Esterifikasi dan Interesterifikasi Pembagian Kromatografi

H H H H H C OH H C O C R 1 H C O C R 1 H C O C R 1 H C OH O O O H C OH H C OH H C O C R 2 H C O C R 2 C H C OH O O H H C OH H C O C R 3 H H O Gliserol Monoasil gliserol Diasil gliserol Triasil gliserol Gambar 2.3 Gliserida; monoasil, diasil, dan triasil gliserol Semua triasil gliserol tidak larut dalam air dan juga tidak memperlihatkan kesanggupan untuk membentuk disperse misel yang tinggi. Tetapi diasil dan monoasil gliserol larut dalam eter, kloroform, benzena dan etanol Girindra,1990.

2.2.5 Esterifikasi dan Interesterifikasi

Ester asam lemak di dalam terdapat dalam ester antara gliserol dengan asam lemak ,disamping itu ada juga ester antara antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk monoester Endo,1997. Esterifikasi digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan gugus karboksil menajdi esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan menurunkan ikatan hidrogen Rohman, 2007. Reaksi –reaksi pembentukan ester secara umum disebut dengan esterifikasi. Reaksi pembentukan ester ada dua yaitu : 1. Reaksi pembentukan ester secara esterifikasi a. Reaksi suatu alkohol dengan suatu asam organik dengan katalis asam Universitas Sumatera Utara C O OH R + R OH H + C O OR R + H 2 O b. Reaksi suatu alkohol dengan suatu asam anhidrida, membentuk suatu ester dan suatu asam C O O R C R O + R OH C O OR R + C O OH R c. Reaksi suatu alkohol dengan suatu asil klorida, dengan membebaskan HCl C O Cl R + R OH -HCl C O OR R Graham, 1994 Interesterifikasi terbagi atas tiga yaitu : 1. Alkoholisis : suatu reaksi dimana suatu ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester lain melalui reaksi dengan suatu alkohol. Reaksinya : R C O O R + ROH R C O O R + ROH Universitas Sumatera Utara 2. Asidolisis : suatu reaksi diamna suatu ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester yang lain melalui reaksi dengan suatu asam. Reaksinya : R C O O R + RCOOH R C O O R + RCOOH 3. Transesterifikasi : sautu reaksi dimana suatu ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester yang lain melalui reaksi dengan suatu ester. Reaksinya : R C O O R + RCOOR R C O O R + RCOOR Robert, 1994

2.2.6. Dasar – Dasar Analisa Minyak dan Lemak

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alami terpenting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah daripada senyawa –senyawa makronutrien yang lain. Prosedur – prosedur analisa lemak dan minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan alat peralatan sederhana maupun yang lebih mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimungkinkan antara lain karena : a. Molekul lemak dan minyak relatif lebih kecil dan kurang kompleks bila dibandingkan dengan molekul karbohidrat atau protein. Universitas Sumatera Utara b. Molekul – molekul lemak dan minyak dapat disintesakan di laboratorium menurut kebutuhan, sedang molekul protein dan karbohidrat yang kompleks misalnya lignin, belum dapat Kemajuan prosedur penentuan komposisi asam lemak merupakan salah satu contoh pesatnya perkembangan ini. Untuk menentukan komposisi asam – asam lemak yang terdapat pada trigliserida misalnya pada tahun 1950 hanya dapat dilakukan dengan cara destilasi ester –ester asam lemak yang membutuhkan wakatu lama, pelaksanaannya rumit, hasilnya kurang cermat dan meragukan, sampel yang dibutuhkan banyak sampai setengah kilogram.Tetapi dengan dengan alat Gas Liquid Chromatography, penentuan yang sama dapat dilakukan dengan lebih cermat, dalam waktu hanya beberapa jam dengan sampel yang hanya beberapa milligram. Analisa lemak dan minyak yang umunya dilakukan pada bahan makanan dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan ini : 1. Penentuan kuantitatif dan penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian. 2. Penentuan kualitas murni murni sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ektraksinya, atau ada tidaknya perlakuan, pemurnian lanjutan 3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas mencirikan sifat minyak tertentu Suarmadji, 1989. Universitas Sumatera Utara

2.3. Kromatografi

Dalam analisa kimia suatu bahan sering dihadapkan pada pekerjaan – pekerjaan seperti menghilangkan konstituen –konstituen penggangu atau mengisolasi atau memekatkan konstituen yang dikendaki sebelum dilakukan indentifikasi maupun pengukuran jumlahnya Suarmadji, 1989. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam stationary phase dan fase gerak mobile phase.Teknik kromatografi telah berkembang yang telah digunakan untuk memisahkan dan mengkualifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik Rohman, 2007.

2.3.1. Pembagian Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam ergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi : akromatogarfi adsorbsi; bKromatografi partisi; c kromatografi pasangan ion; d Kromatografi penukar ion; e Kromatografi ekslusi ukuran; dan f kromatogarfi afinitas. Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas : a Kromatografi kertas; b kromatogarfi lapis tipis, yang keduanya sering disebut dengan kromatografi planar; c kromatografi cair kinerja tinggi KCKT; dan d kromatogarfi gas KG. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Klasifikasi teknik kromatografi yang utama Rohman, 1994 Teknik Fase diam Fase gerak Bentuk Mekanisme sorpsi yang utama Kromatografi Kertas Kertas selulosa Cair Planar Partisi adsorpsi, pertukaran ion, eksklusi Kromatografi Lapis TipisKLT Silika, selulosa, resin penukar ion, padatan yang porosnya dikendalikan Cair Planar Partisi adsorpsi, pertukaran ion, eksklusi Kromatografi gas Kromatografi gas cair KGC Cair Gas Kolom Partisi Kromatografi gas padat KGP Padat Gas Kolom Adsorpsi Kromatografi cair Kromatografi cair kinerja tinggi KCKT Padatan atau Fase terikat Cair Kolom Partisi yang dimodifikasi Kromatografi Cair Kromatografi eksklusi ukuran Padatan dengan porositas yang dikendalikan Cair Kolom Eksklusi Kromatografi cair Kromatografi penukar ion Resin penukar ion atau fase terikat Cair Kolom Pertukaran ion Kromatografi Cair Kromatografi kiral Pemilihan kiral padat Cair Kolom Adsorpsi secara selektif Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Prinsip Kromatografi Gas