Pendekatan produksi production approach Retribusi jasa umum.

angkatan kerja beberapa tahun selanjutnya yang akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital serta kemajuan teknologi. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Kebijakan pembangunan dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada Lana Soelistianingsih, 2007:2.

2.1 Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Salah satu dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah atau daerah adalah dengan menggunakan besar nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB pada dasarnya adalah merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah dalam satu periode tertentu satu tahun. Perkembangan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau wilayah dapat dilihat dari PDRB daerah yang bersangkutan. Dengan demikian secara umum dinyatakan bahwa PDRB mencerminkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

2.1.1 Metode Penghitungan PDRB 1. Metode Langsung

a. Pendekatan produksi production approach

PDRB merupakan Jumlah Nilai Tambah Bruto NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam Universitas Sumatera Utara proses produksi. Metode ini adalah metode yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan negara-negara berkembang, sedangkan dinegara maju perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan pendekatan pendapatan dan pengeluaran. Adapun perhitungan PDRB dengan metode produksi Y = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn Dimana: Y = PDRB P1, P2,…Pn = Harga satuan produk pada satuan masing–masing sektor ekonomi Q1,Q2,…Qn = jumlah produk pada satuan masing–masing sektor ekonomi Dalam pendekatan ini yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja, hal ini dilakukan agar perhitungan ganda tidak terjadi. b. Pendekatan pendapatan income approach PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan laba dimana pajak penghasilan dan pajak langsung belum dipotong. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Y = Yw + Yr + Yi + Yp Dimana: Y = Pendapatan regional Yi = Pendapatan bunga Yw = Pendapatan upahgaji Universitas Sumatera Utara Yp = Pendapatan labaprofit Yr = Pendapatan sewa

c. Pendekatan pengeluaran expenditure approach

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembanga swasta, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih di dalam suatu wilayah tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, perhitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. Y = C + I + G + X – M Dimana: Y = PDRB C = Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi I = Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi X – M = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri Dalam pendekatan ini nilai ekspor dan impor yang dihitung hanyalah nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya perhitungan ganda.

2. Metode Tidak Langsung Alokasi

Metode Alokasi atau metode tak langsung adalah alternatif terakhir yang dapat digunakan untuk menghitung PDRB. Biasanya digunakan untuk mengalokasikan PDRB suatu wilayah ke tingkat wilayah yang lebih kecil misalnya menghitung PDRB kecamatan berdasarkan PDRB kabupaten. Universitas Sumatera Utara Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasioanl kedalam masing–masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut.

2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga berlaku

Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku nominal dan PDRB atas dasar harga konstan rill . PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku setiap tahunnya. Dalam PDRB ini unsur inflasi sudah masuk, Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu, misalnya PDRB tahun 1983, 1993 atau 2000. Pada PDRB atas dasar harga konstan unsur inflasi sudah dikeluarkan. a. PDRB atas dasar harga berlaku PDRB atas dasar berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Perubahan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun perhitungan masih memuat akibat terjadinya inflasi dan deflasi sehinga tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill. Perhitungan PDRB menurut harga berlaku dapat menghasilkan distribusi share masing–masing penguna atau pengeluaran masing–masing pelaku ekonomi dari waktu ke waktu.

b. PDRB atas dasar harga konstan

Universitas Sumatera Utara PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap harga pada tahun dasar yang digunakan selama satu tahun. PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pasar pada tahun tertentu sehinga perubahan besaran PDRB sudah lepas dari pengaruh inflasi atau deflasi. Pada dasarnya ada empat cara perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan yaitu : a. Revaluasi : yaitu dengan cara menilai produksi dan biaya antar masing– masing tahun dengan harga tahun dasar. b. Ekstrapolasi : yaitu dengan cara mengalihkan nilai tambah tahun dasar dengan indeks produksi c. Deflasi : yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing–masing tahun dengan indeks harga yang digunakan sebagai deflator. Indeks harga yang digunakan biasanya sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen IHK, Indeks harga perdagangan besar IHPB atau indeks harga yang dianggap lebih cocok. d. Deflasi berganda : dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output biasanya disesuaikan dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori klasik

Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik yang pertama kali yang mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan lisez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Menurut teori kaum klasik mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya perpacuan antara perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi. Mengenai corak dan proses pertumbuhan ekonomi, Adam Smith mengemukakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif. Asal saja ada sedikit permodalan awal dan kemungkinan-kemungkinan pasar, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi sehingga timbul kenaikan produktifitas dan pendapatan nasional. Dengan adanya kenaikan pendapatan nasional akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Selain itu, spesialisasi dan perluasan pasar akan merangsang lebih banyak pengusaha dan pengembangan teknologi dan mengadakan inovasi sehingga pembangunan ekonomi akan terus berlanjut. Pertumbuhan penduduk pada umumnya tidak diikuti oleh pertambahan lahan sehingga mulai dirasakan bahwa tanah atau lahan semakin sempit. Oleh karena itu pekerja-pekerja baru akan mendapatkan lahan yang semakin sempit untuk digarap. Pada saat seperti ini barulah berlaku konsep the law of diminishing returns. Menurut rasio antara jumlah pekerja dengan lahan yang tersedia akan menimbulkan penurunan marginal produk sehingga akan menimbulkan upah Universitas Sumatera Utara rill.Teori klasik juga mengemukakan keterkaitan antara jumlah perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut disebut teori penduduk optimum. Teori ini menyatakan hal-hal sebagai berikut: a. Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan perkapita, jumlah penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja dan kenaikan pertumbuhan ekonomi. b. Ketika produk marginal semakin menurun, pendapatan nasional semakin naik tetapi dengan kecepatan yang lambat. Maka pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja, pendapatan perkapita menurun namun pertumbuhan ekonomi masih ada meskipun kualitasnya semakin kecil. c. Ketika produksi marginal lainnya sama dengan pendapatan perkapita, artinya nilai pendapatan perkapita mencapai maksimum dan jumlah penduduk optimal jumlah penduduk yang sesuai dengan keadaan suatu negara yang ditandai dengan pendapatan perkapita mencapai maksimum sehingga pertambahan penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut kaum klasik bahwa hukum the law of diminishing retruns menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika hal ini dipaksakan justru akan menurunkan output nasional. Pertambahan tenaga kerja yang diikuti pertambahan produk terjadi apabila pertambahan tenaga kerja diikuti dengan pertambahan modal. Universitas Sumatera Utara

2. Teori Pertumbuhan Harrord-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi seperti: 1. Perekonomian dalam pengerjaan penuh full employment dan barang- barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. Kecenderungan untuk menabung marginal propensity to save = MPS besarnya tetap, demikian juga ration antara modal-output capital-output ration = COR dan rasio pertambahan modal-output incremental capital- output ration = ICOR. Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang- barang modal yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan perekonomian tersebut diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output COR. Dalam teori ini disebutkan bahwa jika ingin tumbuh perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh. Universitas Sumatera Utara

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan

Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori Harrod-Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini adalah: 1. Tenaga kerja atau penduduk tumbuh dengan laju tertentu, misalnya Per tahun. 2. Adanya fungsi produksi Q = f K, L yang berlaku bagi setiap periode. 3. Adanya kecenderungan menabung prospensity to save oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi S tertentu dari output Q, tabungan masyarakat S=sQ Bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya. 4. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I = K. Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output disisihkan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian di investasikan. Dengan begitu, maka terjadi penambahan stok capital Boediono,1992:81-82.

4. Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandanganya mengenai pembangunan ekonomi dengan cara yang tidak sistimatis dalam bukunya yang berjudul the principle of political economy and taxation. David Ricardo mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal dan perdagangan luar negeri. Seperti ahli ekonomi modren, teori Richardo menekankan pentingnya tabungan bagi pembentukan modal. Dibanding dengan pajak, Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan Jhingan, 2000. Universitas Sumatera Utara Tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga barang. Semakin banyak tabungan berarti semakin banyak pula pemupukan modal bagi kegiatan penanaman modal berikutnya. Selain itu, Ricardo juga memberikan tekanan khusus pada perdagangan luar negeri sebagai sarana memperbaiki perekonomian, sebab perdagangan luar negeri akan menyebabkan pemamfaatan sumber daya secara maksimun dan meningkatkan pendapatan

5. Teori Keynesian

Teori ini dipelopori oleh John Maynard Keynes yang mengatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregat. Kaum Keynesian yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal harus digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian juga menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instibiliti, inequity dan inefisiensi. Bila perekonomian sering dihadapkan pada ketidak stabilan, ketidak merataan, dan ketidak efisienan jelas akan menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara

6. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada peranan pengusaha dalam pembangunan, kemajuan perekonomian sangat ditentukan oleh adanya entrepreneurship wiraswasta. Entrepreneur yang unggul yaitu orang yang memiliki inisiaif yang tinggi, kemampuan, dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam kegiatan produksi. Para entrepreneur akan menciptakan hal-hal yang baru seperti menciptakan barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam produksi, memperluas pasar ke daerah baru serta mengembangkan sumber bahan mentah yang baru yang bertujuan untuk memajukan perusahaan industri menjadi lebih baik.

7. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pada dasarnya pembagunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal kerja, dan imbalan bagi faktor factor returns dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah- daerah biasanya diukur melalui output atau tingkatan pendapatan sangatlah berbeda-beda, ada beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang. Pertumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor, sebagian bersifat intern dan sebagaian lainnya extern dan sosio politik. Faktor-faktor yang berasal dari daerah itu sendiri meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal sedangkan penentu extern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang diperlukan tetapi tidak mencukupi bagi proses pembagunan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat, sebaliknya pembangunan bukan saja memerlukan peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa tetapi juga harus menjamin pembagiannya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat. Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga dan imbalan bagi faktor dan dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertimbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal yaitu: A. Export Base Models, oleh North 1995 yang kemudian dikembangkan oleh Tibout 19950 Mereka mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yang berpendapat bahwa jenis keuntungan lokasi yang dapat digunakan daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumya berbeda-beda bagi setiap region dan hal ini tergantung pada keadaan geografi daerah setempat. B. Cumulative Causation Models oleh Myrdal 1975 dan kemudian diformulasikan oleh Kaldor. Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak hanya dapt diserahkan pada kekuatan pasar market mechanism, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program-program pembagunan regional terutama untuk daerah-daerah yang relatif masih terbelakang. Universitas Sumatera Utara

C. Core Periphery Models dikemukakan oleh Friedman 1966

Teori ini menekankan analisa pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota core dan desa periphery. Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa disekitarnya. Sebaliknya corak pembagunan pedesaan tersebut juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah spatial interaction sangat ditentukan. Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. Faktor ekonomi Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai keuntungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan, jatuh atau berkembangnya perekonomian adalah konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut dan terdiri dari: a. Sumber Daya Alam Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagai mana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya lam seperti kesuburan tanah, letak dan susunanya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber daya air, sumber daya lautan, dan sebagainya. Bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal penting. Suatu negara yang kekurangan sumber daya lam tidak dapat membagun dengan cepat. Universitas Sumatera Utara b. Akumulasi Modal Faktor ekonomi kedua yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal. Modal berarti kedua yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi secara fisik dapat diproduksi. Apabila stok modal naik dalm batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Nurkse, makna pembentukan modal masyarakat tidak melakukan saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, akan tetapi menggairahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat, mesin-mesin, pabrik dan peralatannya. Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk masing-masing modal yang dapat dinaikkan stok modal, output nasioanl dan pendapatan nasional. c. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia SDM merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja, tetapi lebih menekankan kepada effisiensi mereka. untuk mendorong SDM dapat bekerja secara efisien dan maksimal, maka diperlukan pembentukan modal insane, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negarawilayah yang bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya. Universitas Sumatera Utara Sehingga pada kondisi dimana penduduk dapat berproduktivitas secara effisien akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. d. Tenaga Managerial dan Organisai Produksi Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses produksi pertumbuhan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi ini dilaksanakan dan diatur oleh tenaga managerial dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Dan dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, para wiraswata tampil sebagai tenaga organisator dalam menggerakkan berbagai sumber produksi dengan memperkenalkan penemuan baru yang dikenal sebagai inovasi. 2. Faktor Non Ekonomi a. Faktor pemamfaatan teknologi Kemajuan teknologi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dan perubahan dan kemajuan teknologi tersebut dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi lainnya. b. Faktor Politik dan Adimistrasi Pemerintah Struktur politik dan administrasi pemerintah yang lemah merupakan faktor penghambat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang. Politik yang tidak stabil serta pemerintahan yang lemah dan koruptor sangat menghambat kemajuan teknologi. c. Aspek Sosial Budaya Aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat meliputi anata lain sikap, tingkah laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja, kelembagaan Universitas Sumatera Utara masyarakat, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan itu. Sebagai ilustrasi, misalnya pendidikan dan kebudayaan Barat membawa pemikiran dan pandangan kearah penalaran, sikap dan skeptisme, dan semangat untuk menghasikan penemuan baru, yang kesemuanya dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. d. Susunan dan Tertib Hukum Susunan dan terti hukum serta pelaksanaan hukum dan peraturan serta perundang-undangan yang keliru sering sekali menghambat kemajuan ekonomi, sehingga tidak mendukung terlaksananya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu hukum haurus dilaksanakan secara tertib, dan konsekuensi, agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.

2.2 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang–undangan UU No.33 tahun 2004. PAD merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah. PAD dapat memberikan warna tersendiri terhadap tingkat otonomi suatu daerah, karena jenis pendapatan ini dapat digunakan secara bebas oleh daerah untuk kepentingan daerah dan tentunya harus sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Sumber PAD terdiri dari: 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah . 4. Lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. Dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan impor atau ekspor. Yang dimaksud dengan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan retribusi oleh daerah terhadap objek–objek yang telah dikenakan pajak oleh pusat dan propinsi sehinga menyebabkan menurunkan daya saing daerah.

2.2.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang–undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pembangunan daerah. Pajak daerah sebagai salah satu PAD diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Menurut Suparmoko, pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa secara langsung dapat ditunjuk. Universitas Sumatera Utara Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapakan dalam UU No. 34 Tahun 2000, daerah atau kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber– sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kriteria pajak daerah selain yang ditetapkan UU bagi kabupaten atau kota adalah: 1. Bersifat pajak dan bukan retribusi. 2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kabupatenkota yang bersangkutan. 3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi atau objek pajak pusat. 5. Potensi memadai. 6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. 7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat 8. Menjaga kelestarian lingkungan. Universitas Sumatera Utara Jenis Pajak Daerah. 1.Jenis pajak propinsi terdiri dari sebagai berikut: a. Pajak kendaraan bermotor dan Kendaraan di atas air adalah atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan dan kendaraan di atas air. b. Bea Balik Nama kederaan bermotor dan kenderaan di atas air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua belah pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha. c. Pajak Bahan Bakar kenderaan Bermotor adalah pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air. d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. 2. Jenis pajak kabupatenkota terdiri dari: a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap atau istirahat, yang memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Universitas Sumatera Utara b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering. c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditontonkan atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasititas untuk olahraga. d. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat, pembuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersil untuk menarik perhatian umum. e. Pajak Penerangan jalan adalah pajak atas pengunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku. g. Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Universitas Sumatera Utara 2. Bagi Hasil Pajak Daerah a. Bagi Hasil Pajak Propinsi kepada Daerah KabupatenKota. 1. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air diserahkan kepada daerah kabupatenkota dipropinsi yang bersangkutan paling sedikit 30. 2. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Bermotor dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air permukaan diserahkan kepada daerah kabupatenkota yang bersangkutan paling sedikit 70. 3. Penggunaan bagian daerah kabupatenkota ditetapkan sepenuhnya oleh daerah kabupatenkota yang bersangkutan. b. Bagi Hasil Pajak Kabupaten kepada desa. 1. Hasil penerimaan Pajak Kabupaten diperuntukkan paling sedikit 10 bagi desa di wilayah kabupaten yang bersangkutan. 2. Bagian desa ini ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi antardaerah. 3. Penggunaan bagian desa ditetapkan sepenuhnya oleh desa yang bersangkutan.

2.2.2 Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi, dalam retribusi daerah balas jasa dari adanya retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk, misalnya retribusi jalan, retribusi parkir dan retribusi pasar. Dalam hal pemungutan iuran retribusi dianut asas manfaat benefit principles. Dalam asas Universitas Sumatera Utara ini besarnya pungutan ditentukan besarnya manfaat yang diterima oleh penerima manfaat dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Banyak jenis retribusi daerah, tetapi retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga macam sesuai dengan objeknya. Objek retribusi adalah berbagai jenis pelayanan atau jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Namun tidak semua jasa pelayanan yang dapat dipungut retribusinya, hanyalah jenis–jenis jasa pelayanan yang menurut pertimbangan sosial-ekonomi layak untuk dijadikan objek retribusi. Jasa–jasa pelayanan tersebut diantaranya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Retribusi yang dikenakan pada jasa umum. b. Retribusi yang dikenakan pada jasa usaha. c. Retribusi yang dikenakan pada perijinan tertentu. Penetapan jenis retribusi kedalam retribusi jasa umum dan jasa usaha dibuat dengan peraturan pemerintah agar tercipta ketertiban dalam penerapannya sehingga dapat memberikan kepastian pada mayarakat serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan nyata di daerah yang bersangkutan. Demikian pula dengan untuk berbagai jenis perijinan tertentu juga ditetapkan dengan peraturan pemerintah karena perijinan tersebut walaupun merupakan kewenangan pemerintah daerah, tetap memerlukan koordinasi dengan instansi–instansi teknis terkait.

a. Retribusi jasa umum.

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan Universitas Sumatera Utara umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis–jenis retribusi jasa–jasa umum terdiri dari: 1. Retribusi pelayanan kesehatan. 2. Retribusi Pelayanan dan Persampahan. 3. Retribusi Penggatian Biaya Cetak Kartu Tanda penduduk dan Akte Catatan Sipil. 4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat. 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. 6. Retribusi Pelayanan Pasar. 7. Retribusi Pelayanan Air Bersih. 8. Reribusi Pengujian kendaraan bermotor. 9. Retribusi pemeriksaan Alat Pemadam kebakaran. 10. Retribusi Penggantian Biaya Cetak peta. 11. Retribusi Pengujian kapal perikanan.

b. Retribusi Jasa Usaha

Dokumen yang terkait

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014 Berdasarkan Data Tahun 2003-2010

0 32 53

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

1 81 92

Analisis Evaluasi Pembangunan Ekonomi Daerah Pasca Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Dairi)

2 56 102

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

3 16 118

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 4 10

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 12

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 35

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 11