Sub Sistem Aek Doras Sub Sistem Aek Horsik

3.5 3.6 - Kemiringan dinding saluran m berdasarkan kriteria - Luas penampang A = b + mh h m 2 - Keliling basah P = b + 2h 2 1 m + m - Jari-jari jari hidrolis R = AP m - Kecepatan aliran V = 1 n. R ⅔ . I ½ mdet

3.4 Pembagian Sub Sistem Drainase

3.4.1 Sub Sistem Aek Doras

Sungai Aek Doras merupakan sungai terbesar dikota Sibolga dan merupakan saluran drainase primer. Sungai ini menampung air dari kawasan sekitarnya yang catchment areanya didominasi daerah perbukitan yang merupakan non urban seluas 571 ha dan seluas 64,27 merupakan permukiman. Seiring dengan pertambahan waktu sungai Aek Doras di bagian hilir tidak dapat lagi dipergunakan sebagai pembuangan drainase disekitarnya akibat tingginya endapan yang pada akhirnya menyebabkan peninggian dasar sungai. Pada bagian hilir sub sistem ini agak membelok yang merupakan saluran alamiah. Akibat adanya air pasang yang membawa pasir mengakibatkan saluran dibagian hilirnya terjadi sedimentasi. Untuk menghindari pendangkalan pada bagian hilir sungai secara berkala perlu pengangkatan sedimen agar saluran tersebut terpelihara dan tidak menimbulkan banjir disekitar bantaran sungai sampai ke muara. 3 3 2 h B = 3 2 h A = Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Sub Sistem Aek Horsik

Sub sistem Drainase Aek Horsik yaitu sub sistem yang menampung air sekitar wilayahnya. Permasalahan dalam sub sistem ini sebenarnya hampir tidak ada, tetapi akan dianalisa kembali kelayakan tampangnya. Sungai Aek Horsik ini masih berbentuk alamiah. Sub sistem ini mempunyai luas tangkapan yang sangat luas mencakup daerah hutan dan perbukitan. Karena letak konturnya sangat bervariasi sehingga air dapat mengalir secara alamiah. Luas daerah tangkapan Aek Gambar 3.3 Drainase Existing Aek Doras Gambar 3.4 Muara Sungai Aek Doras Universitas Sumatera Utara Horsik ini berkisar 382,93 ha dengan rincian 11,14 ha merupakan permukiman dan 371,79 merupakan daerah non urban. Seiring dengan perkembangan Kota Sibolga daerah aliran Sungai Aek Horsik saat ini banyak berdiri bangunan- bangunan yakni di kelurahan Aek Parombunan. Kondisi ini perlu diperhatikan agar bangunan yang ada tidak merusak ekosistim DAS Aek Horsik. Pembangunan yang tak terkendali di kawasan ini akan sangat berdampak negatif di wilayah hilir Aek Horsik dan Kota Sibolga pada umumnya. Berikut ini digambarkan peta aliran sungai di kota Sibolga. Gambar 3.5 Drainase Existing Aek Horsik Universitas Sumatera Utara

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Umum

Analisa hidrologi yang berkaitan dengan kegunaan data curah hujan pada perhitungan curah hujan maksimum suatu wilayah, perhitungan nilai intensitas hujan daerah aliran sungai serta perhitungan debit banjir rencana pada suatu penampang drainase. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disetarakan atau dilalui. Sebaliknya kala ulang return period adalah nilai banyaknya tahun rata-rata di mana suatu besaran disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut. Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan baik yang manual maupun yang otomatis. Analisa frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.

4.2 Analisa Hidrologi

4.2.1 Analisa Curah Hujan Harian Maksimum

Data curah hujan yang diperoleh dari Badan Metreologi Dan Geofisika Stasiun Bandar Udara Pinang Sori selama 12 tahun terakhir akan dianalisa terhadap 4 empat metode analisa distribusi frekuensi hujan yang ada. Universitas Sumatera Utara