BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini tampak dimasyarakat bahwa peranan yayasan diberbagai sektor, misalnya disektor sosial, pendidikan dan agama sangat menonjol. Oleh
karena itu, lembaga tersebut hidup dan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa di
Indonesia sama sekali tidak ada ketentuan yang mengatur tentang yayasan. Secara sporadis dalam beberapa pasal undang-undang disebut adanya yayasan,
seperti misalnya Pasal 365, 899, 900, dan Pasal 1680 KUHPerdata, kemudian dalam Pasal 6 ayat 3 dan Pasal 263 Rv, serta Pasal 2 ayat 7 Undang-
Undang Kepailitan Faillissements-verordening.
1
Selain itu, di dalam Peraturan Menteri Penerangan Republik Indonesia No.01PerMenpen1969 tentang Pelaksanaan Ketentuan-Ketentuan Mengenai
Perusahaan Pers, dalam Pasal 28 disebutkan bahwa untuk perusahaan yang bergerak dibidang Penerbitan Pers harus berbentuk Badan Hukum. Yang
dianggap sebagai badan hukum oleh Permen tersebut adalah Perseroan Terbatas PT, Koperasi atau Yayasan. Di dalam beberapa ketentuan
perpajakan juga disebutkan tentang yayasan. Di dalam berbagai peraturan perundang-undangan agraria, dimungkinkan pula bagi yayasan mempunyai
hak atas tanah.
2
Bahkan sejak tanggal 25 Agustus 1961 telah dibentuk yayasan Dana Landreform oleh Menteri Agraria sebagai pelaksana dari Peraturan
1
Nadzir Said. 1987 Hukum Perusahaan di Indonesia I Perorangan, Alumni, Bandung, hlm.20.
2
Rudy Prasetya. 1995. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.35.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961.
3
Pada tahun 1993, di dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 227KMK.0171993, juga telah
dikenal Yayasan Dana Pensiun.
4
Walaupun yayasan telah diatur di dalam beberapa ketentuan di Indonesia pada waktu itu, namun belum ada satu pun
dari ketentuan-ketentuan tersebut yang memberikan rumusan mengenai definisi yayasan, status hukum yayasan, serta cara mendirikan yayasan.
Yayasan adalah badan hukum, pengakuan sebagai badan hukum didasarkan pada kebiasaan dan Yurisprudensi. Namun tidak diketahui dengan
pasti saat yayasan sebagai badan hukum, sebab tidak ada yang mengatur hal tersebut. Di dalam praktek hukum yang berlaku di Indonesia, pada umumnya
yayasan selalu didirikan dengan akta notaris sebagai syarat untuk terbentuknya suatu yayasan. Namun demikian, ada pula beberapa yayasan
yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah PP dan Keputusan Presiden Kepres.
5
Di dalam akta notaris dimuat ketentuan dengan pemisahan harta kekayaan oleh pendiri yayasan, yang kemudian tidak boleh dikuasai lagi oleh
pendiri. Akta notaris ini tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri, dan tidak pula diumumkan dalam berita Negara. Para pengurus yayasan tidak diwajibkan
untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendirinya, juga tidak disyaratkan pengesahan dari Menteri Kehakiman sebagai tindakan preventif.
3
Boedi Harsono. 1994. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaanya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta, hlm. 320.
4
A Setiadi. 1995. Dana Pensiun Sebagai Badan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 241.
5
Ibid.hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Setalah keluarnya UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah direvisi dengan UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan, yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Yayasan UUY, maka secara otomatis penemuan status
badan hukum yayasan harus mengikuti ketentuan yang ada di dalam UUY tersebut. Dalam UUY disebutkan bahwa yayasan memperoleh status badan
hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Pasal 10 ayat 1. Bagi yayasan yang telah ada sebelum adanya UUY ini, dan telah
didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, atau didaftarkan di Pengadilan Negeri dan
mempunyai izin operasi dari instansi terkait, dinyatakan sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai
berlakunya undang-undang ini, yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan UUY. Selain itu, yayasan tersebut wajib
didaftarkan di Departemen Hukum dan perundang-undangan paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.
Di satu sisi, masih banyak yayasan yang belum terdaftar di Pengadilan Negeri, serta diumumkan di dalam lembaran Negara, sementara disisi lain di
dalam pasal serta penjelasan UUY tersebut telah dicantumkan sanksi bagi yayasan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut. Walaupun diakui
selama ini bahwa yayasan adalah badan hukum, tetapi yayasan sebagai badan hukum berbeda dengan Perseroan Terbatas PT, terutama dari segi tujuan.
Tujuan yayasan ini harus bersifat sosial, tetapi tidak ada undang-undang yang
Universitas Sumatera Utara
melarang yayasan untuk menjalankan perusahaan. Ada kegiatan usaha yayasan yang dilakukan tidak semata-mata ditujukan untuk mencari laba,
melainkan melaksanakan amal walaupun tidak mustahil bahwa yayasan itu mendapat keuntungan. Walaupun pada hakikatnya yayasan ini tidak bertujuan
untuk mengejar keuntungan, tetapi dengan banyaknya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada yayasan, baik dari segi prosedur pendiriannya, maupun
operasionalnya, sehingga banyak orang atau badan yang sengaja mendirikan yayasan. Padahal, pendirian yayasan ini hanya merupakan kedok untuk
mendapatkan kemudahan-kemudahan atau fasilitas-fasilitas lain, seperti untuk menghindari pajak. Dengan kata lain, banyak yayasan yang melakukan bisnis
terselubung dengan dalih untuk mencapai tujuan yayasan. Dalam UUY, telah diperkenankan bagi yayasan untuk mendirikan
badan usaha dengan ketentuan, bahwa penyertaan kekayaan yayasan paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh kekayaan yayasan.
Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap yayasan yang hendak mendirikan badan usaha hendaknya mempertimbangkan dengan cermat. Selain itu, juga
dimaksudkan untuk menghindari agar yayasan tidak menyimpang dari maksud dan tujuan pendirian yayasan yang bersifat sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Pada umumnya yayasan ini didirikan oleh satu atau beberapa orang
dengan memisahkan harta kekayaan dengan tujuan sosial, artinya yayasan ini harus untuk kepentingan suatu kelompok masyarakat di luar yayasan yang
dirasakan perlu untuk dibantu. Hal ini merupakan pengejawantahan dari
Universitas Sumatera Utara
beberapa Pasal di dalam Undang-Undang Dasar UUD 1945, seperti pasal 27 ayat 1 dan 2, Pasal 31 dan Pasal 34.
Mengingat bahwa yayasan ini harus untuk kepentingan suatu kelompok masyarakat di luar yayasan yang yayasan merasa perlu untuk
dibantu, maka yayasan tidak mempunyai anggota. Sebelum berlakunya UUY, satu-satunya organ yayasan yang dimiliki adalah pengurus. Pengurus inilah
yang mewakili kepentingan yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam praktek rupanya belum ada keseragaman mengenai organ
yayasan, tetapi semuanya tergantung kepada yayasan itu sendiri. Organ yayasan dapat terdiri dari pendiri, badan penyantun, pengurus, dan kadang-
kadang ada suatu badan pengawas khususinternal. Akan tetapi yang selalu ada adalah pendiri dan pengurus. Dengan berlakunya UUY, maka organ
yayasan selain pengurus, dikenal juga Pembina dan pengawas. Kekayaan yayasan baik berupa uang maupun barang serta kekayaan
lain yang diperoleh yayasan dilarang untuk dialihkan atau dibagikan baik secara langsung atau tidak langsung kepada organ, pegawai atau pihak lain
yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan. Akan tetapi akhir-akhir ini, motivasi pendirian yayasan tidak lagi sepenuhnya bertujuan sosial. Bahkan
tujuan sosial hanya merupakan kamuflase, sebab motivasi dari pendiri ini ada pula hanya untuk alternatif meningkatkan kesejahteraan para pendiri atau
keluarganya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak timbul konflik diantara sesama pengurus yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Fakta menunjukkan kecenderunngan masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum yayasan yang
tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, melainkan juga adakalanya bertujuan
memperkaya diri para pendiri, pengurus dan pengawas.
B. Perumusan Masalah