Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

(1)

LAMPIRAN

Hasil Wawancara dengan Bapak Hasan Amin (Direktur PT. Rahmat Jaya Transport)

Yusrin : Sudah berapa lama PT. Rahmat Jaya Transport melakukan kerja sama pengangkutan dengan PT. Indofood ?

Hasan Amin : PT. Rahmat Jaya Transport telah melakukan kerjasama pengangkutan sejak tahun 2000

Yusrin : Dalam bentuk apa pengiriman yang dilakukan oleh PT. Indofood? Hasan Amin : Pengiriman yang dilakukan oleh PT. Indofood berupa produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Indofood, berupa makanan, minumam maupun kebutuhan rumah tangga sehari-hari

Yusrin : Apa yang menjadi hak dan kewajiban dari PT. Rahmat Jaya Transport di dalam penyelenggaraan pengangkutan ?

Hasan Amin : Yang menjadi hak dari PT. Rahmat Jaya Transport adalah berhak untuk mendapatkan ongkos pengangkautan dan berhak untuk melakukan addendum atas surat perjanjian tersebut. Sementara yang menjadi kewajiban dari PT. Rahmat Jaya Transport seperti yang tertuang di dalam surat perjanjian tersebut.

Yusrin : Bagaimana proses penyelenggaraan pengangkutan barang dengan PT. Indofood selama ini ?

Hasan Amin : Penyelenggaraan pengangkutan barang dapat dilakukan setelah para pihak setuju dan telah menandatangani perjanjian tersebut. Proses pengangkutan di mulai pada saat PT. Indofood akan menghubungi PT. Rahmat Jaya Transport selaku pihak pengangkut bahwa akan dilakukan pengiriman barang ke tujuan tertentu. Nantinya kami akan mengirimkan truck sesuai dengan kesepakan sebelumnya diserta dengan DO. Setelah sampai di gudang maka pihak pengemudi truck akan menunjukkan DO kepada pihak Indofood dan akan dilakukan pemuatan barang. Setelah selesai pemuatan barang maka kami akan mengeluarkan surat jalan atas mobil dan isi muatan tersebut untuk kemudian akan dilakukan pengiriman barang ke tujuan tertentu.


(2)

Yusrin : Bagaimana cara pembayaran ongkos pengangkutan tersebut ? Hasan Amin : Pembayaran ongkos dilakuakan setelah pengemudi yang telah sampai mengirimkan barang tersebut telah mengirimkan tanda terima kepada kami sebagai bukti telah dilakuakannya penigriman barang tersebut. tanda terima ini nantinya akan kami serahkan kepada PT. Indofood untuk dilakukan pembayaran ongkos pengangkutan.

Yusrin : Apkah pernah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pengangkutan dengan PT. Indofood ?

Hasan Amin : selama proses pengangkutan pastilah mempunyai resiko selama pengangkutan berlangsung, hal-hal yang tidak diinginkan pengangkutan pastilah pernah terjadi selama proses penyelenggaraan pengangkutan dengan PT. Indofood seperti kerusakan barang, kehilangan barang, banjiir, tanah longsor selama pengangkutan ataupun terbaliknya mobil pada saat pengiriman barang.

Yusrin : Bagaimana bentuk tanggung jawab PT. Rahmat Jaya Transport ? Hasan Amin : Bentuk tanggung jawab PT. Rahmat Jaya Transport terhadap adalah dengan membayar ganti kerugian terhadap barang PT. Indofood apabila disebabkan oleh kelalaian kami selaku pengangkutan. Apabila kerusakan barang tersebut di sebabkan oleh force majeure maka akan di musyawarahkan dengan PT. Indofood mengenai bentuk penyelesainnya.

Yusrin : Bagaimana cara pembayaran ganti kerugian tersebut ?

Hasan Amin : Pembayaran ganti kerugian akan dilakukan dengan pemotongan secara langsung dengan ongkos pengiriman. Nantinya kerugian yang diderita oleh PT. Indofood akan di hitung besar kerugiannya dan langsung dipotong dengan ongkos pengiriman barang


(3)

Yusrin : Apakah pernah terjadi perselisihan antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood selama penyelenggaraan pengangkutan ?

Hasan Amin : Sampai saat ini belum pernah terjadi perselisihan yang sangat mengancam hubungan kerjasama pengangkutan dengan PT. Indofood. Karena kami di dalam menyelenggarakan pengangkutan dengan PT. Indofood selalu mengutamakan keselamatan barang dan keterbukaan apabila terdapat kendala di dalam penyelenggaraan pengangkuatn. Apbila terdapat perselisahan di antara pengangkutan denga PT. Indofood maka kami akan selesaiakan secara musyawarah terlebih dahulu.

Padang Sidimpuan, 5 Agustus 2016

Hasan Amin


(4)

A. Buku-buku

Agus, Sardjono., Yetty Komalasari, dkk., 2014, Pengantar Hukum Dagang, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Andri, Raharjo., 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Jakarta Adonara, Firman Floranta, 2004, Aspek-aspek Hukum Perjanjian, Mandar Maju,

Bandung.

Adonara, Floranta Firman., 2014, Aspek-aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung

Ali, Zainuddin., 2010 Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, Amiruddin, Asikin, Zainal., 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja

Grafindo Persada, Bandung

Badrulzaman, Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, BandungBadrulz

Burton, Richard., 2007, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta Fuady, Munir., 2007, Hukum Kontrak (dari sudut pandang hukum bisnis), Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Hernoko, Agus Yudha., 2014, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Prenadamedia Group, Jakarta

H.S., Salim., 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

H.S. Salim.,2006 Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta

H.S. Salim, 2011, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir ., 2013, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung.

, 1994, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Muljadi, Kartini, Widjaja, Gunawan., 2002, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(5)

Miru, Ahmad.,2010, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nurbaiti, Siti., 2009, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Universitas Trisakti, Jakarta.

Purwosutjipto. H.M.N, 1992 Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, 3, Hukum Pengangkutan Djambatan, Jakarta

Prodjodikoro, Wirjono., 2000, Asas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung.

Purba, Hasim., 2005, Hukum Pengangkutan Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan. Sadikin., 2006 Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggungjawab Pengangkutan

dalam Sistem Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM, Jakarta

Santiago, Faisal.,2012, Pengantar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta Satrio. J., 2001, Hukum Perikatan-perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Syamsuddin, Mohd. Syaufi., 2005, Perjanjian-perjanjian Dalam Hubungan Industrial, Saran Bhakti Persada, Jakarta.

Siregar, Hasnil Basri, 2002 Hukum Pengangkutan Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan

Subekti, R, 2001, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Bandung. Suharnoko., 2004, Hukum Perjanjian : Teori dan Analisa Kasus, Kencana,

Jakarta.

Sution Usman Adji., 1990, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta , Jakarta.

Sukandar, Dadang., 2011, Membuat Surat Perjanjian, Penerbit Andi, Yogyakarta Tjakranegara, Soegijatna., 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang,

Rineka Cipta, Jakarta.

Uli, Sinta., 2006, Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Ankutan Laut,Angkutan Darat dan Udara, USU Press, Medan.

Widjaya, I.G. Rai., 2008 Merancang Suatu Kontrak (Contact Drafting), Kesaint Blanc, Jakarta.

Warpani, Suwardjoko P, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, TB, Bandung


(6)

Yahman. 2014,Karakteristik Wanprestasi & Tindak Pidana Penipuan, Prenadamedia Group, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 29 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata


(7)

A. Perjanjian Pengangkutan dan Objek Pengangkutan

1. Perjanjian pengangkutan

Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang perikatan, selama tidak ada pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.46

Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik barang. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi dan mengikat.47 Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter (charter party), seperti carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun carter kapal untuk mengangkut barang dagang.48

Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antar pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut

46

Siti Nurbaiti. Op. Cit. hal. 13 47

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga Op.Cit. hal 41 48


(8)

mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, dan/atau orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar biaya angkutan.

Defenisi pengangkutan yang dikemukakan oleh Purwosutjipto mempunyai kekurangan, yaitu perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim seharusnya tidak dengan pengirim saja akan tetapi juga dengan orang atau penumpang, begitu juga dengan kewajiban pengirim, seharusnya kewajiban pengririm atau orang karena pada kalimat untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang sudah disebutkan. Sedangkan yang dimaksud dengan “angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang komersial maupun untuk tujuan non komersial.49

Abdulkadir Muhammad menguraikan istilah “pengangkutan” dengan mengatakan bahwa pengangkutan meliputi tiga dimensi pokok yaitu : pengangkutan sebagai usaha (business); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement) dan pengakutan sebagai proses (process). Pengangkutan sebagai usaha (business) mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

a. Berdasarkan perjanjian;

b. Kegiatan ekonomi di bidang jasa; c. Berbentuk perusahaan;

d. Menggunakan alat pengangkutan mekanik

Mengenai pengangkutan sebagai proses (process), yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju ke

49


(9)

tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian (agreement), pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut carter (charterparty). Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan, yang didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian itu sudah terjadi.

Sarjana lainnya ada yang menyimpulkan bahwa pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi. Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa:50

1) Sifat perjanjiannya adalah timbal-balik, baik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang (pengguna jasa), masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.

2) Penyelenggaraan pengangkutan didasarkan pada perjanjian, hal ini berarti antara pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim barang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

3) Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya. Jika pengangkutan dilakukan oleh orang lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara.

4) Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang berarti barang dapat diterima oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang

50


(10)

lain. Sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah disepakati.

5) Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggungjawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang.

Perjanjian pengangkutan dapat disimpulkan adalah sebagai perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut. Dari pengertian tersebut aspek yang terkandung di dalamnya sangat jelas dapat disimpulkan bahwa perjanjian pengangkutan merupakan suatu perjanjian timbal balik yang mana antara pihak yang bersangkutan dalam perjanjian saling memiliki kepentingan yang terikat.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa sifat perjanjian pengangkutan adalah timbal balik, artinya kedua belah pihak baik pengangkut maupun pengirim/penumpang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri. Kewajiban pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak pengirim/penumpang adalah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.51 Dalam perjanjian pengangkutan sifatnya adalah timbal balik, terdapat unsur-unsur penting yang terkandung di dalamnya. Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan memiliki unsur :

51

Hasnil Basri Siregar, Hukum Pengangkutan (Medan: Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, 2002) hal. 65


(11)

(a) Pelayanan berkala (Pasal 1601 KUHPerdata), pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

(b) Unsur penyimpanan, adanya ketetapan dalam Pasal 468 ayat (1) KUH Dagang yang berbunyi : “perjanjian pengangkutan mewajibkan kelompok pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut”.

(c) Unsur pemberian kuasa, hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 371 ayat (1) KUHDagang yang berbunyi : “ Nahkoda diwajibkan selama dalam perjalanan menjaga kepentingan para pemilik muatan, mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk itu dan jika perlu untuk itu

mengahadap ke muka hakim”. Kemudian pada ayat (3) berbunyi :

“Dalam keadaan yang mendesak ia diperbolehkan menjual barang

muatan atau sebahagian dari itu atau guna membiayai pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan guna kepentingan muatan tersebut, meminjam uang dengan mempertaruhkan muatan sebagai jaminan”. Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas, yaitu kegiatan memuat, membawa dan menurun/membongkar, kecuali jika dalam perjanjian ditentukan lain. Pengangkutan dalam arti luas ini erat hubungannya dengan tanggungjawab pengangkut apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Artinya, tanggungjawab pengangkut mulai berjalan sejak penumpang dan/atau barang dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dari alat pengangkut atau barang dibongkar dari alat pengangkut atau diserahkan kepada penerima.52 Tanggungjawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian pengangkutan atau undang-undang pengangkutan. Kewajiban utama pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban utama mengikat sejak penumpang atau pengirim barang melunasi biaya pengangkutan.

Di dalam perjanjian pengangkutan, terdapat pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.

52


(12)

Abdulkadir Muhammad menjelaskan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan niaga. Adapun dalam perjanjian pengangkutan pihak-pihak tersebut adalah :53

1.1Pihak pengangkut (Carrier)

Secara umum, di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia tidak dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) dan/atau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan. Dilihat dari sisi statusnya sebagai badan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan, pengangkut dapat di kelompokkan dalam empat jenis, yaitu :

a.1 Perusahaan pengangkutan kereta api; a.2 Perusahaan pengangkutan jalan;

a.3 Perusahaan pengangkutan Perairan; dan a.4 Perusahaan pengangkutan udara

1.2Pihak penumpang (passenger)

KUHDagang Indonesia menggunakan kata “penumpang”. Penumpang (passenger) adalah semua orang yang ada di kapal, kecuali nahkoda (Pasal 341 KUHDagang). Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menggunakan istilah “orang” untuk pengangkutan penumpang.

Akan tetapi rumusan mengenai “orang” secara umum tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia

53


(13)

berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata).54 Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami kriteria penumpang menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu :

a.1 Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan. a.2 Pihak tersebut adalah penumpang yang wajib membayar biaya

pengangkutan

a.3 Pembayaran biaya pengangkutan dibuktikan oleh karcis yang dikuasai oleh penumpang

1.3Pengirim (consigner, shipper)

KUHDagang Indonesia juga tidak mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan bahwa perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya pengangkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Karcis penumpang atau surat pengangkutan barang merupakan tanda

54


(14)

bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan (Pasal 186 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Perusahaan pengangkutan umum wajib mengembalikan biaya pengangkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang, jika terjadi pembatalan pemberangkatan (Pasal 187 Undang-undang No. 22 Tahun 2009). Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan, pengirim barang dalam pengangkutan dengan kendaraan umum adalah :

a.1 Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang, atau orang yang bertindak atas nama pemilik barang, atau sebagai pihak penjual.

a.2 Membayar biaya pengangkutan.

a.3 Pemegang dokumen pengangkutan barang. 1.1Penerima (Consignee)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan penerima mungkin pengirim sendiri mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam hal penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditentukan kriteria penerima menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu:

a.1 Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim a.2 Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan


(15)

Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya. Sebagaimana halnya dengan perjanjian –perjanjian lainnya, kedua belah pihak diberikan kebasan seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal mengenai pengangkutan yang akan diselenggarakan itu. Apabila terjadi kelalaian pada salah satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan sebagaimana berlaku untuk perjanjian-perjanjian pada umumnya dalam Buku III dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata.55

Perjanjian pengangkutan yang dibuat bersama oleh para pihak haruslah memenuhi syarat-syarat yang pada umumnya dikenal di dalam masyarakat. Dalam perjanjian pengangkutan secara tertulis terdapat syarat-syarat tertentu yang harus terkandung di dalamnya antara lain :

1. Surat perjanjian pengangkutan

Pasal 90 KUHDagang diterangkan bahwa surat angkutan merupakan perjanjian antara pengirim/ekspeditur dan pengangkut/nahkoda. Sebetulnya tanpa surat angkutan itu, perjanjian telah ada apabila telah tercapai persetujuan kehendak antara kedua belah pihak sehingga surat pengangkutan tadi hanya merupakan surat bukti belaka mengenai perjanjian angkutan, sekedar untuk pengangkutan/nahkoda yang menerima barang agar sesuai dengan syarat-syarat sebagaimana tertulis di dalam surat angkutan tersebut.56

Di dalam surat perjanjian pengangkutan tersebut haruslah terdapat tanda tangan baik dari pihak pengangkut maupun pihak pengguna jasa angkutan tentunya oleh orang yang berwenang untuk mengadakan perjanjian itu. Hal ini

55

R. Subekti., Aneka Perjanjian (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995) hal.70 56


(16)

karena dalam dalam perjanjian pengangkutan ini, terdapat sifat timbal balik antara pihak-pihak yang artinya bahwa setiap mereka yang terikat dalam perjanjian itu, memiliki kewajiban-kewajiban tertentu yang harus mereka laksanakan, sehingga tanda tangan itu menjadi salah satu bentuk simbolis atau bukti bahwa mereka telah sama-sama sepakat terhadap ketentuan-ketentuan apa saja yang ada dalam surat perjanjian itu dan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam surat perjanjian tersebut merupakan tanggungjawab mereka. Karena apabila salah satu pihak melanggar ketentuan dalam surat perjanjian itu, maka pihak yang lain dapat menuntut dengan alasan wanprestasi.

2. Isi surat angkutan

Isi surat angkutan pada umunya berisi ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan perjanjian dan mengenai biaya angkutan. Dalam mengisi isian jumlah biaya angkutan dari surat angkutan ini tidak perlu diisi seketika, karena kemungkinan besar masih memerlukan banyak pertimbangan, pengukuran-pengukuran maupun perhitungan pertimbangan-pertimbangan serta penghitungan barang-barang terlebih dahulu oleh pengangkut.57 Adapun yang harus diisi adalah sebagai berikut :

a. Nama, berat atau ukuran barang-barang angkutan, merek-merek dan jumlahnya;

b. Nama pihak dialamati

c. Nama dan tempat kediaman pengangkut d. Jumlah biaya angkutan

e. Penanggalan surat angkutan

f. Penandatanganan pengirim atau ekspeditur

57


(17)

g. Apa-apa saja yang selanjutnya masih diperjanjikan antara pihak-pihak.58

Didalam perjanjian pengangkutan itu juga harus dicantumkan isi yang wajib dilakukan dalam menjalankan prestasi bagi pihak pengangkut, yaitu pengangkut dengan itikad baik harus mengangkut dan menyelenggarakan pengangkutan barang-barang yang dipercayakan kepadanya itu dengan baik dan dengan tepat waktu. Pengangkut selama proses pengangkutan yaitu mulai dari diterimanya barang sampai kepada sampainya barang itu ketempat tujuan, harus memelihara dengan baik, sehingga barang yang telah dipercayakan kepadanya dapat dengan lengkap dan jelas diserahkan di tempat tujuan kepada yang berhak menerimanya.

2 Objek pengangkutan

Objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai

tujuan hukum. Yang diartikan “objek hukum” pengangkutan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan. Tujuan hukum pengangkutan adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan, maka yang menjadi objek hukum pengangkutan adalah:

a. Muatan barang; b. Muatan penumpang; c. Alat pengangkutan; d. Biaya pengangkutan. 59 a. Muatan barang

58

Ibid, hal. 53

59

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara.( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994). hal 61


(18)

Muatan barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang-undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu :

1. barang berbahaya (bahan-bahan peledak); 2. barang tidak berbahaya;

3. barang cair (minuman); 4. barang berharga;

5. barang curah (beras, semen,minyak mentah); dan 6. barang khusus.

b. Muatan penumpang

Muatan penumpang lazim disebut penumpang saja. Sama halnya dengan barang, penumpang juga tidak ada definisinya dalam undang-undang. tetapi dilihat dari perjanjian pengangkutan selaku objek perjanjian, penumpang adalah setiap orang yang berbeda dalam alat pengangkutan yang memiliki tiket penumpang, yang diangkut dari satu tempat ke tempat tujuan. Setiap penumpang yang diangkut memperoleh pelayanan yang wajar dari pengangkut, bergantung dari jenis pengangkutan, jarak pengangkutan, jumlah biaya pengangkutan. Pelayanan terutama terdiri dari makanan, minuman serta perawatan kesehatan ringan selama perjalanan. Selain itu, juga hiburan dan bacaan dalam perjalanan. Pelayanan yang lebih baik terdapat pada pengangkutan udara dan pengangkutan laut. penumpang dengan kapal laut khusus, seperti kapal kambun.

c. Alat pengangkut

Sebagai pengusaha pengangkutan, pengangkut memiliki alat pengangkutan sendiri atau menggunakan alat pengangkutan orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkutan darat adalah kenderaan bermotor yang dijalankan oleh


(19)

pengemudi (sopir). Alat pengangkutan jalan rel adalah kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkutan laut adalah kapal laut niaga yang dijalankan oleh nakhoda. Alat pengangkutan udara adalah pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Sopir, masinis, nakhoda, pilot bukan pengangkut melainkan sebagai buruh pengangkut yang dikuasai oleh hubungan hukum peburuhan Bab VII-A KUHPerdata. Semua alat pengangkutan harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.

d. Biaya pengangkutan

Dalam KUHDagang tidak diatur secara umum mengenai biaya pengangkutan. Tetapi dilihat dari perjanjian pengangkutan, biaya pengangkutan adalah kontra prestasi terhadap penyelenggaraan pengangkutan yang dibayar oleh pengirim atau penerima atau penumpang kepada pengangkut. Dalam pengangkutan barang, biaya pengangkutan dapat dibayar lebih dahulu oleh pengirim atau dibayar kemudian oleh penerima. Perhitungan jumlah biaya pengangkutan ditentukan juga oleh beberapa hal berikut ini:

1) Jenis pengangkutan yaitu pengangkutan darat, laut dan udara. Tiap pengangkutan mempunyai biaya pengangkutan yang tidak sama. 2) Jenis alat pengangkutan yaitu bus, kereta api, kapal laut, pesawat

udara. Tiap jenis alat pengangkutan mempunyai pelayanan dan kenikmatan yang berbeda sehingga berbeda pula tarif yang ditetapkan. 3) Jarak pengangkutan yaitu jarak jauh atau jarak dekat. Jarak jauh

memakan biaya pengangkutan lebih banyak dibandingkan jarak dekat. 4) Waktu pengangkutan yaitu cepat atau lambat. Pengangkutan yang

cepat (ekspress kilat) lebih besar biayanya dibandingkan dengan pengangkutan biasa (lansam).


(20)

5) Sifat muatan yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah busuk, mudah pecah. Sifat ini mempunyai kemungkinan timbul kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan muatan yang mempunyai sifat tidak berbahaya.60

B. Fungsi dan Jenis Pengangkutan

1. Fungsi pengangkutan

Menurut Purwosutjipto fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Fungsi pengangkutan adalah sangat penting sekali dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam dunia perdagangan, mengingat kegiatan pengangkutan merupakan sarana untuk memindahkan barang dari produsen ke agen/grosir dan selanjutnya sampai ke konsumen dalam hal angkutan barang. Sedangkan untuk pengangkutan penumpang (orang), maka kegiatan pengangkutan berfungsi untuk memindahkan penumpang (orang) dari satu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuannya. Dengan jasa kegiatan pengangkutan tersebutlah barang dan atau penumpang dapat berpindah dari tempat asal ke tempat tujuan.

Yang menjadi sasaran pengangkutan itu adalah dengan dilakukannya kegiatan pengangkutan maka barang atau benda yang diangkut itu akan meningkat daya guna maupun nilai ekonomisnya. Sedangkan untuk pengangkutan penumpang (orang), maka kegiatan pengangkutan juga akan membawa fungsi bagi penumpang sebagai pengguna jasa angkutan. Artinya dengan dukungan jasa angkutan tersebut penumpang dapat sampai ke tempat yang dituju untuk

60


(21)

selanjutnya melakukan kegiatan yang ia maksudkan.61 Berkaitan dengan fungsi pengangkutan, selanjutnya Abdulkadir Muhammad menjelaskan bahwa pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan vital karena didasari oleh berbagai faktor seperti:

a. Keadaan geografis Indonesia;

b. Untuk menunjang pembangunan berbagai sektor; c. Mendekatkan jarak antara desa dan kota;

d. Untuk perkembangan ilmu dan teknologi. 62

Uraian tentang fungsi pengangkutan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengangkutan itu sendiri adalah untuk memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui darat, perairan maupun udara dalam rangka menunjang, menggerakkan dan mendorong pembangunan nasional, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas pembangunan nasional, memantapkan keutuhan dan persatuan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.63

2. Jenis pengangkutan

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. Purwosutjipto membedakan jenis-jenis pengangkutan itu ke dalam empat kelompok yaitu : pengangkutan darat; pengangkutan laut; pengangkutan udara dan pengangkutan perairan darat.64 Selanjutnya Sution Usman Adji dkk secara umum membagi jenis-jenis

61

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut (Medan:Pustaka Bangsa Press, 2005) hal. 5

62

Ibid, hal. 6 63Ibid

, hal 7 64

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pengangkutan, Op. Cit, hal.2


(22)

pengangkutan itu atas : pengangkutan udara; Pengangkutan perairan darat; Pengangkutan dengan kendaraan bermotor dan kereta api dan pengangkutan di laut.

a. Pengangkutan darat

Undang-undang baru yang mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang berlaku sekarang adalah Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 1 angka 8 menentukan bahwa angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Pengangkutan jalan diselenggarakan oleh perusahaan pengangkutan umum yang menyediakan jasa pengangkutan penumpang dan/atau barang dengan kendaraan umum. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Jadi, pengangkut pada pengangkutan jalan adalah perusahaan pengangkut umum yang mendapat izin operasional dari pemerintah menggunakan kendaraan umum dengan memungut bayaran.

Pelayanan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek (Pasal 140 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009). Perusahaan pengangkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan. Standar pelayanan minimal yang dimaksud ditetapkan berdasar pada jenis pelayanan yang diberikan (Pasal 141 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009). Jenis pelayanan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek terdiri atas :


(23)

2) Pengangkutan antarkota antarprovinsi; 3) Pengangkutan antarkota dalam provinsi; 4) Pengangkutan perkotaan; dan

5) Pengangkutan pedesaan (Pasal 142 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009).

Pengangkutan barang umum dengan kendaraan bermotor umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(a) Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan;

(b) Tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untuk memuat dan membongkar barang; dan

(c) Menggunakan mobil barang (Pasal 161 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009).

Apabila perusahaan pengangkutan umum berbentuk badan hukum, bentuk badan hukum tersebut boleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk pengangkutan penumpang. Jika persekutuan bukan badan hukum boleh berbentuk CV. Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum yang melayani trayek tetap lintas batas negara, antarkota antar provinsi dan antakota dalam provinsi harus dilengkapi dengan dokumen. Dokumen pengangkutan orang yang dimaksud meliputi :

1.1Tiket penumpang umum untuk pengangkutan dalam trayek; 1.2Tanda pengenal bagasi;

1.3Manifes.

Pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor umum wajib dilengkapi dengan dokumen yang meliputi :


(24)

a.2 Surat muatan barang (Pasal 166 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009).

Perusahaan pengangkutan umum yang mengangkut barang wajib membuat surat muatan barang sebagai bagian dokumen perjalanan. Perusahaan pengangkutan umum yang mengangkut barang wajib membuat surat perjanjian pengangkutan barang ( Pasal 168 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009). Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat menurunkan penumpang atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan kesalamatan pengangkut.

Pada pengangkutan darat menggunakan kereta api, diatur pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang diUndang-undangkan pada tanggal 25 April 2007. Kereta api selalu dipakai untuk mengangkut barang-barang yang dimuat dalam petikemas. Angkutan kereta api dapat menjadi efisie dan ekonomis pada wilayah luas dan datar, bukan pada daerah yang berbukit. Angkutan kereta api sangat cocok untuk angkutan jarak jauh dan ideal bagi barang-barang yang bersifat bulky dan berat seperti komoditas industry, bahan mentah, barang tambang, bahan bakar minyak dan lain sebagainya.65

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang 23 Tahun 2007, Perkeretaapian adalah sesuatu yang berkaitan dengan sarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk menyelenggarakan angkutan kereta api yang disusun dalam suatu sistem. Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 bahwa pengangkut adalah penyelenggara sarana perkeretaapian yaitu badan usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum, wajib memiliki izin operasi

65

Sinta Uli., Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara (Medan : USU press Cet. Ke-1, 2006), hal. 60.


(25)

dari pemerintah. Pengangkut pada pengangkutan kereta api adalah penyelenggaran sarana perkeretaaipan yang berbentuk perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang mendapat izin operasi dari pemerintah menggunakan kereta atau gerbong dengan memungut biaya.66

PT. Kereta Api Indonesia menyelenggarakan pengangkutan penumpang dengan kereta api dengan cara :

a. Mengutamakan keselamatan dan keamana penumpang; b. Mengutamakan pelayanan kepentingan umum;

c. Menjaga kelansungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;

d. Mengumumkan jadwal perjalan kereta api dan tariff pengangkutan kepada masyarakat;

e. Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api; dan

f. Pembatalan, penundaan keberangkatan dan keterlambatan kedatangan; atau

g. Pengalihan pelayanan lintas kereta api disertai dengan alasan yang jelas (Pasal 133 Undang-undang 23 Tahun 2007).

Apabila dalam perjalan kereta api terdapat hambatan atau gangguan yang mengakibatkan kereta api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan yang disepakati, PT. Kereta Api Indonesia menyediakan pengangkutan dengan kereta api lain atau moda transportasi lain sampai stasiun tujuan atau memberikan ganti kerugian senilai harga karcis. Jika PT. Kereta Api Indonesia tidak memenuhi kewajiban, PT.KAI dikenai sanksi administratif pembekuan izin operasi atau pencabutan izin operasi (Pasal 134 ayat (4) dan Pasal 135 Undang-undang 23 Tahun 2007).

66


(26)

b. Pengangkutan Perairan

Pengangkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Pengangkutan di perairan terdiri atas pengangkutan laut, pengangkutan sungai dan danau serta pengangkutan penyebrangan (Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008). Pengangkutan laut terdiri atas pengangkutan laut dalam negeri, pengangkutan laut luar negeri, pengangkutan laut khusus dan pengangkutan laut pelayaran rakyat (Pasal 7 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008). Pengangkutan di perairan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran (Pasal 1 angka 3 dan 60 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008).67Kegiatan pengangkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan pengangkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia. Kapal asing dilarang mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau atau antarpelabuhan.

Pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional merupakan bagian dari usaha pengangkutan perairan mempunyai peran penting dan karakteristik tersendiri. Pembinaan pelarayan rakyat dilaksanakan dengan tujuan agar kehidupan usaha dan peran penting tetap terpelihara sebagai bagian dari tatanan pengangkutan perairan.Perusahaan pengangkutan perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan perairan. Karcis penumpang dan dokumen muatan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan periaran.

67


(27)

Pengangkut pada pengangkutan perairan adalah perusahaan pengangkutan periran dengan menggunakan kapal yang mendapat izin operasi dari pemerintah, dengan memungut bayaran. Penyelenggaraan pengangkutan laut dari dan ke luar negeri antara negara Republik Indonesia dan negara asing dilakukan berdasarkan perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara asing yang bersangkutan.Pengangkutan sungai dan danau diselenggarakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur yang dilengkapi dengan dengan trayek tidak tetap dan teratur. Khusus pengangkutan penyebrangan laut (samudra) harus diselenggarakan oleh pengangkut yang berbentuk badan hukum, sedangkan pengangkutan di periran lainnya boleh diselenggarakan oleh pengangkut yang berbentuk badan hukum dan yang tidak berbentuk badan hukum (warga negara Indonesia). Pengangkut berbentuk badan hukum boleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) boleh juga Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

c. Pengangkutan Udara

Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat untuk mengangkut penumpang, kargo dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara udara yang lain atau beberapa bandara (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan). Angkutan udara merupakan satu-satunya alternatif sebagai sarana yang cepat, efisien dan ekonomis bagi pengangkut atas pulau dan daerah.68

Pada dasarnya yang diangkut dengan angkutan udara adalah dominan untuk penumpang, disamping itu juga diangkut barang-barang yang bersifat segar, relatif ringan dan bernilai tinggi. Angkutan udara memerlukan airport maupun airways. Airways adalah jalan yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang

68


(28)

melalui ruang udara atau angkasa sepanjang mana pesawat terbang dijalankan untuk bergerak atau terbang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

Airport atau pelabuhan udara atau bandar udara adalah suatu tempat atau daerah, apakah pada air dan tanah atau darat yang dipergunakan dan disesuaikan untuk keperluan landing dan take off bagi pesawat-pesawat terbang atau tempat yang dipergunakan secara teratur untuk menerima serta melepas atau menerbangkan penumpang atau muatan barang yang diangkut dengan pesawat melaui udara.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan kegiatan pengangkutan udara terdiri atas pengangkutan udara niaga dan pengangkutan udara bukan niaga. Pengangkutan udara niaga yang dimaksud terdiri atas pengangkutan udara niaga dalam negeri dan pengangkutan udara niaga luar negeri. Kegiatan pengangkutan udara niaga dapat dilakukan secara berjadwal dan/tidak berjadwal oleh badan usaha pengangkutan udara niaga nasional dan/atau asing untuk mengangkut penumpang dan kargo, atau khusus mengangkut kargo (Pasal 83 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009). Pengangkutan udara niaga dalam negeri hanya dapat dilakukan oleh badan usaha pengangkutan udara nasional yang telah mendapat izin usaha pengangkutan udara niaga (Pasal 84 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009). Pengangkutan udara berjadwal dalam negeri hanya dapat dilakukan oleh badan usaha pengangkutan udara nasional yang telah mendapat izin usaha pengangkutan udara niaga berjadwal. Badan usaha pengangkutan udara niaga berjadwal tersebut dalam keadaan tertentu dan bersifat sementara dapat melakukan kegiatan pengangkutan udara niaga tidak berjadwal setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang membidangi urusan penerbangan.69

69


(29)

Badan usaha pengangkutan udara niaga wajib mengangkut orang dan/atau kargo dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan. Badan usaha pengangkutan udara niaga wajib memberikan pelayanan yang layak kepada setiap pengguna jasa pengangkutan udara niaga sesuai dengan perjanjian pengangkutan yang disepakati. Perjanjian pengangkutan dimaksud dibuktikan dengan tiket penumpang dan dokumen muatan (Pasal 140 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009). Dokumen pengangkutan udara niaga terdiri atas :

1) Tiket penumpang pesawat udara niaga;

2) Pas masuk pesawat udara niaga (boarding pass);

3) Tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag); dan

4) Surat muatan udara niaga (airway bill) (Pasal 150 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009).

C. Pengiriman Barang dan Kewajiban Pengangkut

1. Pengiriman barang

Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan :

a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut; b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan

c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat dirumuskan dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi


(30)

kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/ bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan. Untuk menentukan pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung pada perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh pihak-pihak, bahkan kebiasaan masyarakat.

Pada pengangkutan dengan kereta api, tempat pemuatan dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang disebut stasiun. Pada pengangkutan dengan kendaraan umum disebut terminal, pada pengangkutan dengan kapal disebut pelabuhan dan pada pengangkutan dengan dengan pesawat udara sipil disebut bandara (Bandar udara). Kegiatan pengriman barang dapat dilakukan melalui :

1. Angkutan dengan kereta api yang dapat mengirimkan barang dengan : (a) Barang potongan.

(b) Muatan Bagage.

(c) Wagong lading (muatan gerbong).

2. Angkutan dengan kendaraan bermotor yaitu dengan cara : (a) Angkutan dengan persetujuan truck lading.

(b) Barang hantaran denga koli.

(c) Angkutan secara khusus dengan ekspedisi muatan. (d) Muatan baggage atau barang kiriman.

3. Angkutan laut, pengiriman barang melalui shipping company dengan menggunakan :

(a) Linner service baik non confrens dan confrens liner.

(b) Tramper liner baik dengan sistem time charter, voyage charter maupun dengan sistem bareboat charter.


(31)

4. Angkutan udara, cara pengriman barang dengan sistem bagage atau barang kiriman hand bagage. 70

2. Kewajiban pengangkut

Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum wajib menggunakan kendaraan bermotor umum penumpang, yaitu kendaraan bermotor umum yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, demikian juga pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor umum barang, yaitu kendaraan bermotor yang penggunaannya untuk mengangkut barang. Pengangkutan orang atau barang dengan memungut bayaran hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum.

Perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya pengangkutan oleh orang dan/atau pengirim barang (Pasal 186 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009). Kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang serta menerbitkan dokumen pengangkutan dan sebagai imbalan haknya memperoleh biaya pengangkutan dari penumpang atau pengirim barang. Pihak-pihak dapat juga memperjanjikan bahwa di samping kewajiban utama, pengangkut mempunyai kewajiban pelengkap, yaitu:

a. Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang diangkut dengan sebaik-baiknya.

b. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat pemberhantian atau di tempat tujuan dengan aman dan selamat.

70

Soegijatna Tjakranegara., Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hal. 3.


(32)

c. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap, tidak rusak, atau tidak terlambat. 71

Menurut Purwosutjipto, kewajiban-kewajiban dari pihak pengangkut adalah :

1. Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan.

2. Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/ atau barang yang diangkutnya.Dengan demikian maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggungjawab (Pasal 1235 KUHPerdata).

Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi:

a) Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat pengangkutnya;

b) Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;

c) Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan yang diangkut.

d) Menyerahkan muatan di tempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi pengemudi kendaraan bermotor umum, yaitu:

(a) Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan;

(b) Memindahkan penumpang dalam perjalanan ke kendaraan lain yang sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas perintah petugas; (c) Menggunakan lajur jalan yang telah ditentukan atau menggunakan

lajur paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah; (d) Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan

penumpang;

71


(33)

(e) Menutup pintu selama kendaraan berjalan; dan

(f) Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.

Selain itu di dalam UU No. 22 tahun 2009 terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan angkutan umum, yaitu:

1.1Menyerahkan tiket penumpang (Pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009); 1.2Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkutan untuk angkutan

tidak dalam trayek (Pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);

1.3Menyerahkan tanda pengenal bagasi kepada penumpang (Pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);

1.4Menyerahkan manifes kepada pengemudi penumpang (Pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);

1.5Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang (Pasal 186 UU No. 22 Tahun 2009);

1.6Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan (Pasal 187 UU No. 22 Tahun 2009);

1.7Perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 188 UU No. 22 tahun 2009); 1.8Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan


(34)

ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT ANTARA PT. RAHMAT JAYA

TRANSPORT DENGAN PT. INDOFOOD

A. Hak Dan Kewajiban PT. Rahmat Jaya Transport Dan PT. Indofood Di

Dalam Penyelenggaraan Pengangkutan Barang Melalui Darat

Sesuai dengan defenisi pengangkutan yang dikemukakan oleh Purwosutjipto, bahwa pengangkutan adalah sebagai suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban penumpang dan/atau pengirim barang adalah membayar ongkos angkut, maka jelas berdasarkan defenisi tersebut masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban sendiri-sendiri.

Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan kewajiban penumpang atau pengirim barang adalah membayar biaya angkutan dan berhak untuk diangkut sampai di tempat tujuan dengan selamat. Apabila pengangkut tidak mengangkut penumpang atau barang sampai di tujuan dengan selamat, maka pengangkutan harus bertanggungjawab untuk membayar ganti kerugian kepada penumpang atau pengirim barang.

Kewajiban dan hak timbal balik pihak-pihak timbul karena peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian atau keadaan. Peristiwa hukum tersebut dapat berasal dari perjanjian atau undang-undang. Kewajiban yang timbul dari


(35)

ketentuan perjanjian disebut kewajiban perjanjian (contractual obligations), sedangkan kewajiban yang timbul dari ketentuan undang-undang disebut kewajiban undang-undang (law obligations).72

Umumnya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan telah dirumuskan dalam perjanjian yang mereka buat. Karena perjanjian pengangkutan umumnya tidak tertulis, tetapi didukung oleh dokumen pengangkutan. Apabila dalam dokumen tidak dirumuskan, yang diikuti adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga tidak ditentukan, yang diikuti adalah kebiasaan dalam praktik pengangkutan. Oleh karena itu, sumber kewajiban dan hak pihak-pihak adalah perjanjian, dokumen, undang-undang dan kebiasaan.

Kewajiban dan hak pihak-pihak diklasifikasikan menjadi kewajiban dan hak utama, kewajiban dan hak pelengkap. Dasar pembedaannya adalah pada akibat hukum jika terjadi pelanggaran. Apabila kewajiban dan hak utama dilanggar/ tidak dipenuhi, dapat mengakibatkan pembatalan perjanjian. Kewajiban dan hak utama adalah yang berkenaan dengan biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan. Apabila kewajiban dan hak pelengkap dilanggar/tidak dipenuhi, hanya dapat mengakibatkan pembayaran ganti kerugian. Kewajiban dan hak pelengkap adalah yang berkenaan dengan barang bawaan penumpang, penyimpanan dan penunjukan dokumen dan syarat-syarat ringan lainnya.73Surat perjanjian kerja sama pengangkutan barang melalui darat antara PT. Rahmat Jaya

72

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Op. Cit. hal. 145 73


(36)

Transport dengan PT. Indofood pada Pasal IV dijelaskan menganai ketentuan dan kewajiban transporter antara lain:74

1. Pihak kedua berkewajiban untuk mengirim produk-produk pihak pertama ke alamat yang dimaksud dengan waktu yang tepat.

2. Pihak kedua berkewajiban melengkapi angkutan miliknya dengan surat-surat yang ditetapkan oleh yang berwenang, serta kendaraan/ angkutan dimaksud harus berplat dasar warna kuning.

3. Pihak kedua berkewajiban menyediakan angkutan dengan bak/ container yang dalam keadaan bersih dan baik, serta menjamin bahwa dalam melaksanakan angkutan barang jadi milik pihak pertama, Pihak kedua menggunakan armada armada/ kendaraan truck khusus yang tidak dipergunakan untuk mengangkut barang atau bahan najis/haram. 4. Pihak kedua berkewajiban menyediakan angkutannya setiap saat

diperlukan oleh pihak pertama.

5. Pihak kedua berkewajiban mengamankan produk-produk pihak pertama dan menjamin keutuhannya.

6. Pihak kedua menjamin pengiriman produk pihak pertama terhindar dari tercemarnya bahan-bahan kimia atau barang-barang lain yang dapat merusak mutu produk pihak pertama, untuk itu barang-barang pihak pertama tidak boleh dibanting, diinjak atau diangkut bersamaan dengan barang lain yang berbau tajam yang dapat mencemari, dihindarkan dari tempat yang basah dan panas. Pihak kedua harus menyediakan sarana perlengkapan untuk mencegah kerusakan hal tersebut di atas seperti terpal, kayu atau siku, tali, dll.

7. Pihak kedua tidak dibenarkan menahan pengiriman barang-barang pihak pertama selama lebih dari 12 jam, dengan alasan karena menunggu di gudang, kerusakan mobil, maupun menunggu tambahan angkutan lain.

8. Pihak kedua diwajibkan segera melapor kepada pihak pertama bilamana terjadi hal-hal yang mengakibatkan tertundanya pengiriman misalnya banjir, putus hubungan darat dan sebagainya.

9. Jika terjadi force major seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor di mana menimbulkan kerugian, maka kedua belah pihak dapat menyelesaikannya secara musyawarah.

10.Pihak kedua diwajibkan mengikuti ketentuan yang tertuang dalam manual maupun SOP yang terkait dengan Sistem Management Keamanan Pangan yang berlaku di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk cabang Medan. 75

Hak PT. Rahmat Jaya Transport dalam penyelenggaraan perjanjian pengangkutan barang dengan PT. Indofood adalah :

74

Surat Perjanjian penunjukan transporter No. 013/SPK/ICBP/2014 75


(37)

a. Mendapatkan pembayaran atas jasa pengangkutannya dengan tepat waktu.

b. Dapat mengajukan addendum

Surat perjanjian Penunjukan transporter antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood tidak dijelaskan secara rinci mengenai hak dan kewajiban dari PT. Indofood, akan tetapi berdasarkan Pasal 2 Surat Perjanjian Penunjukan transporter dijelaskan bahwa dalam hal harga pihak kedua tidak kompetitif dalam penyelenggaraan pengangkutan, maka pihak pertama berhak setiap saat untuk menunjuk transporter lain tanpa kompensasi apapun bagi pihak kedua, meskipun di dalam surat perjanjian penunjukan transporter pihak pertama telah menunjuk pihak kedua sebagai transporter untuk mengangkut produk-produk pihak pertama. Apabila diperlukan, pihak pertama berhak menunjuk pihak kedua sebagai transporter untuk mengangkut produk-produk pihak pertama ke rute lain selama pihak kedua menerima tarif ongkos angkut yang diberlakukan oleh pihak pertama ke transporter lain.

Penunjukan pihak kedua sebagai transporter oleh pihak pertama dilakukan apabila tidak terdapat transporter lain yang sebelumnya telah melakukan kerjasama pengangkutan dengan pihak pertama tidak memiliki angkutan pada saat dibutuhkan oleh pihak pertama ataupun angkutan yang dimiliki oleh transporter lain tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk melakukan pengangkutan barang pihak pertama. Pihak pertama dalam hal ini berhak untuk menunjuk pihak kedua sebagai transporter selama pihak kedua menerima tarif ongkos angkut yang diajukan oleh pihak pertama76

76

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport


(38)

PT. Indofood di dalam proses penyelenggaraan pengangkutan dengan PT. Rahmat Jaya Transport berhak untuk mendapatkan angkutan yang layak dan memenuhi syarat angkutan yang telah di tetapkan oleh pihak pertama. Angkutan yang yang layak dan memenuhi syarat untuk dapat melakukan pengangkutan adalah angkutan yang memiliki surat-surat yang telah ditetapkan oleh yang berwenang, angkutan tersebut berplat dasar kuning dan angkutan tersebut memiliki bak/container yang dalam keadaan bersih dan layak untuk digunakan selama proses pengangkutan barang pihak pertama.

Dalam hal produk pihak pertama yang telah dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi lagi, pihak pertama berhak untuk memiliki produk pihak pertama tersebut meskipun pihak kedua telah membayar ganti kerugian atas barang-barang tersebut. Produk yang dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi nantinya akan dimusnahkan oleh pertama. Pemusnahan yang dilakukan oleh pihak pertama untuk menghindari pihak pengangkut menjual kembali produk pihak pertama yang tidak layat dan rusak tersebut di pasaran. Hal ini dilakukan oleh pihak pertama untuk tetap menjaga kualitas produk pihak pertama di pasaran agar tetap layak dan baik untuk di konsumsi oleh masyarakat.

Apabila dikemudian hari pihak kedua terlibat kecurangan dalam pelaksanaan perjanjian seperti memberika komisis, imbalan, pemberian uang potongan harga ataupun kesepakatan lain kepada pihak ketiga ataupun karyawan atau pejabat PT. Indofood maka pihak pertama berhak untuk memutuskan perjanjian kerjasama pengangkutan dengan pihak kedua tanpa kompensasi apapun bagi pihak kedua


(39)

Kewajiban dari pengguna jasa pengangkutan/pengirim yang paling utama adalah membayar biaya pengangkutan tanpa melupakan untuk memberitahu terlebih dahulu jenis, sifat atau banyaknya jumlah barang yang dititipkan kepada pihak pengangkutan. Dengan membayar biaya pengangkutan, dengan sendirinya timbul hak pengguna jasa pengangkutan agar barang yang diangkut oleh pengangkut dapat sampai di tujuan dengan selamat dan tepat waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian pengangkutan yang telah dibuat. Selain itu hak dari pengirim adalah berhak untuk meminta ganti rugi atas kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengangkut baik yang ditanggung oleh asuransi maupun yang tidak ditanggung oleh asuransi. Pada Pasal VI Surat Perjanjian Penunjukan transporter dijelaskan mengenai pembayaran ongkos angkut kepada PT. Rahmat Jaya Transport yaitu :

1) Pihak pertama menyanggupi akan membayar tarif/ bea sebesar yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati.

2) Pembayaran akan dilakukan oleh pihak pertama sepanjang dokumen-dokumen yang dimaksudkan lengkap menyertai kwitansi dari pihak kedua.

3) Pelaksanaan pembayaran akan dilakukan oleh pihak pertama selambat-lambatnya 30 hari terhitung dari tanggal penyerahan kwitansi pembayaran dari pihak kedua kepada pihak pertama.

4) Jumlah/nilai pembayaran akan dipotong sekaligus dengan nilai ganti rugi kerusakan/ kehilangan yang terjadi apabila perlu. 77

B. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang melalui Darat

antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood

Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak, yaitu pengangkut dan penumpang atau pengirim. Antara kedua belah pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan melalui proses

77


(40)

penyelenggaraan pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Proses penyelengaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat pemberangkatan ketempat tujuan yang telah disepakati dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang di tempat tujuan.78 Dalam menjalankan angkutan barang dengan menggunakan mobil barang dalam operasionalnya untuk menaikkan dan/atau menurunkan barang haruslah mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Dilakukan pada tempat-tempat yang tidak menggangu keamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas;

2. Pemuatan barang dalam ruangan kendaraan, pengangkutannya haruslah ditutup dengan bahan yang tidak mudah rusak dan diikat dengan kuat.

Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan pengangkutan di jalan, setiap perusahaan pengangkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu istirahat dan penggantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan bermotor umum setelah paling lama 8 jam sehari. Pengemudi bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat 30 menit.79 Untuk hal tertentu pengemudi dapat diperkerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam (Pasal 90 UU 22 Tahun 2009).

78

Abdulkadir Muhammad., Hukum Pengangkutan Niaga, Op. Cit., hal. 173 79


(41)

Pengaturan ini perlu, mengingat faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar. Oleh karena itu, pergantian pengemudi setelah menempuh jarak dan waktu tertentu mutlak diperlukan untuk melindungi keselamatan pengemudi, penumpang, pemilik barang dan pengguna jalan lainnya. Selama proses pengangkutan berlangsung, pengangkut melalui pengemudinya wajib melalukan penjagaan, pengawasan, pemeliharaan terhadap penumpang atau barang yang diangkut sampai tiba di tempat tujuan dengan selamat. Kewajiban ini dilakukan terhadap kemungkinan terjadi gangguan, pengacauan, keributan ataupun penodongan yang datang dari luar atau dari dalam kendaraan.

Sebelum melaksanakan penyelenggaraan pengangkutan antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood, kedua belah pihak telah sepakat dan sanggup untuk melaksanakan klausul-klausul yang dituangkan dalam Surat Penunjukan Transporter No.013/SPK/ICBP/2014. Setelah selesai menandatangani perjanjian tersebut oleh kedua belah pihak, PT. Rahmat Jaya Transport selaku pihak kedua mulai melaksanakan kewajibannya. Segala hasil produk PT. Indofood selaku pihak pertama berupa makanan, minuman maupun produk-produk lainnya akan mulai diminta untuk diangkut ke tempat tujuan dengan selamat dan tepat waktu. Penyelenggaraan pengangkutan akan dimulai dari gudang PT. Indofood.80

PT. Indofood nantinya akan menghubungi PT. Rahmat Jaya Transport selaku pengangkut bahwa akan dilakukan pengiriman produk pihak pertama ke tempat tujuan tertentu. PT. Rahmat Jaya Transport nantinya akan mengirimkan

80

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport


(42)

angkutan berupa truck sesuai dengan kesepakatan yang terdapat pada surat perjanjian transporter No. 013/SPK/ICBP/2014 dan sertai dengan delivery order (DO) yang dikeluarkan oleh pihak kedua. delivery order (DO) berisi :

a. Nomor polisi truck yang ditugaskan. b. Tanggal berlaku surat

c. Jenis muatan yang harus diangkut d. Jumlah muatan yang diangkut.

e. Nama jelas dan tanda tangan pihak kedua f. Cap/stempel perusahaan pihak kedua.

Sebelum dilakukan pemuatan, pihak kedua harus dapat menunjukkan delivery order (DO) agar dapat dilakukan pemuatan barang ke dalam truck, selama proses pemuatan barang ke dalam truck haruslah disaksikan oleh kedua belah pihak untuk memastikan jumlah, jenis dan cara penyusunan barang agar tidak sampai rusak selama proses pengangkutan barang ke tempat tujuan. Setelah selesai proses pemuatan barang ke dalam truck, maka pihak kedua akan mengeluarkan surat jalan. Surat jalan ini dibuat sebagai bukti terhadap jumlah barang, jenis barang, waktu dan hal-hal lain yang berkaitan dengan barang yang dikirim.81

Setelah sampai di tempat tujuan pengiriman barang, maka akan dilakukan penurunan/pembongkaran barang disertai menyerahkan surat jalan kepada penerima agar dapat mencocokkan jumlah, jenis barang dan apakah telah sesuai dengan surat jalan tersebut. Proses pembayaran ongkos angkut barang tersebut dilakukan setelah sampai dokumen pengangkutan berupa tanda terima kepada

81

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport


(43)

pihak kedua yang kemudian pihak kedua akan mengajukan tanda terima tersebut kepada pihak pertama sebagai bukti telah sampainya barang tersebut ke tempat tujuan. Pembayaran akan dilakukan oleh pihak pertama sepanjang dokumen tersebut lengkap dan selambat-lambatnya pihak pertama akan membayar ongkos angkut tersebut 30 hari terhitung tanggal penyerahan dokumen pengangkutan tersebut dari pihak kedua kepada pihak pertama.82Apabila terdapat kerusakan/kehilangan barang selama proses pengangkutan barang yang dilakukan karena kelalaian pihak kedua maka biaya ganti kerugian akan ditanggung oleh pihak kedua, nilai ganti rugi kerusakan/kehilangan barang akan dipotong sekaligus dengan ongkos pengangkutan tersebut.83

Apabila diperinci, proses penyelenggaraan pengangkutan meliputi lima tahap kegiatan yaitu tahap persiapan, pemuatan, pengangkutan, penurunan/pembongkaran dan penyelesaian antara lain:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan bagi pengangkutan barang

2. Tahap pemuatan

Pada tahap ini pengirim atau ekspiditur yang mewakilinya menyerahkan barang kepada pengangkut untuk dimuat dalam alat pengangkut. Pengirim menyerahkan barang kepada perusahaan jasa di bidang bongkar muat untuk dimuat ke dalam alat pengangkut.

82

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport

83

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport


(44)

3. Tahap pengangkutan

Pada tahap ini pengangkut menyelenggarakan pengangkutan, yaitu kegiatan memindahkan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkut yang sesuai dengan jenis perjanjian pengangkutan

4. Tahap penurunan/pembongkaran

Pada tahap pengangkutan barang kegiatannya adalah pembongkaran barang dari alat pengangkut. Pada tahap ini pengangkut menyerahkan barang kepada penerima dan penerima menyerahkan pembongkaran barangnya kepada perusahaan jasa di bidang usaha bongkar muat dan meletakkannya di tempat yang telah disepakati. Penerima menyerahkan pengurusan selanjutnya kepada ekspeditur, baik mengenai barang muatan maupun dokumen.

5. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini pihak-pihak menyelesaikan persoalan yang terjadi selama atau sebagai akibat pengangkutan. Pada pengangkutan barang, pengangkut menerima biaya pengangkutan dan biaya-biaya lainnya dari penerima jika belum dibayar oleh pengirim. Pengangkutan menyelesaikan semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggungjawabnya jika itu timbul akibat penyelenggaraan pengangkutan. 84

C. Tanggungjawab PT. Rahmat Jaya Transport Terhadap Kehilangang

atau Kerusakan Barang PT. Indofood Pada Penyelenggaraan Pengangkutan Barang

84


(45)

Perusahaan pengangkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim, atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan. Selama pelaksanaan pengangkutan, kesalamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam taggungjawab perusahaan pengangkutan umum. Pasal 1365 KUHPerdata bahwa barang siapa menimbulkan kerugian pada pihak lain karena perbuatannya yang melawan hukum wajib mengganti kerugian tersebut. Demikian juga halnya di dalam pengangkutan, baik terhadap penumpang maupun pengirim atau penerima barang. Kerugian-kerugian yang diderita pihak lain karena perbuatannya adalah menjadi tanggungjawabnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Tanggungjawab ini adalah menurut hukum artinya bahwa apabila karena perbuatan atau kelalaian, orang lain menderita kerugian, maka menurut hukum harus bertanggungjawab atas kerugian itu.85

Berkenaan dengan sistem angkutan darat, pihak pengangkut yaitu perusahaan angkutan dengan pengiriman barang masing-masing mempunyai tanggungjawab sesuai dengan prinsip perjanjian dalam KUHPerdata, bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Artinya kedua belah pihak pengangkut maupun pengirim barang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang mulai dari tempat pemuatan sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Kalau tidak selamat maka inilah yang menjadi tanggungjawab pengangkut.

85


(46)

Dalam ilmu hukum, khususnya hukum pengangkutan dikenal adanya prinsip-prinsip tanggungjawab di bidang angkutan. Prinsip tanggungjawab ini berkaitan dengan tanggungjawab pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna jasa prinsip tanggungjawab, yaitu tanggungjawab karena kesalahan (fault liability), tanggungjawab karena praduga (presumption liability) dan tanggungjawab mutlak (absolute liability). Hukum pengangkutan Indonesia umumnya menganut prinsip tanggungjawab karena kesalahan dan karena praduga. Menurut prinsip tanggungjawab karena kesalahan, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggungjawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini dianut pada Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan tentang perbuatan melawan hukum (illegal act) sebagai aturan umum (general rule).

Tanggungjawab karena praduga menganut prinsip bahwa pengangkut dianggap selalu bertanggungjawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi, jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dibebaskan dari tanggungjawab membayar ganti kerugian tersebut. Tidak bersalah artinya tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan pengangkut.


(47)

Tanggungjawab mutlak menganut prinsip bahwa pengangkut harus bertanggungjawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalah pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggungjawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, ternyata prinsip tanggungjawab mutlak tidak diatur. Hal ini karena alasan bahwa pengangkut yang bersuaha di bidang jasa pengangkutan tidak perlu dibebani dengan risiko yang terlalu berat. Namun, tidak berarti bahwa pihak-pihak tidak boleh menggunakan prinsip ini dalam dalam perjanjian pengangkutan. Pihak-pihak boleh saja menjanjikan penggunaan prinsip ini untuk kepentingan praktis penyelesaian tanggungjawab berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Jika prinsip ini digunakan dalam perjanjian pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, misalnya di muat pada dokumen pengangkutan.

Selama proses pengangkutan barang oleh pengangkut yang menggunakan truck tentunya berpedoman kepada peraturan yang mengatur tentang angkutan darat, yaitu dalam Pasal 234 UU No. 22 Tahun 2009 yang mengandung makna bahwa perusahaan pengangkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang, pengirim atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan. Selama pelaksanaan pengangkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggungjawab perusahaan pengangkutan umum.

Tanggungjawab pengangkut diatur juga dalam Pasal 1236 dan 1246 KUHPerdata. Pasal 1236 KUHPerdata menyebutkan pengangkut wajib memberi


(48)

ganti rugi atas biaya ganti rugi berupa bunga, bila ia tidak dapat menyerahkan atau merawat sepantasnya untuk menyelamatkan barang-barang angkutan. Pasal 1246 KUHPerdata menyebutkan biaya kerugian bunga terdiri dari kerugian yang telah dideritanya dan laba yang sedianya akan diperoleh. Jadi, sudah sepatutnya apabila kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggungjawab terhadap setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya.86

Tanggungjawab perusahaan pengangkutan umum terhadap pemilik barang (pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima. Pengemudi dan pemilik kendaraan bertanggungjawab terhadap kendaraan berikut muatannya yang ditinggalkan di jalan. Ini dapat diartikan jika muatan (penumpang atau barang) yang ditinggalkan di jalan itu menderita kerugian, pengemudi dan pemilik kendaraan wajib membayar ganti kerugian bersama-sama secara tanggung renteng. Pengemudi bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang atau pemilik barang atau pihak ketiga yang timbul karena kelalaian atau kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor. Dalam hal kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu orang pengemudi, tanggungjawab atas kerugian materi yang ditimbulkannya ditanggung secara bersama-sama (tanggung-renteng).

Pengangkut berwenang melalui pengemudi untuk menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian terdekat apabila ternyata penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan pengangkutan. Pertimbangan yang digunakan untuk dapat

86


(49)

menurunkan penumpang atau barang yang diangkut benar-benar harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan norma kepatutan

Besarnya ganti kerugian yang harus dibayarkan oleh perusahaan angkutan kepada pengirim barang yang barangnya musnah, hilang atau rusak ditentukan dalam Pasal 193 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yaitu dihitung sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang atau pengirim barang atau pihak ketiga. Namun perusahaan pengangkutan umum tidak bertanggungjawab atas kerugian yang timbul apabila dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu disebabkan oleh :

1. Peristiwa yang tidak dapat diduga lebih dahulu (Pasal 1244 KUHPerdata).

2. Cacat sendiri pada penumpang atau barang yang diangkut. 3. Kesalahan/kelalaian pengirim atau ekspeditur (Pasal 91 KUHD). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan direktur perusahaan pengangkutan PT. Rahmat Jaya Transport, bahwa setiap kerusakan atau kehilangan barang PT. Indofood yang disebabkan oleh kelalaian selama proses penyelenggaraan pengangkutan dan masih berada dalam pengawasan yang dilakukan oleh pihak kedua maka pihak kedua bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak pertama. Dalam hal kerusakan ataupun kehilangan barang pihak pertama yang disebabkan oleh force majeur seperti benacana alam, huru-hara dan keadaan perang, maka bentuk pertanggungjawaban pihak kedua nantinya akan di musyawarahkan lebih lanjut mengenai bentuk penyelesaianya

Pengemudi yang bertugas untuk melakukan pengiriman barang pihak pertama yang lalai di dalam proses penyelenggaran pengangkutan yang


(50)

mengakibatkan kerusakan atau kehilangannya barang dari pihak pertama, akan juga ikut bertanggungjawab untuk membayar kerugian yang diderita. Hal ini dilakukan oleh PT. Rahmat Jaya Transport agar pengemudi truck tersebut dapat berhati-hati di dalam menjalankan proses pengiriman barang selama di perjalanan.87 Proses pembayaran ganti rugi oleh pihak kedua dilakukan bersamaan dengan pembayaran ongkos pengiriman barang yang dilakukan oleh pihak pertama, jumlah/nilai ganti kerugian yang diderita oleh pihak pertama tersebut akan dipotong sekaligus dengan ongkos pengiriman barang.88

87

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport

88

Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport


(1)

1

ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT ANTARA PT. RAHMAT JAYA

TRANSPORT DENGAN PT. INDOFOOD (STUDI PADA PT. RAHMAT JAYA TRANSPORT)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH :

AHMAD YUSRIN SIREGAR NIM : 120200050

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMAPENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT ANTARA PT. RAHMAT JAYA

TRANSPORT DENGAN PT. INDOFOOD (STUDI PADA PT. RAHMAT JAYA TRANSPORT)

SKRIPSI

Diajukanuntukmelengkapitugas-tugasdalammemenuhisyarat-syarat untukmemperolehgelarSarjanaHukum

Oleh:

Ahmad YusrinSiregar NIM : 120200050

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

DisetujuiOleh:

KetuaDepartemenHukumKeperdataan

Prof. Dr. Hasim Purba, S.H, M.Hum NIP. 196603031985081001

DosenPembimbing I DosenPembimbing II

Sinta Uli, S.H., M.Hum Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum NIP.195506261986012001 NIP.195902051986012001


(3)

3

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangang di bawah ini :

NAMA : Ahmad Yusrin Siregar

NIM : 120200050

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA

PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT ANTARA PT. RAHMAT JAYA TRANSPORT DENGAN PT INDOFOOD (STUDI PADA PT. RAHMAT JAYA TRANSPORT).

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa isi skripsi ini yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, September 2016

Ahmad Yusrin Siregar


(4)

i

ABSTRAK

Ahmad Yusrin Siregar*

Sinta Uli** Rabiatul Syahriah***

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pengangkutan barang melalui darat yang dilaksanakan oleh PT. Rahmat Jaya Transport,mengingat selama proses pengangkutan barang melalui darat tersebut sering ditemukan risiko. Pengangkutan melalui darat merupakan pilihan untuk pendistribusian barang antar daerah dan membuka keterisolasian daerah terpencil yang tidak dapat dilakukan oleh jenis angkutan lainnya.Adapun judul skripsi ini adalah Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood, yang menjadi objek penyusunan skripsi ini adalah perjanjian pengangkutan barang melalui darat yang dilakukan antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood. Permasalahan adalah bagaimana hak dan kewajiban para pihak di dalam penyelenggaraan pengangkutan barang, bagaimana pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang antara kedua belah pihak, dan bagaimana bentuk tanggung jawab pihak pengangkutan terhadap kerusakan atau kehilangan barang di dalam penyelenggaraan pengangkutan.

Adapun metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian Yuridis Normatif dan jenis penelitian Yuridis Empiris. Jenis penelitian Yuridis Normatif dengan menggumpulkan bahan-bahan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, dan pendapat para sarjana. Sedangkan jenis penelitian Yuridis Empiris disini dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak PT. Rahmat Jaya Transport.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hak dan kewajiban di dalam penyelenggaraan pengangkutan barang. PT. Rahmat Jaya Transport berhak mendapatkan bayaran atas jasa pengangkutan dan berhak mengajukan addendum pada perjanjian tersebut,serta kewajiban dari pengangkut adalah mengirim produk pihak pertama ke tempat tujuan dengan selamat dan menyediakan angkutan dan kelengkapannya sesuai dengan isi perjanjian pengangkutan. PT. Indofood berhak mendapatkan angkutan yang layak dan memenuhi syarat angkutan dan berhak untuk memutuskan perjanjian apabila terdapat kecurangan selama penyelenggaraan pengangkutan. Kewajiban PT. Indofood adalah membayar ongkos pengangkutan sesuai dengan kesepakatan. Pelaksanaan perjanjian pengangkutan terjadi setelah para pihak sepakat dengan isi perjanjian dan menandatangani perjanjian tersebut.Bentuk pertanggungjawaban pengangkutan terhadap kerusakan atau kehilangan barang selama proses penyelenggaraan pengangkutan akan menjadi kewajiban pihak pengangkut untuk membayar ganti kerugian apabila disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh pihak pengangkutan. Pembayaran ganti kerugian akan dilakukan secara langsung dengan cara pemotongan ongkos pengangkutan barang tersebut,

Kata Kunci : Perjanjian Kerjasama, Barang, Pengangkutan Darat

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Keperdataan

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Keperdataan


(5)

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Keaslian Penulisan ... 9

G. Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN ... 13

A. Pengertian dan ketentuan umum perjanjian ... 13

B. Subjek dan objek perjanjian ... 26

C. Akibat,wanprestasi dan berakhirnya perjanjian ... 31

BAB III ASPEK HUKUM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT... 36

A. Perjanjian pengangkutan dan objek pengangkutan ... 36

B. Fungsi dan jenis pengangkutan ... 49


(6)

iii

BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA PENGANGKUTAN

BARANG MELALUI DARAT ANTARA PT. RAHMAT

JAYA TRANSPORT DENGAN PT. INDOFOOD ... 63

A. Hak dan kewajiban PT. Rahmat Jaya Transport dan PT. Indofood di dalam penyelenggaraan pengangkutan barang melalui darat ... 63

B. Pelaksanaan perjanjian kerjasama pengangkutan barang melalui darat antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood ... 68

C. Tanggung jawab PT. Rahmat Jaya Transport terhadap kehilangan atau kerusakan barang PT. Indofood pada penyelenggaraan pengangkutan barang ... 73

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

1. Wawancara dengan Direktur PT. Rahmat Jaya Transport

2. Perjanjian Pengangkutan PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood


Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Dalam Penyelenggaraan Angkutan Darat (Studi Pada PT Bintang Rezeki Utama Jakarta)

5 109 87

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Apoteker Dengan Pemilik Sarana Apotek Ditinjau Dari Hukum Perikatan

14 199 122

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Dengan Perusahan Penyedia Jasa Pekerja (Studi Penelitian Di PT. Gunung Garuda Group)

0 52 102

PERJANJIAN CHARTER KAPAL PENGANGKUTAN SEMEN ANTARA PT.SEMEN PADANG DENGAN PT.INDO BARUNA BULK TRANSPORT.

0 3 13

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 6

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 1

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 12

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 23

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 3

Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood (studi pada PT. Rahmat Jaya Transport)

0 0 3