3. Faktor Bayi
Pada peneltian ini faktor bayi mencakup berat badan bayi
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Berat badan bayi di Klinik
Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015 n=34.
No. Berat badan bayi
Frekuensi Persentase
1. 2500
5 14,70
2. 2500-4000
13 38,23
3. 4000
16 47,1
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas bayi dengan berat badan 4000 sebanyak 16 orang 47,1.
B. Pembahasan
1. Interprestasi dan diskusi hasil
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu berumur 20- 34 tahun sebanyak 19 orang 55,9. Mayoritas ibu mempunyai pendidikan
SMA yaitu sebanyak 21 orang 61,8. Mayoritas ibu mempunyai pekerjaan IRT yaitu sebnyak 17 orang 17.
a. Faktor Ibu
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh hasil penelitian bahwa mayoritas responden dengan paritas multipara sebanyak 21 orang 61,8.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup dipunyai oleh seorang wanita BKKBN,2006. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara dan multipara
Prawiroharjo,2010. Resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya.
Kehamilan dan persalinan pertama meningkat resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu
jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin. Sebaiknya jika terlalu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin lemah karena jaringan parut uterus
akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk
menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin terganggu Depkes RI,2004.
Paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir mati. Menurut Helm Varney 2009 bahwa
paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat melangsungkan kehidupan. Sedangkan menurut fortney A,
Paritas yang kemungkinan beresiko bila hamil dan melahirkan ≥ 3 kali.
Menurut institute Medicine dalam Sastrawina 2004 menyatakan ibu dengan paritas tinggi melahirkan lebih dari 3 kali cenderung mengalami
komplikasi dalam kehamilan yang akhirnya berpengaruhi pada persalinan. Ibu dengan paritas di atas 3, secara fisik sudah mengalami kemunduran
untuk menjalani kehamilan yang tidak mudah. Paritas tinggi merupakan paritas rawan karena banyak kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas
tinggi, antara lain preeklamsia, perdarahan antenatal sampai atonia uteri. Hal ini disebabkan pada ibu yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan
persalinan fungsi reproduksi telah mengalami penurunan Sunaitri,2008. Menurut Wiknjosastro 2005 paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian meternal dan perinatal.
Hasil penelitian Rosdiana 2013 yang berjudul faktor-faktoryang mempengaruhi terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin normal di
puskesmas pelayanan obstetri neonatal emergency dasar PONED Darul Imarah Aceh Besar diperoleh hasil kunjungan ibu bersalin sejumlah 56 orang
yang menunjukkan bahwa hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian ruptur perineum. Dan dalam penelitian Cut Rosmawar 2009 dengan
judul faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya laserasi pada persalinan normal di Puskesmas Tanah Jambo Aye Panto Labu menunjukkan bahwa ada
pengaruh antara terjadinya laserasi pada persalinan dengan paritas. Menurut Soepardiman 2009 dikatakan bahwa robekan perineum terjadi
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara daripada ibu
dengan paritas lebih sari satu. Hal ini dikarenakan karenajalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineumbelum meregang.
Berdasarkan jarak kelahiran, paling banyak 2-3 tahun yaitu sebanyak 11 responden 32,3 .
Danuatmadja 2005 mengemukakan bahwa jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan, begitu juga dengan keadaaan jalan lahir yang
mungkin mengalami robekan perineum derajat tiga atau empat sehingga proses pemulihan belum sempurna dan robekan dapat terjadi. Pada jarak kelahiran
kurang dari dua tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak
kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin Depkes,2004.