19
Natrium klorida 0,9 Otsuka, Indonesia, natrium karboksi metil selulosa CMC Na dan aquades.
3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan
Proses penyiapann bahan tumbuhan terdiri dari pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan dan pengolahan bahan tumbuhan.
3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan
Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan
tumbuhan diperoleh dari pantai Poncan, Kotamadya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara .
3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta oleh Vindy Carolina 2011.
3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan
Talus rumput laut coklat dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa karang yang melekat lalu dicuci dengan air mengalir sampai bersih, ditiriskan dan disebar
di atas kertas agar airnya terserap, lalu ditimbang berat basah 20 kg. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-angin di udara dan dikeringkan di lemari
pengering pada suhu 40-50
o
C hingga rapuh bisa dipatahkan, kemudian disortasi kering dan diperoleh berat 1,9 kg, lalu dihaluskan sampai menjadi serbuk. Bagan
kerja penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 48.
3.4 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, tekstur
Universitas Sumatera Utara
20
dan ukuran serta pemeriksaan organoleptik dengan mengamati warna, rasa dan bau dari rumput laut coklat.
3.5 Pembuatan Pereaksi
Proses prmbuatan pereaksi meliputi pereaksi asam klorida 1 N dan pereaksi asam klorida 0,1 N.
3.5.1 Pereaksi asam klorida 1 N
Sebanyak 85 ml asam klorida pekat cukupkan dengan air hingga 1000 ml Depkes RI., 1995.
3.5.2 Pereaksi asam klorida 0,1 N
Diencerkan 8,5 ml asam klorida pro analis dicampurkan dengan akuades dan dicukupkan hingga 1000 ml Depkes RI., 1995.
3.6 Isolasi Senyawa Fukoidan
Timbang 50 g serbuk rumput laut coklat, dimasukkan kedalam beker gelas 1000 ml. Selanjutnya diekstraksi dengan 500 ml larutan asam klorida 0,1 N pada
suhu 100
o
C selama 4 jam sambil dilakukan pengadukan setiap 10 menit. Disaring dengan menggunakan kain flanel lalu diperas, dan diperoleh filtrat. Filtrat yang
diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Endapan dipisahkan dari filtrat dengan cara enap tuang. Selanjutnya filtrat ditambah etanol
96 dengan perbandingan 1:1 hingga terbentuk endapan, dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Endapan dikumpulkan di
atas kaca arloji dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 50
o
C Junaidi, dkk., 2009. Bagan kerja prosedur isolasi fukoidan dapat dilihat pada Lampiran 6,
halaman 49.
Universitas Sumatera Utara
21
3.7 Identifikasi Isolat Senyawa Fukoidan Rumput Laut Coklat
Identifikasi isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat meliputi penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan, analisis fukoidan secara spektrofotometri
UV dan analisis senyawa fukoidan secara spektrofotometri FTIR.
3.7.1 Penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan
Sebanyak 1 g serbuk kering ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang telah dipanaskan pada suhu 105
o
C selama 30 menit dan telah ditara. Serbuk diratakan dalam botol timbang dengan
menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven, tutupnya dibuka dan dikeringkan pada suhu 105
o
C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, dibiarkan botol dalam keadaan
tertutup dingin dalam desikator hingga suhu kamar. Susut pengeringan dihitung terhadap bahan awal Depkes RI, 1995.
3.7.2 Analisis fukoidan secara spektrofotometri UV
Senyawa fukoidan yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri UV. Prosedur kerja dilakukan dengan menimbang 20 mg senyawa isolat fukoidan,
dilarutkan dengan asam klorida 0,1 N dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan hingga garis tanda. Diukur serapannya pada bilangan gelombang
200-400 nm.
3.7.3 Analisis fukoidan secara spektrofotometri FTIR
Senyawa fukoidan yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri FTIR. Prosedur kerja dilakukan dengan cara mencampurkan 1 mg serbuk
fukoidan dengan 10 mg KBr digerus di dalam mortar kemudian ditekan hingga diperoleh pelet kemudian dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer FTIR,
Universitas Sumatera Utara
22
diukur serapannya pada bilangan gelombang 4000-400 cm
-1
.
3.8 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi
Proses pengujian aktivitas antiinflamasi meliputi pembuatan suspensi Na CMC 0,5, pembuatan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mgkg bb,
pembuatan suspensi fukoidan, pembuatan larutan λ karagenan 1, pembuatan
larutan reservoir, penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek antiinflamasi.
3.8.1 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5
Sebanyak 500 mg Na CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 10 ml, ditutup dan dibiarkan selama 15 menit, kemudian digerus
hingga diperoleh massa yang transparan, lalu diencerkan dengan air suling dimasukkan ke dalam labu tentukur dicukupkan hingga 100 ml Anief, 1995.
3.8.2 Pembuatan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mgkg bb
Sebanyak 25 mg natrium diklofenak digerus, kemudian ditambahkan sedikit suspensi Na-CMC 0,5 digerus sampai homogen, dimasukkan ke dalam
labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5 Anief, 1995.
3.8.3 Pembuatan suspensi fukoidan dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb dan 400 mgkg bb
Ditimbang 100 mg, 200 mg, dan 400 mg serbuk fukoidan. Masing- masing digerus dengan penambahan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5
sampai homogen, dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan supensi natrium karboksi metil selulosa 0,5.
3.8.4 Pembuatan larutan λ-karagenan 1
Ditimbang sebanyak 100 mg λ-karagenan, digerus sampai homogen
Universitas Sumatera Utara
23
dengan larutan NaCl 0,9, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9 sampai garis tanda. Diinkubasi pada suhu
37 C selama 24 jam Linnon, 2009.
3.8.5 Pembuatan larutan reservoir
Sebanyak 2 ml campuran senyawa pembasah Ornano Imbente BBC. 97 yang telah tersedia dalam kemasan standar dimasukkan ke dalam labu tentukur 1
L, ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutkan dengan air suling lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L , kemudian dicukupkan sampai garis
tanda Linnon, 2009.
3.8.6 Penyiapan hewan percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-200 g. Sebelum pengujian
terlebih dahulu tikus dikondisikan selama 1 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan yang digunakan pada
penelitian ini telah disetujui penggunaanya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Sumatera
Utara Animal Research Ethics Commitees EREC. Rekomendasi persetujuan dapat dilihat pada
Lampiran 2, halaman 45.
3.8.7 Pengujian efek antiinflamasi
Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 18 jam tidak makan tetapi masih tetap diberi minum. Hewan dikelompokkan kedalam 5 kelompok, yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol negatif suspensi Na-CMC, kelompok kontrol positif Natrium diklofenak, kelompok
bahan uji senyawa fukoidan dosis 100, 200 dan 400 mgkg bb.
Universitas Sumatera Utara
24
Masing-masing tikus diberi tanda pada bagian ekor dan pada kaki kanan tikus lalu hewan ditimbang beratnya. Kemudian kaki kanan tikus dimasukkan ke
dalam sel yang berisi cairan khusus yang ada pada alat pletismometer sampai cairan naik pada garis batas atas, kemudian pedal ditahan, dicatat angka pada
monitor sebagai volume awal Vo yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi larutan λ- karagenan. Setelah itu masing-masing tikus diberi suspensi
bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian, masing- masing telapak kaki tikus disuntik secara intraplantar dengan 0,05 ml larutan
λ-karagenan 1. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus pada sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai
larutan mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus
Vt. Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit. Dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah
bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol nol, dan juga kaki tikus dikeringkan sebelumnya Parmar dan Prakash, 2006.
Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikkan karagenan. Pada waktu pengukuran, volume cairan pada sel
pletismometer sama setiap kali pengukuran dan tanda batas pada kaki tikus harus jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat
Juheini dkk., 1990. Bagan kerja uji antiinflamasi dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 50.
3.9 Perhitungan Persen Radang R dan Persen Inhibisi Radang IR
Volume radang adalah selisih volume udem kaki tikus setelah dan sebelum
Universitas Sumatera Utara
25
disuntikkan larutan λ –karagenan. Persen radang dapat dihitung dengan rumus
dibawah ini:
Keterangan Vo = volume mula-mula
Vt = volume udem kaki pada waktu t Persen inhibisi radang dihitung dengan rumus di bawah ini :
Keterangan:
a = volume udem pada kelompok hewan kontrol b = volume udem pada kelompok hewan uji Mansjoer, 1997.
Contoh perhitungan persentase radang dan persentase inhibisi radang dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 56.
3.9 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan analisis variansi ANOVA dengan program SPSS versi 17 dengan tingkat kepercayaan
95 dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda satu dengan yang lainnya.
Vt - Vo Vo
R = x 100
IR = a - b
a x 100
Universitas Sumatera Utara
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Jakarta, Indonesia oleh Vindy
Carollina 2011. Hasilnya adalah rumput laut coklat Sargassum ilicifolium Turner C.Agard, suku Sargassaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada
Lampiran 1, halaman 44.
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik dari rumput laut coklat menunjukkan bahwa rumput laut coklat memiliki warna coklat, daun berbentuk lonjong kecil
dengan tepi yang begerigi, batang kecil, mempunyai bau khas dan bewarna coklat. Gambar rumput laut coklat dapat dilihat pada
Lampiran 3, halaman 46. Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan bahwa simplisia rumput
laut coklat berwarna coklat kehitaman dan berbau khas. Gambar simplisia rumput
laut coklat dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 46.
4.3 Hasil Isolasi Senyawa Fukoidan
Proses ekstraksi senyawa fukoidan pada penelitian ini menggunakan larutan HCl 0,1 N pada suhu 100
C selama 4 jam dan senyawa fukoidan diendapkan dengan menggunakan etanol 96 .
Ekstraksi menggunakan pelarut HCl sebagai pengekstrak . Lamanya
Universitas Sumatera Utara