Parus lama dapat menimbulkan bahaya baik bagi ibu maupun janin, beratnya cidera makin meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan
seperti meningkatnya insiden atonia uteri, laserasi, dan perdarahan lainnya yang merupakan penyebab utama kematian ibu Oxorm,1996.
Persalinan yang lama atau 24 jam dapat menyebabkan ruptur hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian Aswin 2007, persalinan lama 24 jam dapat
menyebabkan fistula urogenital yaitu suatu hubungan yang abnormal antara dua organ internal atau lebih yaitu saluran kemih uretra, kandung kemih, ureter dan
saluran genetalia uterus, vagina, perineum.
b. Faktor Bayi
Berdasarkan berat badan lahir ditemukan bahwa paling banyak dengan berat badan 4000 gram sebanyak 16 responden 47,1.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina 2007 dan irmayasari 2006 dalam hal berat badan bayi terlihat bahwa berat badan bayi paling banyak adalah pada
berat badan diatas 3500 gram. Hasil kedua penelitian tersebut, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan penelitian.
Menurtu Manjoer 2000 berat badan janin dapat mengakibatkan ruptur perineum pada berat badan janin diatas 4000 gram. Berat badan janin dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur perineum yaitu pada berat badan janin diatas 4000 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat badan janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi dokter atau bidan. Pada masa
kehamilan, hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin Chalik,2001.
Berdasarkan teori yang ada, bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir lebih dari 4000 gram akan meningkatkan resiko proses persalinan
yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang bayi lahir dengan trauma leher, bahu dan
syarafnya. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin.
Enggar, 2010.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya. Namun berbagai kendala tidak jarang muncul.
Keterbatasan waktu melaksanakan penelitian ini antara lain dalam memperoleh data di saat bersalin karena ada responden yang melahirkan di malam hari,
sehingga peneliti tidak melakukan penelitian tetapi peneliti melakukan pada pagi harinya, sehingga tidak semua ditanyakan langsung ke responden dan di lihat pada
rekam medik.
D. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian
Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya tentang ruptur
perineum. Setelah membuktikan bahwa ruptur perineum ada hubungannya dengann paritas, jarak kelahiran, partus presipitatus, partus lama dan berat badan
bayi maka diharapkan dengan penelitian ini para petugas akan lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan, dapat diambil kesimpuan dan saran mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ruptur perineum
pada ibu bersalin di Klinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015” dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas ibu berumur 20-34 tahun
sebanyak 19 orang 55,9. Mayoritas ibu mempunyai pendidikan SMA yaitu sebanyak 21 orang 61,8, dan mayoritas ibu mempunyai pekerjaan
IRT yaitu sebanyak 17 orang 50,0. 2.
Berdasarkan faktor ibu menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan paritas multipara sebanyak 21 orang 61,8, mayoritas dengan jarak kelahiran 2-3
tahun sebanyak 11 orang 32,3, partus presiptatus yang tidak mengalamisebanyak 25 orang 73,5, partus lama
yang tidak mengalamisebanyak29orang 85,3,
3. Berdasarkan faktor bayi dengan berat bayi mayoritas 4000gram sebanyak 16
orang 47,1.
B. Saran
1. Pelayanan Kebidanan
Diharapkan petugas kesehatan lebih berhati-hati dalam proses persalinan dengan memperhatikan apa saja yang dapat hal-hal yang menyebabkan
ruptur perineum tersebut serta tidak mengikutsertakan hal-hal yang merugikan kelangsungan proses persalinan yang dapat memberikan
dampak kesehatan kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
bersalin dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2003. Prisedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruptur Perineum 1. Pengertian
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak dibawah dasar panggul. Batas–batasnya adalah:
a. Superior: Dasar panggul yang terdiri dari Musculus Levator dan Musculus
Coccygeus. b.
Lateral: tulang dan ligament yang membentuk pintu bawah pinggul exitus pelvis:yakni dari depan kebelakang angulus subpubius, ramus ischiopubicus,
tuber ischiadicum, ligamentum Sacrotuberosum, os coccygis. c.
Inferior: kulitdan fascia Oxorn, 2010. Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-
rata 4 cm Winknjosatro,2007. Perineum merupakan daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum meregang pada saat persalinan
kadang perlu dipotong episiotomi untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan Sumara,dkk,2002. Ruptur perineum adalah robeknya
perineum pada saat jalan lahir. Berbeda dengan episiotomy, robekan ini bersifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada
saat janin lewatSiswosudarmo, Ova Emilia, 2008. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan Sukrisno, Adi 2010.