan
hukum  sebagai  subjek  hukum.  Subjek  hukum  adalah  setiap  pihak  yang  menjadi pendukung  hak  dan  kewajiban  dalam  melakukan  hubungan  hukum.  Dengan
demikian pembuat dan pelaksana suatu kontrak minimal dua subjek hukum yang berhadapan yang menduduki tempat yang berbeda. Kedua subjek hukum tersebut
mempunyai hak dan kewajiban yang setara dalam kontrak yang mereka sepakati, yaitu  satu  pihak  berkewajiban  melaksanakan  prestasi  dan  pihak  lain  berhak
menuntut  pelaksanaan  prestasi.  M.  Yahya  Harahap  menjelaskan  bahwa  menurut teori dan praktik hukum kontrak, subjek hukum kontrak terdiri dari :
a. Individu sebagai person yang bersangkutan, yaitu :
1 Natuuralijke person atau manusia;
2 Recht person atau badan hukum;
b. Seseorang atas keadaan tertentu mempergunakan kedudukanhak orang
lain tertentu; c.
Persoon yang dapat diganti yaitu berarti kreditur yang menjadi subjek semula  telah  ditetapkan  dalam  kontrak,  sewaktu-waktu  dapat  diganti
kedudukannya dengan krediturdebitur baru Setiap  subjek  hukum  yang  mengadakan  kontrak  haruslah  memenuhi
persyaratan  hukum  tertentu,  supaya  kontrak  tersebut  mengikat,  misalnya  subjek hukum  orang  haruslah  sudah  dewasa,  sedangkan  subjek  hukum  badan  hukum
haruslah  memenuhi  persyaratan  hukum  formal  suatu  badan  hukum.  Dalam  hal yang merupakan pihak dalam kontrak adalah badan usaha yang bukan merupakan
badan  hukum,  maka  yang  mewakili  badan  usaha  tersebut  tergantung  dari  bentuk
Universitas Sumatera Utara
badan  usahanya,  kalau  yang  merupakan  pihak  adalah  persekutuan  firma  Fa, secara hukum setiap anggota sekutu berhak mewakili firma tersebut, kecuali kalau
para sekutu itu sendiri menentukan lain, sedangkan dalam persekutuan komanditer CV yang berhak mewakili persekutuan tersebut dalam membuat kontrak adalah
para sekutu pengurusnya.
32
Apabila  yang  melakukan  kontrak  adalah  badan  hukum,  yang  mewakili adalah siapa yang ditentukan dalam undang-undang untuk mewakili badan hukum
tersebut atau siapa yang ditentukan dalam anggaran dasar badan hukum tersebut. 2.
Objek perjanjian Setiap  perikatan  yang  dibuat  melalui  perjanjian  menimbulkan  dua  akibat
hukum,  yaitu kewajiban obligations yang ditanggung oleh suatu pihak dan hak atau  manfaat  yang  diperoleh  oleh  pihak  lain,  yaitu  hak  untuk  menuntut
dilaksanakannya  sesuatu  yang  disanggupi  dalam  perjanjian  tersebut.
33
Hak  dan kewajiban untuk memenuhi sesuatu yang dimaksudkan disebut dengan prestasi.
Sesuai  dengan  ketentuan  Pasal  1234  KUHPerdata,  prestasi  yang diperjanjikan itu ialah untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau untuk
tidak melakukan sesuatu. Memberikan  sesuatu  te  geven,  sesuai  dengan  ketentuan  Pasal  1235
KUHPerdata, berarti suatu kewajiban untuk menyerahkan atau melever levering benda.  Tetapi  perjanjian  untuk  menyerahkan  bukan  semata-mata  yang  berwujud
benda  nyata  saja,  maupun  jenis  dan  jumlah  benda  tertentu.  Dalam  perjanjian memberikan  sesuatu  te  geven  termasuk  kedalamnya  kenikmatan  genot  dari
suatu  barang.  Seperti  dalam  perjanjian  sewa-menyewa  yang  diatur  dalam  Pasal
32
Ahmadi Miru., Op.cit hal. 8.
33
Firman Floranta Adonara.,Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
1550 KUHPerdata. Penyewa wajib menyerahkan te geven barang sewa kepada si penyewa.  Yang  diserahkan  disini  bukan  hak  kebendaannya  tetapi  pemakaian
untuk dinikmati dengan aman. Istilah  “memberikan  sesuatu”  sebagaimana  disebutkan  di  dalam  Pasal
1235 KUHPerdata tersebut dapat mempunyai dua pengertian, yaitu : a.
Penyerahan  kekuasaan  belaka  atas  barang  yang  menjadi  objek perjanjian.
b. Penyerahan hak milik atas barang yang menjadi objek perjanjian, yang
dinamakan penyerahan yuridis. Dalam  perikatan  yang  objeknya  “berbuat  sesuatu”,  debitor  wajib
melakukan  perbuatan  tertentu  yang  telah  ditetapkan  dalam  perikatan,  misalnya melakukan  perbuatan  menyita  jaminan,  membongkar  bangunan,  mendirikan  ,
melelang  jaminan  dan  sebagainya.  Dalam  melakukan  perbuatan tersebut,  debitor tidak bebas melakukannya, tetapi diatur oleh berbagai kesepakatan yang tertuang
dalam  perjanjian.  Artinya,  debitor  harus  mematuhi  semua  ketentuan  dalam perikatan  dan  bertanggungjawab  apabila  terdapat  perbuatan  yang  menyimpang
dari ketentuan perikatan.
34
Prestasi lainnya adalah “tidak berbuat sesuatu”, artinya debitor  bersikap  pasif  karena  telah  ditetapkan  dalam  perikatan.  Apabila  debitor
melakukan  perbuatan  tertentu  yang  seharusnya  tidak  diperbuat,  ia  dinyatakan telah melanggar perikatan, misalnya debitor tidak boleh menggunakan uang hasil
pinjamannya  untuk  kegiatan  yang  besrifat  konsumtif  dan  pemborosan.
35
Objek perjanjian memerlukan beberapa syarat, yaitu :
36
34
Ibid., hal. 58
35
Ibid. hal 59
36
Mohd Syaufi Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan IndustrialJakarta: Sarana Bhakti Persada, 2005, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
1 Tertentu  atau  dapat  ditentukan,  artinya  terjadinya  perjanjian  karena
adanya  suatu  objek  tertentu  atau  dapat  ditentukan.  Hanya  perjanjian dengan objek yang dapat ditentukan diakui sah;
2 Objeknya  diperkenankan,  perjanjian  tidak  akan  menimbulkan
perjanjian  jika  objeknya  bertentangan  dengan  undang-undang, ketertiban umum atau kesusilaa;
3 Prestasinya  dimungkinkan  untuk  dilaksanakan  secara  objektif  dan
subjektif.  Secara  objektif,  setiap  orang  mengetahui  bahwa  prestasi mungkin  dilaksanakan  dan  karenanya  kreditur  dapat  mengharapkan
pemenuhan  prestasi  tersebut.  Pada  ketidakmungkinan  objektif  tidak akan timbul perjanjian.
Pada  ketidakmungkinan  objektif,  tidak  akan  timbul  perikatan,  sedangkan pada  ketidakmungkinan  subjektif  bisa    saat  terjadinya  perikatan.  Prestasi  pada
ketidakmungkinan  objektif  tidak  dapat  dilaksanakan  oleh  siapa  pun,  misalnya prestasinya  berupa  perbuatan  debitor  terbang  ke  langit  tanpa  pesawat.  Pada
ketidakmungkinan  subjektif,  hanya  debitor  yang  bersangkutan  yang  tidak  dapat melaksanakannya prestasinya, misalnya seorang tuna wicara harus berceramah di
dapan para audience. Perbedaan  antara  ketidakmungkinan  objektif  dan  ketidakmungkinan
subjektif terletak pada pemikiran bahwa dalam hal ketidakmungkinan pada contoh pertama,  setiap  orang  mengetahui  bahwa  prestasi  tidak  mungkin  dilaksanakan.
Adapun dalam contoh kedua, ketidakmungkinan itu hanya diketahui oleh debitor yang  bersangkutan.Pada  dasarnya,  prestasi  yang  mungkin  atau  tidak  mungkin
dilaksanakan sangat bergantung pada pengamatan kreditur sebelum melaksanakan perikatan dengan debitor.
Universitas Sumatera Utara
C. Akibat, Wanprestasi dan Berakhirnya Perjanjian