Uji Ktivitas Antiinflamasi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

(1)

44 Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan


(2)

45

Lampiran 2. Surat persetujuan etik penelitian kesehatan


(3)

46

Lampiran 3. Gambar tumbuhan segar dan simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard.

Tumbuhan Segar Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

Simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard


(4)

47

Lampiran 4. Gambar serbuk simplisia dan isolat fukoidan Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

Serbuk simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

Serbuk isolat fukoidan Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard


(5)

48 Lampiran 5. Bagan prosedur kerja

Rumput laut coklat segar

Rumput laut coklat kering

Uji Makroskopik Dihaluskan Serbuk

Isolat senyawa Fukoidan Isolasi Fukoidan

IR dan UV

Identifikasi fukoidan

Susut pengeringan

Uji Efek Antiinflamasi Dicuci Disortasi Dikeringkan Ditimbang


(6)

49

Lampiran 6. Bagan kerja isolasi senyawa fukoidan 50 g serbuk simplisia

Dimasukkan ke dalam beker gelas 1000 ml

Ditambahkan 500 ml HCl 0,1N Diekstraksi pada suhu 1000C selama 4 jam sambil diaduk

Disaring / peras (pakai kain flanel)

Filtrat Ampas

Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm

Diambil filtrat Filtrat

Ditambahkan etanol 96% sama banyak dengan filtrat Disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit

Diambil endapan Endapan

Dikeringkan dalam oven pada suhu 500C Digerus dan dimasukkan kedalam botol Isolat Fukoidan

(2,27 g)


(7)

50 Lampiran 7. Bagan kerja antiinflamasi

Keterangan : K (-) : Kontrol negativ (Na CMC 0,5%) D I : Dosis suspensi fukoidan 100 mg/kg bb D II : Dosis suspensi fukoidan 200 mg/kg bb D III : Dosis suspensi fukoidan 400 mg/kg bb

K (+) : Kontrol positif (Na diklofenak 2,25 mg/kg bb) Tikus Jantan

Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 18 jam (tetap diberi minum)

Diberi tanda pada bagian ekor dan kaki kanan tikus dan ditimbang beratnya

Kaki kanan tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi cairan pada alat pletismometer

Dicatat angka pada monitor Volume telapak kaki

tikus mula-mula (Vo)

K (-) D I D II D III K (+)

Diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya

Satu jam kemudian, telapak kaki tikus disuntik secara intraplantar 0,05 ml larutan λ- karagenan 1%

Dilakukan pengukuran setiap 30 menit selama 360 menit dengan cara mencelupkan telapak kaki tikus pada sel pletismometer yang berisi cairan khusus Dicatat perubahan volume angka pada monitor. Volume telapak kaki

tikus tiap 30 menit (Vt)


(8)

51

Lampiran 8. Telapak kaki tikus sebelum dan sesudah diinduksi λ- karagenan

Telapak kaki tikus sebelum diinduksi λ -karagenan

Telapak kaki tikus setelah diinduksi λ –karagenan


(9)

52

Lampiran 9. Perhitungan karakteristik senyawa isolat fukoidan yang diperoleh dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

1. Perhitungan % rendemen senyawa fukoidan

% 100 Wo W1 x

1. W0 = 50 g W1 = 2,6328 g

% 26 , 5 % 100 50 6328 , 2 = = x g g

2. W0 = 50 g

W1 = 2,1676 g

3. W0 = 50 g

W1 = 2,0449 g

2. Perhitungan susut pengeringan

% 100 W1 W2 -W1 x

W1 = botol timbang dan sampel sebelum pengeringan dikurang botol timbang W2 = botol timbang dan sampel setelah pengeringan dikurang botol timbang 1.) W1 = 25,7959 - 24,7788 = 1,0171

W2 = 25,6023 - 24,7788 = 0,8235 % 33 , 4 % 100 50 1676 , 2 = = x g g % 08 , 4 % 100 50 0449 , 2 = = x g g % 56 , 4 3 % 08 , 4 % 33 , 4 % 2 , 5 = + +

% rendemen fukoidan =

% susut pengeringan = % Rata-rata rendemen fukoidan =


(10)

53 Lampiran 9 ( lanjutan )

% 03 , 19 % 100 0171 , 1 8235 , 0 0171 , 1 W1 W2 -W1

%= = − x =

2.) W1 = 24,6878 - 23,6667 = 1,0211 W2 = 24,4877 - 23,6667 = 0,821

% 59 , 19 % 100 0211 , 1 821 , 0 0211 , 1 % 100 1 2 1

%= − x = − x =

W W W

3.) W1 = 25,242 - 24,2229 = 1,0191 W2 = 25, 0451 - 24,2229 = 0,8222

% 32 , 19 % 100 0191 , 1 8222 , 0 0191 , 1 % 100 1 2 1

% = − x = − x =

W W W % 32 , 19 3 % 32 , 19 % 59 , 19 % 03 , 19 = + + % Rata-rata susut pengeringan =


(11)

54 Lampiran 10. Konversi dosis

Tabel 3. Konversi Dosis Antara Jenis Hewan Dengan Manusia Mencit

20 g

Tikus 200 g

Marmot 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kera 4 kg

Anjing 12 kg

Manusia 70 kg Mencit

20 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 Tikus

200 g 0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0

Marmot

400 g 0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci

1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4

kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing

12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusi

a 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0


(12)

55 Lampiran 11. Contoh perhitungan dosis

1. Perhitungan Senyawa Fukoidan Rumput Laut Coklat

- Dosis suspensi senyawa fukoidan rumput laut coklat yang akan dibuat adalah 100 mg/kg bb, 200mg/kg bb dan 400 mg/kg bb. Berarti dosis 100 mg, 200 mg dan 400 mg tersebut diberikan untuk hewan dengan 1 kg berat badan. Karena 1 kg = 1000 g = 10 ml. Maka tiap dosis dilarutkan dalam 10,0 ml suspensi Na-CMC.

- Volume suspensi isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat yang diberikan kepada tikus adalah volume pemberian 1% dari bb tikus

Misal bb tikus = 200 g

Maka suspensi yang diberikan 200 g = 2 ml 2. Perhitungan Dosis Natrium Diklofenak

- Tiap tablet natrium diklofenak mengandung 50 mg natrium diklofenak - Dosis maksimum untuk manusia dewasa = 25 – 50 mg

- Konversi dosis manusia (70 kg) kedosis hewan uji tikus dikali 0,018 Pemberian larutan natrium diklofenak

Konversi dosis untuk tikus = 25 mg x 0,018 = 0,45 mg

Maka dosis natrium diklofenak yang digunakan adalah 0,45 mg untuk tikus 200 g, sehingga dosis dalam mg/kg bb adalah :

Volume pemberian 1% dari bb tikus Misal bb tikus = 200 g

Maka volume suspensi natrium diklofenak yang diberikan x 200 g = 2 ml. mg = 2,25 mg/kg bb

0.45 X 200 1000kg =


(13)

56

Lampiran 12. Contoh perhitungan persen radang dan persen inhibisi radang 1.Persen Radang

% 100 x vo vo vt− dimana: Vt = volume radang setelah waktu t

Vo = volume awal kaki tikus

Misalnya: Senyawa fukoidan rumput laut coklat dosis 100mg/kg bb pada menit ke-30

Diketahui :Vt = 04,59 Vo = 03,52

% 39 , 30 % 100 52 . 3 52 . 3 59 . 4 = − x Persen Radang (%R) = 30,39 %

2. Persen Inhibisi Radang % 100 x a b a− Dimana : a = Persenradang rata-rata kelompok kontrol

b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan yang mendapat bahan uji atau obat pembanding

Persen peredaan radang senyawa fukoidan rumput laut coklat dosis 100 mg/kgb

% 73 , 33 % 100 60,71 40,23 60,71 a b a = − = = x

Persen Radang =

Persen Radang =

Persen Inhibisi Radang =


(14)

57

Lampiran 13. Hasil analisis persen radang metode duncan efek antiinflamasi suspensi senyawa fukoidan rumput laut coklat


(15)

58 Lampiran 13 (lanjutan)

Menit ke-30

Menit ke-60

Menit ke-90


(16)

59 Lampiran 13 (lanjutan)

Menit ke-120

Menit ke-150

Menit ke-180


(17)

60 Lampiran 13 (lanjutan)

Menit ke-210

Menit ke-240

Menit ke-270


(18)

61 Lampiran 13 (lanjutan)

Menit ke-300

Menit ke-330

Menit ke-360


(19)

62

Lampiran 14.Hasil analisis persen inhibisi radang metode duncan efek antiinflamasi suspensi senyawa fukoidan rumput laut coklat


(20)

63 Lampiran 14 (lanjutan)

Menit ke-30

Menit ke-60

Menit ke-90


(21)

64 Lampiran 14 (lanjutan)

Menit ke-120

Menit ke-150

Menit ke-180


(22)

65 Lampiran 14 (lanjutan)

Menit ke-210

Menit ke-240

Menit ke-270


(23)

66 Lampiran 14 (lanjutan)

Menit ke-300

Menit ke-330

Menit ke-360


(24)

40

DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja, J.T., Achmad Z., Heri P., dan Sri, I. (2011). Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 13-14, 29-39, 56-60.

Anief, M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 107.

Ati, K., dan Irma, B.P. (2009). Pengambilan Polisakarida Acemannan dari Aloe vera Menggunakan Etanol Sebagai Pengendap. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Atmaja, W.S., Kadi, A., Sulistijo., dan Satari, R. (1996). Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI. Halaman 56-57.

Corwin, E.J. (2008). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media. Descamps, V., Colin, S., Lahaye, M., Jam, M., Richard, C., Potin, P., dkk,.

(2006). Isolation and Culture of a Marine Bacterium Degrading the Sulfated Fucans from Marine Brown Algae. Marine Biotechnology 8, 27-39.

Duarte, M., dan Noseda, M. (2001). Structural Studies on Fucoidans from the Brown Seaweed Sargassum stenophyllum. Cabohydr. Res. Halaman 281-293.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektoskopi. Padang: Andalas University Press. Halaman 21.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 9-10.

Ellya, S. (2011). Isolasi dan Karakterisasi serta Aktivitas Fukoidan sebagai Antikoagulan dari Rumput Laut Coklat Sargassum crassifolium. Tesis. Fakultas Ilmu Kimia Universitas Indonesia.

Finkel, R., Clark, M.A., dan Cubeddu, L.X. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 595-606.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Analisi Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 349-351.

Guyton, A.C., dan Pl, J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 455.


(25)

41

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 147, 259.

Indriani, H dan Sumiarsih, E. (1999). Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 13-14.

Joel G. H., dan Lee E., L. (2012). Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 666-689.

Juheini, F.W., Mariana, Y., dan Rusmawan, I. (1990). Efek Antiinflamasi Jahe Majalah Farmakologi dan Terapi Indonesia. 7 (1): 9-13.

Junaidi, L., Subagja., Hendarti., Asep, S., dan Jamaes, S. (2009). Identifikasi dan Ekstraksi Fukoidan dari Alga Coklat. Bogor : Balai Besar Industri Agro. Halaman 8-10, 18.27.

Katzung, B. G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 1 Edisi VIII. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 580.

Kee, J.L., dan Hayes, E.R. (1996). Pharmacology A Nursing Process Apporch. Edisi I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 310-321.

Li, Bo., Rui, X.Z., dan Xin, J.W. (2008). Anticoagulant Activity of Fucoidan from Hizikia fusiforme. Agro Food Ind, Hi-tech. 19, 22-24.

Linnon, B.L. (2009). Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus. Skripsi. FakultasFarmasi. USU. Medan. Halaman 53-55

Mansjoer, S. (2003). Mekanisme Obat Anti Radang. Media Farmasi Indonesia. 7(1): 35-36.

Marudhupandi, T., dan Thipparamalai. T.A.K. (2013). Antibacterial Effect of Fucoidan From Sargassum wightii Against the Chosen Human Bacterial Pathogens. International Current Pharmaceutical Journal Annamalai University. Vol 21: India.

Parmar dan Prakash. (2006). Sceening Methods in Pharmacology. Ahmedabab: Alpha Science International Ltd. Halaman 213-214.

Pavia, D. L. (2001). Introduction To Spectroscopy. Bellingham: Brooks/Cole Thomson Learning. Halaman 28.

Price, S.A., dan Wilson, L.N. (1992). Patofisiologi. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 36-57.


(26)

42

Ratna, E.J.H. (2014). Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Senyawa Fukoidan Dari Talus Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh dengan Variasi Suhu dan Lama Isolasi Serta Identifikasi Secara Spektrofotometri FTIR dan UV. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dien. Halaman 63-67.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisa. Yogyakrta: Pustaka Pelajar. Halaman: 228-239.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi VI. London: Pharmacetical Press. Halaman 122-125. Sander, M.A. (2003). Atlas Patologi Anatomi. Malang: UMM Press. Halaman 12. Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektrosfotokopi. Yogyakarta: Liberty. Halaman

45-54.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D. H., dan Kartasasmita, R. E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis Edisi Pertama. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Halaman 85-115.

Seung, H.L., Chang, K., Giannae, A., Sang, G.Y., Jinsoo, K., Minsoo, H., dkk. (2012). Molecular Characteristicsand Antiinflammatory Activity of the Fucoidan Extracted from Ecklonia cava. Elsevier Journal. Page: 599-606. Suparmi, S.A. (2008). Mengenal Potensi Rumput Laut. Kajian Pemanfaatan

Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Sultan Agung: Vol. XLIV No.118: 95-116.

Singh, A., Maholtra., dan Subban. (2008). Antiinflammatory and Analgesic Agent from Indian Medicinal Plants. International Journal of Inegrative Biology. Page: 57-72.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo. Halaman 321-344.

Underwood, J.C.E. (1996). General and Systematic Patology. Edisi II Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 232-234.

Vindy, C. (2011). Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Biologi Ekstrak Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(27)

43

Wilmana, P.F. (2007). Analgesik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai. Dalam Sulistia, G.G (Editor). 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakrta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 230-246.

Winter, C.A., Risley, E.A., dan Nuss, G.W. (1962). Carrageennanin-Induced Udem in Hind Paw of the Rat as an Assay for Aintiinflammatory Drug. Proc. Soc. Exp. Biol. Med. 111, 544-7.


(28)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi identifikasi tumbuhan pengumpulan dan pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan simplisia, isolasi fukoidan, identifikasi isolat senyawa fukoidan secara spektrofotometri uv dan Fourier Transform InfraRed (FTIR) dan pengujian efek antiinflamasi menggunakan metode Paw edema dengan alat plestimometer digital dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Program Service Solution (SPSS)

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas laboratorium, desikator, lemari pengering, lemari pendingin (Toshiba), termometer, blender (Panasonic MX-101SG1), spatula, kaca arloji, botol timbang dangkal bertutup, neraca kasar (Salter \ And EW3000B), neraca analitis (Vibra AJ), sentrifugasi (Hitachi CF16RXII), spektrofotometri FTIR dan UV (Shimadzu), plestimometer, sonde oral, jarum 27 G1/2 (Terumo), spuit 1ml dan 5ml, dan timbangan hewan.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah talus rumput laut coklat. Bahan-bahan kimia berkualitas pro analisis (E.Merck) seperti, asam klorida, etanol 96% (hasil destilasi), λ karagenan, natrium diklofenak (Kimia Farma),


(29)

19

Natrium klorida 0,9 % (Otsuka, Indonesia), natrium karboksi metil selulosa (CMC Na) dan aquades.

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan

Proses penyiapann bahan tumbuhan terdiri dari pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan dan pengolahan bahan tumbuhan.

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan diperoleh dari pantai Poncan, Kotamadya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara .

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta oleh Vindy Carolina (2011).

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan

Talus rumput laut coklat dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa karang yang melekat lalu dicuci dengan air mengalir sampai bersih, ditiriskan dan disebar di atas kertas agar airnya terserap, lalu ditimbang berat basah (20 kg). Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-angin di udara dan dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-50oC hingga rapuh (bisa dipatahkan), kemudian disortasi kering dan diperoleh berat 1,9 kg, lalu dihaluskan sampai menjadi serbuk. Bagan kerja penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 48.

3.4Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, tekstur


(30)

20

dan ukuran serta pemeriksaan organoleptik dengan mengamati warna, rasa dan bau dari rumput laut coklat.

3.5 Pembuatan Pereaksi

Proses prmbuatan pereaksi meliputi pereaksi asam klorida 1 N dan pereaksi asam klorida 0,1 N.

3.5.1 Pereaksi asam klorida 1 N

Sebanyak 85 ml asam klorida pekat cukupkan dengan air hingga 1000 ml (Depkes RI., 1995).

3.5.2 Pereaksi asam klorida 0,1 N

Diencerkan 8,5 ml asam klorida pro analis dicampurkan dengan akuades dan dicukupkan hingga 1000 ml (Depkes RI., 1995).

3.6 Isolasi Senyawa Fukoidan

Timbang 50 g serbuk rumput laut coklat, dimasukkan kedalam beker gelas 1000 ml. Selanjutnya diekstraksi dengan 500 ml larutan asam klorida 0,1 N pada suhu 100 oC selama 4 jam sambil dilakukan pengadukan setiap 10 menit. Disaring dengan menggunakan kain flanel lalu diperas, dan diperoleh filtrat. Filtrat yang diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Endapan dipisahkan dari filtrat dengan cara enap tuang. Selanjutnya filtrat ditambah etanol 96% dengan perbandingan (1:1) hingga terbentuk endapan, dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Endapan dikumpulkan di atas kaca arloji dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 50oC (Junaidi, dkk., 2009). Bagan kerja prosedur isolasi fukoidan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 49.


(31)

21

3.7 Identifikasi Isolat Senyawa Fukoidan Rumput Laut Coklat

Identifikasi isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat meliputi penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan, analisis fukoidan secara spektrofotometri UV dan analisis senyawa fukoidan secara spektrofotometri FTIR.

3.7.1 Penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan

Sebanyak 1 g serbuk kering ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Serbuk diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven, tutupnya dibuka dan dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, dibiarkan botol dalam keadaan tertutup dingin dalam desikator hingga suhu kamar. Susut pengeringan dihitung terhadap bahan awal (Depkes RI, 1995).

3.7.2 Analisis fukoidan secara spektrofotometri UV

Senyawa fukoidan yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri UV. Prosedur kerja dilakukan dengan menimbang 20 mg senyawa isolat fukoidan, dilarutkan dengan asam klorida 0,1 N dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan hingga garis tanda. Diukur serapannya pada bilangan gelombang 200-400 nm.

3.7.3 Analisis fukoidan secara spektrofotometri FTIR

Senyawa fukoidan yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri FTIR. Prosedur kerja dilakukan dengan cara mencampurkan 1 mg serbuk fukoidan dengan 10 mg KBr digerus di dalam mortar kemudian ditekan hingga diperoleh pelet kemudian dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer FTIR,


(32)

22

diukur serapannya pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

3.8 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi

Proses pengujian aktivitas antiinflamasi meliputi pembuatan suspensi Na CMC 0,5%, pembuatan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb, pembuatan suspensi fukoidan, pembuatan larutan λ karagenan 1%, pembuatan larutan reservoir, penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek antiinflamasi. 3.8.1 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5%

Sebanyak 500 mg Na CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 10 ml, ditutup dan dibiarkan selama 15 menit, kemudian digerus hingga diperoleh massa yang transparan, lalu diencerkan dengan air suling dimasukkan ke dalam labu tentukur dicukupkan hingga 100 ml (Anief, 1995). 3.8.2 Pembuatan suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb

Sebanyak 25 mg natrium diklofenak digerus, kemudian ditambahkan sedikit suspensi Na-CMC 0,5% digerus sampai homogen, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0,5% (Anief, 1995).

3.8.3 Pembuatan suspensi fukoidan dosis 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb

Ditimbang 100 mg, 200 mg, dan 400 mg serbuk fukoidan. Masing- masing digerus dengan penambahan suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan supensi natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

3.8.4 Pembuatan larutan λ-karagenan 1%

Ditimbang sebanyak 100 mg λ-karagenan, digerus sampai homogen


(33)

23

dengan larutan NaCl 0,9%, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai garis tanda. Diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam (Linnon, 2009).

3.8.5 Pembuatan larutan reservoir

Sebanyak 2 ml campuran senyawa pembasah (Ornano Imbente BBC. 97) yang telah tersedia dalam kemasan standar dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L, ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutkan dengan air suling lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L , kemudian dicukupkan sampai garis tanda (Linnon, 2009).

3.8.6 Penyiapan hewan percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-200 g. Sebelum pengujian terlebih dahulu tikus dikondisikan selama 1 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan yang digunakan pada penelitian ini telah disetujui penggunaanya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Sumatera Utara (Animal Research Ethics Commitees / EREC). Rekomendasi persetujuan dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 45.

3.8.7 Pengujian efek antiinflamasi

Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 18 jam (tidak makan tetapi masih tetap diberi minum). Hewan dikelompokkan kedalam 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol negatif (suspensi Na-CMC), kelompok kontrol positif (Natrium diklofenak), kelompok bahan uji senyawa fukoidan (dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb).


(34)

24

Masing-masing tikus diberi tanda pada bagian ekor dan pada kaki kanan tikus lalu hewan ditimbang beratnya. Kemudian kaki kanan tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi cairan khusus yang ada pada alat pletismometer sampai cairan naik pada garis batas atas, kemudian pedal ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal (Vo) yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi larutan λ- karagenan. Setelah itu masing-masing tikus diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian, masing-masing telapak kaki tikus disuntik secara intraplantar dengan 0,05 ml larutan λ-karagenan 1%. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus pada sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit. Dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol nol, dan juga kaki tikus dikeringkan sebelumnya (Parmar dan Prakash, 2006).

Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikkan karagenan. Pada waktu pengukuran, volume cairan pada sel pletismometer sama setiap kali pengukuran dan tanda batas pada kaki tikus harus jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat (Juheini dkk., 1990). Bagan kerja uji antiinflamasi dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 50.

3.9 Perhitungan Persen Radang (%R) dan Persen Inhibisi Radang (%IR) Volume radang adalah selisih volume udem kaki tikus setelah dan sebelum


(35)

25

disuntikkan larutan λ –karagenan. Persen radang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Keterangan

Vo = volume mula-mula

Vt = volume udem kaki pada waktu t

Persen inhibisi radang dihitung dengan rumus di bawah ini :

Keterangan:

a = volume udem pada kelompok hewan kontrol

b = volume udem pada kelompok hewan uji (Mansjoer, 1997).

Contoh perhitungan persentase radang dan persentase inhibisi radang dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 56.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan analisis variansi (ANOVA) dengan program SPSS versi 17 dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda satu dengan yang lainnya.

Vt - Vo Vo

% R = x 100 %

% IR = a - b a

x 100 %


(36)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Indonesia oleh Vindy Carollina (2011). Hasilnya adalah rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard, suku Sargassaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 44.

4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik dari rumput laut coklat menunjukkan bahwa rumput laut coklat memiliki warna coklat, daun berbentuk lonjong kecil dengan tepi yang begerigi, batang kecil, mempunyai bau khas dan bewarna coklat. Gambar rumput laut coklat dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 46.

Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan bahwa simplisia rumput laut coklat berwarna coklat kehitaman dan berbau khas. Gambar simplisia rumput laut coklat dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 46.

4.3 Hasil Isolasi Senyawa Fukoidan

Proses ekstraksi senyawa fukoidan pada penelitian ini menggunakan larutan HCl 0,1 N pada suhu 1000C selama 4 jam dan senyawa fukoidan diendapkan dengan menggunakan etanol 96 %.

Ekstraksi menggunakan pelarut HCl sebagai pengekstrak . Lamanya


(37)

27

ekstraksi memiliki pengaruh terhadap rendemen. Semakin lamanya ekstraksi, maka semakin tinggi rendemen yang diperoleh (Junaidi dkk., 2009).

Pengendapan polisakarida dilakukan dengan menggunakan etanol 96 % yang berfungsi sebagai penarik air yang terkandung dalam filtrat senyawa fukoidan (Ati dan Irma, 2009). Rendemen isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard yang diperoleh 4,56 %. Senyawa fukoidan yang diperoleh berbau khas dan bewarna coklat tua.

4.4 Identifikasi Senyawa Fukoidan

4.4.1 Penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan

Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam senyawa fukoidaan. Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk memberikan batasan kandungan air yang masih dapat ditolerir untuk menjaga stabilitasnya. Hasil rata-rata penetapan susut pengeringan senyawa fukoidan yaitu 19,32 %. Perhitungan susut pengeringan isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 52.

4.4.2 Hasil analisis fukoidan secara spektrofotometri ultraviolet (UV)

Spektrum ultraviolet senyawa isolat rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard memberikan panjang gelombang maksimum 207,5 nm. Spektrofotometri ultraviolet dapat memberikan keterangan mengenai gugus kromofor,yaitu semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak (Gandjar, 2007). Spektrum ultraviolet dari senyawa isolat rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard dapat dilihat pada Gambar 4.1


(38)

28

Gambar 4.1 Spektrum ultraviolet senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard.

4.4.3 Identifikasi senyawa fukoidan secara spektrofotometri FTIR

Hasil identifikasi secara Spektrofotometri FTIR Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard. Data spektrum inframerah bermanfaat untuk mengetahui jenis gugus fungsi spesifik yang ada dalam molekul suatu senyawa. Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan atau ditrasmisikan tanpa diserap (Sastrohamidjojo, 1985). Spektrum inframerah dari senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dan spektrum senyawa fukoidan baku dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3


(39)

29

Gambar 4.2 Spektrum inframerah senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

Gambar 4.3 Spektrum inframerah senyawa fukoidan baku (Ratna, 2014)


(40)

30

Dalam penelitian ini puncak-puncak serapan senyawa fukoidan dari hasil isolasi dibandingkan dengan baku banding fukoidan menunjukkan adanya sedikit perbedaan. Pada bilangan gelombang 3421,72 cm-1 pita melebar dan spesifik yang merupakan vibrasi regang untuk gugus O-H dari asam, sedangkan senyawa fukoidan baku gugus O-H terletak pada bilangan gelombang 3518,16 cm-1. Pada bilangan gelombang 2927,94 cm-1 terdapat pita kuat dengan lebar medium yang merupakan gugus C-H alifatis.

Pada bilangan gelombang 1631,78 cm-1 terdapat pita yang terkuat dengan lebar medium yang merupakan regang untuk C=O dari ester, sedangkan pada senyawa fukoidan baku terletak pada bilangan gelombang 1620,21 cm-1.. Puncak ini biasanya yang terkuat dengan lebar medium dalam spektrum dan serapan ini sangat karakteristik, dan juga didukung dengan adanya ikatan C-O yang mempunyai absorbansi kuat pada pita serapan 1300-1000 cm-1 (Pavia, 2001). Hal ini mendukung senyawa fukoidan yang merupakan senyawa ester berupa ester sulfat. Pada bilangan gelombang 1415,75 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H alifatik dari CH2. Pada bilangan 1238,30 cm-1 menunjukkan adanya gugus ester

sulfat (S=O). Pada bilangan gelombang 1022,27 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-O, sedangkan pada senyawa fukoidan baku terletak pada bilangan gelombang 1026,13 cm-1. Bilangan gelombang di bawah 1000 cm-1 merupakan daerah sidik jari (finger print). Kegunaan terpenting dari daerah sidik jari (finger print) adalah setiap senyawa memberikan pola yang berbeda pada daerah ini ( Dachriyanus, 2004).

Hasil identifikasi secara spektrofotometri FTIR baku fukoidan dengan hasil isolasi berdasarkan puncak-puncak serapan yang diperoleh dibandingkan


(41)

31

dengan baku pembanding ditunjukkan bahwa bahan yang diisolasi dari talus rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard adalah senyawa fukoidan. Puncak serapan senyawa isolat rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Bilangan gelombang senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard secara spektrofotometri FTIR

No Bilangan Gelombang (cm-1) Rentang Serapan Gugus Fungsi

1 3421,72 2750 – 3500 Gugus O-H

2 2927,94 2850 – 3000 Gugus C-H alifatis

3 1631,78 1600 – 1820 Gugus C=O

4 1415,75 1375 - 1450 Gugus C-H alifatik

dari CH2

5 1238,30 - Gugus ester sulfat

(S=O)

6 1022,27 1000 – 1300 Gugus C-O

7 < 1000 <1000 Daerah sidik jari

4.5 Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi 4.5.1 Hasil analisa persen radang kaki tikus

Hasil perubahan volume udem kaki tikus yang diperoleh lalu dihitung persen radang pada kaki tikus. Perhitungan persen radang (kenaikan volume radang ) untuk mengetahui seberapa besar proses peradangan pada kaki tikus telah terjadi tiap 30 menit selama 6 jam. Selanjutanya dibuat grafik perubahan persen radang rata-rata kaki tikus. Hasil pengukuran persen radang dapat dilihat pada Gambar 4.4


(42)

32

Gambar 4.4 Persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan setelah diinduksi λ karagenan 1%

Berdasarkan hasil perhitungan persen radang rata-rata kaki tikus menunjukkan kelompok percobaan yang diberi suspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5%, suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 100; 200; 400 mg/kg bb, dan suspensi natrium diklofenak pada menit ke-30 hingga menit ke-150 mengalami peningkatan persen radang. Pada menit ke-150 yang memiliki persen radang terbesar yaitu kelompok percobaan yang diberi susspensi natrium karboksi metil selulosa 0,5% (54,21%) dan yang memiliki persen radang terkecil yaitu kelompok percobaan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb (31,55%). Pada menit ke 180 hingga menit ke 210 kelompok percobaan yang diberi suspensi karboksi metil selulosa 0,5% dan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 100 mg/kg bb masih mengalami peningkatan persen radang


(43)

33

sedangkan kelompok percobaan yang diberi suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 200; 400 mg/kg bb dan suspensi natrium diklofenak sudah mengalami penurunan persen radang.

Pada menit ke-240 hingga menit ke-360 semua kelompok percobaan mengalami penurunan persen radang. Suspensi fukoidan rumput laut coklat 400 mg/kg bb memiliki persen radang yang lebih kecil dari pada suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 100, dan 200 mg/kg bb, dan suspensi natrium diklofenak. fukoidan yaitu 19,31 %.

4.5.2 Hasil analisa persen inhibisi radang kaki tikus

Hasil perhitungan persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus Waktu

( menit ke- )

FRLC 100 mg FRLC 200 mg FRLC 400 mg Na. Diklofenak

30 7.50 12.53 13.24 16.95

60 3.73 3.73 5.01 7.42

90 8.10 20.51 27.52 28.56

120 16.07 28.18 35.78 32.55

150 20.71 29.80 38.13 39.09

180 20.54 28.76 38.76 35.28

210 19.75 26.70 40.80 37.03

240 19.41 49.74 51.09 50.94

270 20.76 53.71 54.94 53.62

300 31.26 63.33 69.74 71.63

330 39.18 67.94 70.56 70.92

360 51.88 63.41 78.45 77.03

Keterangan : FRLC (Fukoidan Rumput Laut Coklat)

Berdasarkan hasil perhitungan persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus menunjukkan kelompok percobaan yang diberi suspensi FRLC dosis 400 mg/kgbb mengalami inhibisi radang dengan persentase tertinggi dari semua


(44)

34

perlakuan (78,45%), diikuti dengan kelompok yang diberi, natrium diklofenak (77,03%) dan suspensi FRLC dosis 200 mg/kg bb (63,41%). Untuk melihat hasil persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus dengan lebih jelas maka dibuat kedalam bentuk grafik. Grafik hasil pengukuran persen inhibisi radang rata-rata dapat dilihat pada Gambar 4.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360

waktu (menit ke-)

ra ta -r a ta pe rs en i nhi bi si r a da ng

Fukoidan 100mg/kg bb Fukoidan 200 mg/kg bb

Fukoidan 400 mg/kg bb Na Diklofenak 2,25 mg/kg bb

Gambar 4.5 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan setelah diinduksi λ karagenan 1%

Data perubahan efek antiinflamasi yang diperoleh diolah dengan ANOVA menggunakan SPSS. Analisis ini dilakukan terhadap hasil perubahan persen radang dari menit ke-30 hingga menit ke-360. Analisis variansi terhadap persentase radang digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yakni suspensi fukoidan rumput laut coklat terhadap suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif dan suspensi natrium diklofenak sebagai pembanding


(45)

35

positif. Analisis variansi secara SPPS pada menit ke-30 sampai menit ke-360 menujukkan nilai signifikan atau taraf kepercayaan 0,000. Nilai ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari uji analisis variansi (ANOVA) persen radang dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 57.

Perhitungan selanjutnya yaitu dilakukan uji Duncan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai efek yang terbesar antara satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda dilakukan uji Duncan. Pada uji Duncan ini, dilakukan untuk semua perlakuan dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Uji beda rata-rata > 0,05 menunjukkan bahwa antara perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan dan sebaliknya bila uji beda rata-rata < 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk semua perlakuan dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Hasil analisis persen radang dan persen inhibisi radang metode Duncan dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 57 dan Lampiran 14, halaman 62.

Analisis variansi terhadap perubahan volume radang digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yakni suspensi fukoidan rumput laut coklat terhadap suspensi CMC 0,5% sebagai pembanding negatif dan suspensi natrium diklofenak sebagai pembanding positif.

Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukan perbedaan yang signifikan (α < 0,05%) antar kelompok perlakuan pada menit ke-30 sampai menit ke-360 dengan harga F hitung > F tabel. Hal ini bearti semua jenis perlakuan memberikan


(46)

36

pengaruh yang berbeda nyata terhadap radang telapak kaki tikus yang disebabkan oleh karagenan.

Untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai dengan yang terbesar antara yang satu dengan yang lain sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda dilakukan dengan metode Duncan, uji beda rata-rata > 0,05 menunjukan bahwa rata perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna dan sebaliknya bila uji beda rata-rata < 0,05 nenunjukan terdapat perbedaan yang bermakna untuk semua perlakuan dari menit ke-30 sampai menit ke-360.

Uji Duncan menit ke-30 menunjukkan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb dan dosis 200 mg/kgbb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak dan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 dan 200 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan suspensi fukoidan dosis 100 mg/kg bb dan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan menit ke-60 menunjukan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb, dosis 200 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak dan suspensi fukoidan dosis 400, 200 dan 100 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan pada menit ke-90 menunjukan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400, 200, dan 100 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak dan suspensi fukoidan dosis 400 mg/kg bb berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan pada menit ke-120 hingga ke-210 menunjukkan suspensi


(47)

37

fukoidan rumput laut coklat dosis 400 dan 200 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak. Suspensi fukoidan dosis 400 mg/kg bb berbeda nyata dengan suspensi fukoidan dosis 200 dan 100 mg/kg bb. Suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400, 200 dan 100 mg/kg bb berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan pada menit ke-240 hingga ke-300 menunjukkan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 200 dan 400 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak. Suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 dan 200 mg/kg bb berbeda nyata dengan suspensi fukoidan dosis 100 mg/kg bb. Suspensi fukoidan dosis 400, 200 dan 100 mg/kg bb berbeda nyata dengan natrium karboksi metil selulosa 0,5%.

Uji Duncan pada menit ke-330 hingga ke-360 menunjukkan suspensi fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan suspensi natrium diklofenak. Suspensi fukoidan dosis 400 mg/kg bb berbeda nyata dengan suspensi fukoidan dosis 200 mg/kg bb. Suspensi fukoidan dosis 400, 200 dan 100 mg/kg bb bebeda nyata dengan natrium karboksi metal selulosa 0,5%.

Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat mampu meredakan pembentukan radang yang diakibatkan oleh larutan λ- karagenan. Berdasarkan hasil spektofotometri FTIR isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat mengandung senyawa ester sulfat pada bilangan gelombang 1238,30 cm-1 dan pada bilangan gelombang 1631,78 cm-1 terdapat pita yang terkuat dengan lebar medium yang merupakan regang untuk C=O. Puncak ini biasanya yang terkuat dengan lebar medium dalam


(48)

38

spektrum dan serapan ini sangat karakteristik, dan juga didukung dengan adanya ikatan C-O yang mempunyai absorbansi kuat pada pita serapan1300-1000 cm-1 (Pavia, 2001). Hal ini mendukung senyawa fukoidan yang merupakan senyawa ester berupa ester sulfat.

Hasil penelitian (Seung, dkk., 2012) menujukkan fukoidan hasil ekstraksi Ecklonia cava terdiri dari sebagian besar karbohidrat (51,8%) , asam uronic (11,3%), dan sulfat (20,1%), dengan sejumlah kecil protein (8,7 %). Kromatografi pertukaran ion mengidentifikasi tiga fukoidan (F1, F2, F3) dengan komposisi kimia dan berat molekul yang berbeda. Fukoidan fraksinasi 3 (F3) yang memiliki kandungan sulfat tinggi mampu menghambat produksi nitric oxide (NO) dari makrofag Raw 264,7. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan sulfat dan berat molekul fukoidan dapat berkontribusi pada penghambatan produksi nitric oxide. Nitric oxide adalah mediator penting inflamasi yang disintesis dari arginin oleh nitric oxide synthase (NOS).

Nitric oxide mempunyai peranan dalam inflamasi akut dan kronis. Nitric oxide mampu meningkatakan edema dan permeabilitas vaskular. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa nitric oxide menstimulasi sintesis prostaglandin melalui pengaktivasian isoenzim siklooksigenase II (COX 2). Karenanya penghambatan jalur NO akan memberikan efek bermanfaat pada penyakit, termasuk penyakit persendian (Katzung, 2001).


(49)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Hasil identifikasi isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard secara spektrofotometri UV diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 207,5 nm dan secara spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya gugus –OH, CH-alifatis, C=O, C-H alifatik dari CH2, S=O dan C-O.

b. Isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard dosis 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasi terhadap tikus jantan yang diinduksi dengan larutan λ -karagenan 1% secara intraplantar.

c. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa senyawa fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak.

5.2 Saran

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan uji aktivitas antiinflamasi isolat senyawa fukoidan dengan metode lain contohnya metode induksi xylene pada udem daun telinga dan dilakukan pengukuran sel-sel antiinflamasi seperti leukosit.


(50)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut dipengaruhi oleh toleransi fisiologis dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Rumput laut memiliki sifat benthic (melekat) dengan cara melekatkan talus pada substrat pasir, lumpur berpasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu atau kayu (Anggadiredja, dkk., 2011).

Rumput laut membutuhkan tempat menempel juga membutuhkan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Fotosintesis berlangsung tidak hanya dibantu dengan sinar matahari, tetapi juga zat hara sebagai bahan makanannya. Tidak seperti tumbuhan pada umumnya, yang zat haranya tersedia di dalam tanah, zat hara rumput laut diperoleh dari air disekelilingnya (Indriani dan Sumiarsih, 1999).

2.1.1 Morfologi tumbuhan

Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati yang disebut talus (Anggadiredja, dkk., 2011). Akar (holdfast) berbentuk cakram kecil, “batang” pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun dibagian ujungnya. “Daun” kecil, lonjong, ujungnya runcing, tepi bergerigi dan urat daun tidak begitu jelas, gelembung udara atau vesikel bulat telur,duduk pada percabangan (Atmaja, 1996).


(51)

6 2.1.2 Klasifikasi tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi LIPI, taksonomi rumput laut Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Filum : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Bangsa : Fucales Suku : Sargassaceae Marga : Sargassum

Jenis : Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard 2.1.3 Kandungan kimia rumput laut

Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan C, betakaroten, serta mineral seperti kalsium, fosfor, zat besi dan iodium (Anggadiredja, dkk., 2011).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987).

Hasil ekstraksi disebut ekstrak, yaitu sediaan kental atau cair yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan pelarut yang sesuai


(52)

7

kemudian menguapkan semua atau hampir semua pelarut yang digunakan pada ekstraksi (Depkes RI, 1995).

Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 2000). Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu: a. Cara dingin

Maserasi

Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan panambahan ulang pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat.

b. Cara panas Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.


(53)

8 Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat khusus (soklet) dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.

2.3 Fukoidan

Fukoidan dapat ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup yang ada di laut. Makhluk hidup laut tersebut antara lain timun laut dan rumput laut coklat (Descamps, dkk., 2006). Fukoidan mempunyai aktivitas biologi sebagai antikoagulan, antiinflamasi dan antioksidan. Selain itu, fukoidan juga berkhasiat sebagai antivirus, antitumor, antibakteri, penurun kadar kolesterol dalam darah, penurun tekanan darah, penstabil kadar gula darah, mengatasi gangguan pencernaan dan meningkatkan funsgsi lever (Junaidi, dkk., 2009). Fukoidan


(54)

9

adalah polisakarida yang mengandung persentase substasional dari L-fukosa dan golongan ester sulfat. Komponen utama fukoidan adalah fukosa dan sulfat (Duarte, dkk., 2001). Struktur fukoidan dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur fukoidan yang diisolasi dari rumput laut coklat

2.4 Autakoid Turunan Lipid

Kata autakoid berasal dari bahasa Yunani autos (sendiri) dan akos (agen penyembuh atau obat). Autakoid juga berbeda dari hormon yang bersirkulasi karena autakoid diproduksi oleh berbagai jaringan, tidak oleh kelenjar endokrin yang spesifik (Finkel, dkk., 2013). Eikosanoid adalah produk oksigenasi dari asam lemak rantai panjang yang tidak jenuh. Contoh senyawa eikosanoid meliputi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan A2 dan leukotrien (Joel dan Lee, 2012).

Asam arakidonat adalah prekursor eikosanoid terbanyak yang merupakan suatu asam lemak dengan 20-karbon yang mempunyai empat ikatan ganda yang dimulai pada posisi omega 6 sehingga menjadi 5,8,11,14-eicosatetraenoic acid (Katzung, 2001). Asam arakidonat bebas dilepaskan dari fosfolipid jaringan oleh kerja fosfolipase A2 dan asil hidrolase lainnya melalui proses yang diatur oleh


(55)

10

hormon dan rangsangan lainnya. Terdapat dua jalur utama dalam sintesis eikosanoid dari asam arakidonat:

a. Jalur siklooksigenase

Sintesis prostaglandin dilakukan secara bertahap oleh kompleks enzim mikrosomal yang terdapat dimana-mana. Enzim pertama yang terdapat pada jalur ini adalah prostaglandin endoperoksida sintase. Enzim ini memiliki dua isoform yaitu siklooksigenase 1 (COX-1) dan siklooksigenase 2 (COX-2). COX-1 diekspresikan secara konstitutif (dihasilkan secara terus menerus atau dalam jumlah yang tetap, tidak tergantung kondisi atau kebutuhan) di dalam sebagian besar sel. Sebaliknya COX-2 pada keadaan normal tidak ada tetapi dapat diinduksi oleh faktor-faktor seperti serum, sitokin dan faktor pertumbuhan (Joel dan Lee, 2012).

Kedua siklooksigenase meningkatkan pengambilan dua molekul oksigen dengan siklisasi asam arakidonat dan menghasilkan C9-C11 endoperoxide C15 hydroperoxide hasilnya adalah PGG2 yang secara cepat dimodifikasi oleh gugus peroksida enzim siklooksigenase untuk menambah satu kelompok 15-hidroksil yang penting bagi aktivitas biologis. Hasilnya adalah PGH2 yang kemudian menghasilkan prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin melalui jalur-jalur yang berbeda (Katzung, 2001).

b. Jalur lipoksigenase

Metabolisme asam arakidonat oleh lipoksigenase-5, -12 dan -15 menghasilkan hydroperoxyeicosatetraenoic acid (HPETEs) yang segera berubah menjadi turunan hidroksi (HETEs) dan leukotrien . Leukotrien yang paling banyak diteliti adalah leukotrien yang dihasilkan oleh


(56)

11

lipoksigenase-5 yang berada dalam sel inflamasi (Katzung, 2001). Proses biosintesis prostaglandin dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.2 Proses bisontesis prostaglandin (Wilmana,2007)

2.5 Inflamasi

Inflamasi adalah respon perlindungan normal terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen mikrobiologi. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifkan atau menghancurkan organisme penginvasi, menghilangkan iritan dan persiapan tahapan untuk perbaikan jaringan. Bila penyembuhan telah sempurna proses inflamasi biasanya mereda (Finkel, dkk., 2013).

Respon peradangan terjadi dalam tiga fase yang berbeda, masing-masing tampak diperantarai oleh mekanisme yang berbeda. Pertama fase singkat akut, ditandai oleh vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler. Kedua fase

Trauma/ luka pada sel Gangguan membran sel

Fosfolipid

Fosfolipase Kortikosteroid Asam arakidonat

Endoperoksid Hidroperoksid

Siklooksigenase

AINS

Leukotrien Tromboksan A2 Prostasiklin Prostaglandin

(PGE2, PGF2, PGD2)

Lipoksigenase


(57)

12

subakut lambat, tanda yang paling menonjol berupa infiltrasi sel leukosit dan sel fagosit. Ketiga fase proliferativ kronik, pada fase ini terjadi kerusakan jaringan dan fibrosis. Kemampuan untuk meningkatkan respon peradangan sangat penting untuk bertahan hidup dalam menghadapi patogen lingkungan dan cedera walaupun pada keadaan dan penyakit tertentu, respon peradangan mugkin berlebihan dan berlangsung lama tanpa alasan manfaat yang jelas (Joel dan Lee, 2012).

2.5.1 Gejala inflamasi

Reaksi radang dapat diamati dari gejala-gejala klinis pada jaringan yang terkena radang yaitu terjadinya kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor) dan gangguan fungsi jaringan (function laesa) (Price dan Wilason, 1995).

a. Kemerahan (Rubor)

Kemerahan (rubor) merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke daerah yang mengalami peradangan.

b. Panas (Calor)

Panas (calor) berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi radang akut. Sebenarnya panas hanyalah suatu sifat reaksi peradangan pada permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37ºC, yaitu suhu di dalam tubuh.

c. Pembengkakan (tumor)

Gejala yang paling terlihat dari peradangan akut adalah pembengkakan


(58)

13

(tumor). Pembengkakan timbul akibat pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interestial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daearah peradangan disebut eksudat.

d. Nyeri (Dolor)

Rasa sakit (dolor) dalam reaksi peradangan dapat ditimbulkan melalui berbagai cara. Perubahan pH lokal menjadi lebih rendah atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi menimbulkan rasa sakit.

e. Functio laesa

Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan area rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996). Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara refleks akan mengalamai hambatan oleh sakit, pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan (Underwood, 1996). 2.5.2 Pengobatan inflamasi

Pengobatan pasien dengan antiinflamasi mempunyai 2 tujuan utama: pertama meringankan rasa nyeri yang sering kali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama pasien dan kedua, memperlambat atau membatasi proses perusakan pada jaringan (Katzung, 2001).


(59)

14

Pengobatan inflamasi, kelompok obat yang banyak diberikan adalah obat antiinflamasi non steroid (AINS). Obat ini merupakan obat sintetik dengan struktur kimia heterogen. Obat golongan AINS mempunyai khasiat sebagai analgetik, antipiretik dan antiinflamasi. Walaupun demikian, obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu menghambat biosintesis prostaglandin. AINS menghambat siklooksigenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan yang berperan dapat menimbulkan reaksi peradangan terganggu. AINS tidak menghambat biosintesis leukotrien yang diketahui ikut berperan dalam proses inflamasi (Wilmana, 2007). Pembagian obat antiinflamasi non steroid (AINS) dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini:

AINS Inhibitor COX Non

Selektif

Inhibitor COX-2 Selektif

1. Turunan asam salisilat (aspirin, diflunisal, olsalazin)

2. Turunan para-aminofenol (asetaminofen)

3. Asam asetat indol dan inden (indometasin, sulindak)

4. Asam asetat heteroaril (tolmetin, diklofenak, keterolak)

5. Asam arilpropionat (ibuprofen, oksaprozin)

6. Asam antranilat (asam mefenamat) 7. Asam enolat (piroksikam,

meloksikam)

8.Alkanon (nabumeton)

1.Furanon tersubstitusi diaril (rofekoksib)

2. Pirazol tersubstitusi diaril (selekoksib)

3. Asam asetat indol (etodolak) 4. Sulfonalid (nimesulid)

Gambar 2.3 Pembagian obat antiinflamasi non steroid AINS.


(60)

15 2.6 Diklofenak

Derivat fenil asetat termasuk AINS yang terkuat antiradangnya dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan obat lainnya (indometasin, piroksikam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, migrain dan encok (Tjay dan Rahardja, 2007). Rumus bangun diklofenak dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4 Rumus bangun diklofenak

Diklofenak diabsorpsi dengan cepat dan sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 3 jam. Pemberian bersama dengan makanan memperlambat laju absorpsi tetapi tidak mengahmbat jumlah yang diabsorpsi. Obat ini banyak yang terikat pada protein plasma (99%) dan waktu paruhnya dalam plasma 1 sampai 2 jam. Diklofenak berakumulasi dalam cairan sinovial setelah pemberian oral, yang mungkin menjelaskan durasi efek terapeutik yang jauh lebih lama daripada waktu paruhnya dalam plasma. Diklofenak dimetabolisme di hati oleh isoenzim sitokrom P450 subfamili CYP2C menjadi 4-hidroksidiklofenak, metabolit utama serta bentuk terhidroksi lain, metabolit tersebut dieksresi dalam urin (65%) dan empedu (35%). Diklofenak menimbulkan efek samping pada saluran cerna merupakan perdarahan dan pembentukan ulser (Joel dan Lee, 2012).


(61)

16 2.7 Teknik Analisis Spektroskopi

Pada spektroskopi pembangkit sinyal adalah hasil aksi enersi radiasi elektromagnet dengan elektron dalam atom atau molekul analit yang menyebabkan transisi elektron valensi atom atau molekul dari tingkat enersi elektron dasarnya ke tingkat enersi elektron tertentu yang lebih tinggi atau meningkatkan enersi vibrasi-rotasi ikatan antar atom dalam molekul (Satiadarma, dkk., 2004).

2.7.1 Spektrofotometri ultraviolet (UV)

Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-elektron ikatan, akibatnya panjang gelombang pita yang mengabsorpsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang mungkin ada dalam suatu molekul. Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak yaitu :

a. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan. b. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks. c. Penyerapan oleh perpindahan muatan (Rohman, 2007).

2.7.2 Spektrofotometri inframerah

Apabila radiasi inframerah tengah mengenai molekul organik, frekuensi tertentu yang enersinya sesuai dengan frekuensi enersi vibrasi dan rotasi atom/gugus atom dalam molekul, akan diabsorpsi dan digunakan untuk eksitasi pada tingkat enersi vibrasi dan rotasi khas dari molekul. Radiasi inframerah yang digunakan pada analisis senyawa kimia organik meliputi daerah panjang

gelombang 2,5 sampai 16 πm dengan frekuensi 1,2 x104

sampai 2,0 x1013 Hz atau


(62)

17

bilangan gelombang 4000 sampai 625 cm-1 atau enersi antara 7,95 x10-20 J dan 1,325 x10-20 J (Satiadarma, dkk., 2004).

Atom atau gugus dalam molekul selalu berada dalam gerakan kontinu yang satu terhadap yang lainnya. Ikatan-ikatan yang berbeda (C-C, C=C, C-O, C=O, O-H, N-H) mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda dan dapat mendeteksi adanya ikatan-ikatan tersebut dalam molekul organik dengan mengidentifikasi frekuensi-frekuensi karakteristiknya sebagai pita serapan dalam spektrum inframerah (Sastrohamidjojo, 1985).

2.8 Karagenan

Iritan yang digunakan untuk efek antiinflamasi beragam jenisnya yaitu satu diantaranya adalah karagenan. Karagenan merupakan polisakarida hasil ekstraksi rumput laut dari famili Euchema, Chondrus dan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk bewarna putih hingga kuning kecoklatan ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau serta memberi rasa berlendir di lidah. Berdasarkan kandungan sulfat dan potensi pembentukan gelnya, karagenan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu lamda karagenan, iota karagenan dan kappa karagenan. Ketiga karagenan ini memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80ºC (Rowe, dkk., 2009).

Lamda karagenan berperan dalam pembentukan udem dalam model inflamasi akut (Singh, dkk., 2008). Karagenan dipilih karena dapat melepaskan prostaglandin setelah disuntikkan ke hewan uji (Winter, dkk., 1962).


(63)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dan sumber daya alam hayati laut yang besar. United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982 melaporkan bahwa luas perairan Indonesia 5,8 juta km dan didalamnya terdapat 27,2 % dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia. Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia yaitu sekitar 8,6 % dari total biota laut (Suparmi, 2008).

Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, umumnya tumbuhan melekat pada substrat tertentu seperti karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Rumput laut dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu rumput laut hijau (Chlorophyceae), rumput laut coklat (Phaeophyceae), dan rumput laut merah (Rhodophyceae) (Anggadiredja, dkk., 2011). Khususnya rumput laut coklat sampai saat ini masih belum dioptimalkan penggunaannya bila dibandingkan dengan jenis rumput laut lainnya (Ellya, 2011).

Salah satu jenis polisakarida yang banyak terdapat dalam rumput laut coklat adalah fukoidan. Fukoidan pertama kali ditemukan oleh Kylin pada tahun 1913 dari rumput laut coklat yang sekarang juga dikenal dangan fukan sulfat atau fukosan. Secara umum fukoidan terdiri dari fukosa, galaktosa dan sejumlah monosakarida lain seperti manosa, xilosa, asam glukoronat. Komponen utama fukoidan adalah fukosa dan sulfat (Li Bo, dkk., 2008).


(64)

2

Fukoidan mempunyai aktivitas biologis sebagai antitrombosis, antiinflamasi, antikoagulan, antiulcer dan antioksidan (Marudhupandi dan Thipparamalai, 2013). Selain itu, fukoidan juga berkhasiat sebagai antivirus, antitumor, antibakteri, menurunkan tekanan darah, penstabil kadar gula darah, mengatasi gangguan pencernaan, dan meningkatakan fungsi lever (Junaidi, dkk., 2009).

Inflamasi merupakan suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan agen asing yang masuk ke tubuh, tidak hanya itu inflamasi juga bisa disebabkan oleh cedera jaringan karena trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya. Jaringan yang mengalami inflamasi tersebut melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder di sekeliling jaringan yang normal (Guyton dan Hall, 1997). Reaksi lokal pada jaringan vaskular yang cedera ditandai dengan gejala seperti rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri) dan turgor (pembengkakan) (Corwin, 2008).

Inflamasi dibagi dalam 3 fase: inflamasi akut, respons imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespons organisme asing. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut (Katzung, 2001).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan isolasi simplisia dan uji aktivitas antiinflamasi senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat terhadap tikus jantan yang di induksi λ-karagenan dengan metode Paw edema.


(65)

3 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah isolat senyawa fukoidan di dalam rumput laut coklat Sargassum

ilicifolium (Turner) C.Agard dapat diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet dan inframerah ?

b. Apakah isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi?

c. Apakah isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah:

a. Isolat senyawa fukoidan di dalam rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard dapat diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet dan inframerah.

b. Isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi.

c. Isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengatahui isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum I ilicifolium (Turner) C.Agard dapat diidentifikasi secara spektrofotometri


(66)

4 ultraviolet dan inframerah.

b. Untuk mengetahui isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum

. ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi.

c. Untuk mengetahui isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat Sargassum

. ilicifolium (Turner) C.Agard memiliki efek antiinflamasi sama dengan . natrium diklofenak.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi mengenai isolasi senyawa fukoidan, identifikasi isolat senyawa fukoidan serta uji aktivitas antiinflamasi isolat senyawa fukoidan rumput laut coklat.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Bagan kerangka pikir penelitian. Suspensi senyawa

fukoidan dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb

Suspensi Na CMC 0,5%

Suspensi Na diklofenak dosis

2,25 mg/kg bb

Uji efek antiinflamasi Persen radang Persen inhibisi radang Senyawa isolat

fukoidan rumput laut coklat

Identifikasi senyawa fukoidan

1. Susut pengeringan

2. Spektrofotometri UV 3. Spektrofotometri

FTIR Serbuk simplisia

rumput laut coklat


(67)

vi

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA FUKOIDAN YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) PADA TIKUS JANTAN

ABSTRAK

Rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) merupakan sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Salah satu komponen penting yang banyak terdapat dalam rumput laut coklat adalah fukoidan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Fukoidan mempunyai aktivitas biologis sebagai antitrombosis, antiinflamasi, antikoagulan, antiulcer dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah isolasi senyawa fukoidan dan uji aktivitas antiinflamasi senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat terhadap tikus jantan.

Tahapan penelitian meliputi isolasi senyawa fukoidan, identifikasi senyawa fukoidan dan uji aktivitas antiinflamasi senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat dengan metode Paw edema menggunakan alat pletismometer digital. Sebagai hewan percobaan 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok berjumlah 5 ekor tikus. Sebagai penginduksi digunakan λ-karagenan 1% diberikan secara intraplantar. Natrium karboksi metil sellulosa (Na-CMC) 0,5% sebagai kontrol negatif, natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan senyawa fukoidan dosis 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dan dosis 400 mg/kg bb sebagai bahan uji yang diberikan secara oral. Pengamatan dilakukan selama 6 jam. Data hasil pengujian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil karakteristik senyawa fukoidan diperoleh susut pengeringan 19,32%, identifikasi isolat fukoidan secara spektrofotometri UV diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 207,5 nm dan secara spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya gugus –OH, CH-alifatis, C=O, C-H alifatik dari CH2, S=O

dan C-O. Dosis senyawa fukoidan rumput laut coklat 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dosis 400 mg/kg bb memiliki efek sebagai antiinflamasi. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara senyawa fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb dengan natrium diklofenak 2,25 mg/kg bb pada tingkat kepercayaan 95%.

Kata kunci : antiinflamasi, fukoidan, Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard.


(68)

vii

ANTI-INFLAMMATORY ACTIVITY FUCOIDAN ISOLATED FROM SEAWEED BROWN

(Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) IN MALE RATS ABSTRACT

Brown seaweed (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) is a biological resource which is very abundant in the sea of Indonesia. One type of compound which is widely available in brown seaweed is fucoidan with high economic value. Fucoidan has biological activities such as antithrombotic, anti-inflammatory, anticoagulant, antiulcer and antioxidants. The purpose of this research was to investigate the isolation of fucoidan compound and anti-inflammatory activity of fucoidan isolated from seaweed brownof the male rats .

The steps of the research included isolation of fucoidan compound, identification of fucoidan compound and testing antiinflammatory effects of fucoidan from seaweed brown by Paw edem method using digital plestimometer. As animal models, 25 rats were divided into 5 groups, each group consists of 5 rats. λ carageenan 1% was used as an inducer given by intraplantar. Sodium Carboxy methyl cellulose (Na-CMC) 0.5% was used as negative control, sodium diclofenac2w dose 2.25 mg/kg bw used as positive control and fucoidan seaweed brown dose 100 mg/kg bw, dose 200 mg/kg bw and dose 400 mg/kg bw was used as test materials given by oral. The research observed for 6 hours. Data were analyzed statistically with ANOVA one way and followed by Duncan test.

The results showed that characterization of fucoidan compounds is drying shrinkage of 19.32 %, identification isolates fucoidan of UV spectrophotometric obtained maximum absorbance at a wavelength 207.5 nm and FTIR spectrophotometry showed O-H, CH-aliphatic, C=O, C-H-aliphatic from CH2,

S=O and C-O. Fucoidan from seaweed brown with dose 100 mg/kg bw, 200 mg/kg bw and 400 mg/kg bw showed their effect as antiinflammatory. ANOVA statistic test showed no significant differences between fucoidan seaweed brown dose 400 mg/kg bw with sodium diclofenac 2.25 mg/kg bw at 95% level of confidence.

Keywords: antiinflammatory, fucoidan, Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard,.


(69)

1

UJI KTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA FUKOIDAN

YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT

(Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard)

PADA TIKUS JANTAN

SKRIPSI

OLEH:

HARYATI RICHIE HARNI

NIM 121501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(70)

2

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA FUKOIDAN

YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT

(Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard)

PADA TIKUS JANTAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HARYATI RICHIE HARNI

NIM 121501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(71)

3

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA FUKOIDAN YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT

(Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) PADA TIKUS JANTAN

OLEH:

HARYATI RICHIE HARNI NIM 121501059

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 21 Oktober 2016 Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitian Penguji,

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 195107231982032001 NIP 195310301980031002

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195107231982032001

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001 NIP 197506102005012003

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001 Medan, November 2016

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001


(72)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) pada Tikus Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Prof. Dr. Matheus Timbul Simanjuntak, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Saharuddin dan Ibunda Erni Butet, abangku Chandra Ian Pradana Putra, adik-adikku Audi Ian Haryadi, Fitri Vidya Harer dan


(73)

iv

Rasya Ian Firmansyah atas limpahan kasih sayang, semangat dan doa yang tak ternilai dengan apa pun.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Haryati Richie Harni NIM 121501059


(74)

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Haryati Richie Harni

Nomor Induk Mahasiswa : 121501059

Program Studi : S-1 Farmasi Reguler

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Fukoidan Yang Diisolasi dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) pada Tikus Jantan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan,

Haryati Richie Harni

NIM 121501059


(75)

vi

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA FUKOIDAN YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) PADA TIKUS JANTAN

ABSTRAK

Rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) merupakan sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Salah satu komponen penting yang banyak terdapat dalam rumput laut coklat adalah fukoidan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Fukoidan mempunyai aktivitas biologis sebagai antitrombosis, antiinflamasi, antikoagulan, antiulcer dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah isolasi senyawa fukoidan dan uji aktivitas antiinflamasi senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat terhadap tikus jantan.

Tahapan penelitian meliputi isolasi senyawa fukoidan, identifikasi senyawa fukoidan dan uji aktivitas antiinflamasi senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat dengan metode Paw edema menggunakan alat pletismometer digital. Sebagai hewan percobaan 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok berjumlah 5 ekor tikus. Sebagai penginduksi digunakan λ-karagenan 1% diberikan secara intraplantar. Natrium karboksi metil sellulosa (Na-CMC) 0,5% sebagai kontrol negatif, natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan senyawa fukoidan dosis 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dan dosis 400 mg/kg bb sebagai bahan uji yang diberikan secara oral. Pengamatan dilakukan selama 6 jam. Data hasil pengujian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil karakteristik senyawa fukoidan diperoleh susut pengeringan 19,32%, identifikasi isolat fukoidan secara spektrofotometri UV diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 207,5 nm dan secara spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya gugus –OH, CH-alifatis, C=O, C-H alifatik dari CH2, S=O

dan C-O. Dosis senyawa fukoidan rumput laut coklat 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dosis 400 mg/kg bb memiliki efek sebagai antiinflamasi. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara senyawa fukoidan rumput laut coklat dosis 400 mg/kg bb dengan natrium diklofenak 2,25 mg/kg bb pada tingkat kepercayaan 95%.

Kata kunci : antiinflamasi, fukoidan, Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard.


(1)

2.2 Ekstraksi ... 6

2.3 Fukoidan ... 8

2.4 Autakoid Turunan Lipid ... 9

2.5 Inflamasi ... 11

2.5.1 Gejala inflamasi ... 12

2.5.2 Pengobatan inflamasi ... 13

2.6 Diklofenak... 15

2.7 Teknik Analisis Spektroskopi ... 16

2.7.1 Spektrofotometri UV ... 16

2.7.2 Spektrofotometri FTIR ... 16

2.8 Karagenan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Alat ... 18

3.2 Bahan ... 18

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan ... 19

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ... 19

3.3.2 Identifikasi tumbuhan ... 19

3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan ... 19

3.4 Pemeriksaan Makroskopik ... 19

3.5 Pembuatan Pereaksi ... 20

3.5.1 Pereaksi asam klorida 1 N ... 20

3.5.2 Pereaksi asam klorda 0,1 N ... 20

3.6 Isolasi Senyawa Fukoidan ... 20


(2)

3.7.1 Penetapan susut pengeringan ... 21

3.7.2 Analisis secara spektrofotometri UV ... 21

3.7.3 Analisis secara spektrofotometri FTIR ... 21

3.8 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi ... 22

3.8.1 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5% ... 22

3.8.2 Pembuatan suspensi natrium diklofenak ... 22

3.8.3 Pembuatan suspensi fukoidan ... 22

3.8.4 Pembuatan larutan λ- karagenan 1%... 23

3.8.5 Pembuatan larutan reservoir ... 23

3.8.6 Penyiapan hewan percobaan ... 23

3.8.7 Pengujian efek antiinflamasi ... 23

3.9 Perhitungan Persen Radang ... 24

3.10 Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 26

4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik ... 26

4.3 Hasil Isolasi Senyawa Fukoidan ... 26

4.4 Hasil Identifikasi Senyawa Fukoidan ... 26

4.4.1 Penetapan susut pengeringan ... 27

4.4.2 Identifikasi spektrofotometri UV ... 27

4.4.3 Identifikasi spektrofotometri FTIR ... 28

4.5 Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi ... 31

4.5.1 Analisis persen radang ... 31


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Bilangan gelombang senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard secara spektrofotometri FTIR ... 31 4.2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus ... 33


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan kerangka pikir penelitian ... 4

2.1 Struktur fukoidan yang diisolasi dari rumput laut coklat... 9

2.2 Proses biosintesis prostaglandin ... 11

2.3 Pembagian obat antiinflamasi non steroid (AINS) ... 14

2.4 Rumus bangun diklofenak ... 15

4.1 Spektrum ultraviolet senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard ... 28

4.2 Spektrum inframerah senyawa isolat fukoidan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard ... 29

4.3 Spektrum inframerah senyawa fukoidan baku ... 29

4.4 Persen radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan ... 32

4.5 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan ... 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat hasil identifikasi tumbuhan ... 44

2 Surat persetujuan etik penelitian kesehatan ... 45

3 Gambar tumbuhan segar dan simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard ... 46

4 Gambar serbuk simplisia dan isolat fukoidan Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard ... 47

5 Bagan prosedur kerja ... 48

6 Bagan kerja ekstraksi senyawa fukoidan ... 49

7 Bagan kerja antiinflamasi ... 50

8 Telapak kaki tikus sebelum sesudah diinduksi λ karagenan ... 51

9 Perhitungan karakteristik senyawa isolat fukoidan yang diperoleh dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard ... 52

10 Tabel konversi dosis ... 54

11 Contoh perhitungan dosis ... 55

12 Contoh perhitungan persen radang dan inhibisi radang ... 56

13 Hasil analisis persen radang metode Duncan efek antiinflamasi suspensi fukoidan rumput laut coklat ... 57

14 Hasil analisis persen inhibisi radang metode Duncan efek antiinflamasi suspensi fukoidan rumput laut coklat... 62


Dokumen yang terkait

Uji Efek Hipoglikemik Natrium Alginat Dari Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

16 62 84

Isolasi Senyawa Fukoidan Dari Talus Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard) Serta Uji Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

17 53 74

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 0 15

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 0 2

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 0 4

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 0 13

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 1 4

Uji Ktivitas Antiinfsi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C.Agard) Pada Tikus Jantan

0 0 23

Isolasi Senyawa Fukoidan Dari Talus Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard) Serta Uji Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 15

Isolasi Senyawa Fukoidan Dari Talus Rumput Laut Coklat (Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard) Serta Uji Sitotoksik Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 2