Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe Dan Dari Kebun Di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas Fpd

(1)

(2)

Lampiran 1.Gambar Instrument Kromatografi Gas

Seperangkat instrument kromatografi gas Shimadzu 2010


(3)

Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Lainnya

Neraca Analitik Ultra Turax


(4)

Lampiran 3.Gambar Bahan Aktif yang Digunakan

Bahan Aktif Dimetoat


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Baehaki., 1993. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Bandung : Penerbit Angkasa.

Djojosumarto, P., 2009. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Lampung : Penerbit Kanius.

Fitriani,E.,2012. Untung Lipat Budidaya Tomat di Berbagai Media Tanam. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.

Hasibuan,R.,2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Yogyakarta : Plantaxia.

Komisi Pestisida., 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman.

Rusminandar.,1995. Tanaman Tomat. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Rohman, A., 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu Sudarsono,H.,2015. Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Yogyakarta :

Plantaxia.

Sumatra, M.,1998. Kimia Pestisida. Jakarta : Pelatihan Analisa Residu Pestisida. Yani, T.,1993. Tomat Prmbudidayaan Secara Komersial. Jakarta : PT.

Penebar Swadaya.


(7)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat

1. Pecincang Stanles Steel

2. Beaker Glass Iwaki

3. Neraca Analitik Metter Toledo

4. Pipet Volume Iwaki

5. Belender Skala Kecil Ultra Turax IKA T.25

6. Erlenmeyer Iwaki

7. Labu bulat Iwaki

8. Rotari Evaporator IKA KV 600 Digital

9. Test Tube Iwaki

10.Siring Hamilton

11.Kromatografi Gas GC 2010

12.Labu Takar Iwaki

3.2 Bahan-bahan

1. Tomat

2. Aseton p.a. Merck

3. Isooktan p.a. Merck


(8)

5. Petroleum Eter 400C-600C p.a. Merck

6. Toluena p.a. Merck

7. Dimetoat Purity 99,5% Perfektan 425 EC

8. Klorpirifos Purity 98,8% Dursban 200 EC

9. Propenofos Purity 96,9% Curacron 500 EC

3.3Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Standar Campuran Bahan Aktif Dimetoat, Klorpirifos dan Profenopos

3.3.1.1Bahan Aktif Dimetoat

Bahan aktif Dimetoat (99,5%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian encerkan bahan aktif tersebut dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25 ml dan homogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,3 ml larutan standar bahan aktif setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml untuk membuat standar campuran dengan konsentrasi standar 1 ng/µl.

3.3.1.2Bahan Aktif Klorpirifos

Bahan aktif Klorpirifos (98,8%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian encerkan bahan aktif tersebut dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25 ml dan


(9)

dihomogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,3 ml larutan standar bahan aktif setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat yang telah diencerkan.

3.3.1.3Bahan Aktif Propenofos

Bahan aktif Propenofos (96,9%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian encerkan bahan aktif tersebut dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25 ml dan dihomogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,7 ml larutan standar bahan aktif setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat dan Klorpirifos untuk membuat larutan standar campuran dengan konsentrasi 1 ng/µl. Diencerkan kembali campuran bahan aktif dengan pelarut isooktana sampai garis batas homogenkan.


(10)

3.3.2 Preparasi Sampel Tomat

Buah tomat dicincang sampai halus. Kemudian ditimbang kedalam beaker glass 100 ml sebanyak 15 g. Selanjutnya tambahkan pelarut Aseton sebanyak 30 ml, pelarut Diklorometane sebanyak 30 ml dan pelarut Petrelium Eter sebanyak 30 ml dengan menggunakan pipet volume. Setelah itu haluskan sampel dengan menggunakan belender skala kecil ultra turax. Setelah dihaluskan diamkan sebentar sampai filtrat dan endapan terpisah. Kemudian pipet filtrat yang sudah terpisah sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet volume lalu masukkan kedalam labu didih. Filtrat diuapkan seluruhnya menggunakan alat rotarievaporator. Sampel yang sudah diuapkan kemudian dilarutkan kedalam test tube sebanyak 5 ml dengan perbandingan campuran pelarut toluena : isooktana (10:90).

3.3.3 Penginjekkan ke Alat Kromatografi gas

Hidupkan seperangkat alat kromatografi gas. Kemudian suntik sebanyak 1 µl larutan standar campuran dan ekstrak sampel kedalam kromatografi gas menggunakan siring dengan kondisi alat sebagai berikut :

Kolom kapiler, restek Rtx-1 MS,0.25 mm id x 0,25 µm df x 30 m

Suhu kolom 190oC

Suhu injektor : 230oC

Suhu detektor : 230o C


(11)

(12)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel pada Tomat dari Pasar Kaban Jahe Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo Berat Sampel Standar Bahan Aktif Konsentrasi Standar Bahan Aktif Area Standar Area Sampel Hasil Pengujian 5 ml

Dimetoat 0,9995 ng/µl Simplo : 564663 Simplo : 34138 Terdeteksi 0.052 mg/kg Duplo : 600923 Duplo : 32244 Klorporifos 0,9743 ng/

µl Simplo : 152043 Simplo : - Tidak terdeteksi Duplo : 164690 Duplo : - Propenofos 0,9753 ng/

µl Simplo : 117743 Simplo : - Tidak terdeteksi Duplo : 141993 Duplo : -


(13)

Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel pada Tomat dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo Berat Sampel Standar Bahan Aktif Konsentrasi Standar Bahan Aktif Area Standar Area Sampel Hasil Pengujian 5 ml

Dimetoat 0,9995 ng/ µl Simplo : 143347 Simplo : 30391 Terdeteksi 0.231 mg/kg Duplo : 174360 Duplo : 32943 Klorpirifos 0,9743 ng/

µl Simplo : 563532 Simplo: - Tidak terdeteksi Duplo : 598774 Duplo : - Propenofos 0,9753 ng/

µl Simplo : 499342 Simplo: 263201 Terdeteksi 0.595 mg/kg Duplo : 518484 Duplo : 272963 4.2Perhitungan

4.2.1 Pada Bahan Aktif

Untuk menghitung bahan aktif campuran (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Standarisasi Pada Bahan Aktif

Standar (mg/ml) = W (mg )

V (ml )

x

% 100


(14)

Rumus Pengenceran Larutan Standar :

V1. N1 = V2. N2

Keterangan :

W : Berat sampel (mg)

V : Volume labu takar (ml)

% : Kemurnian bahan aktif

V1 : Volume bahan aktif (ml)

V2 : Volume labu takar (ml)

N1 : Normalitas bahan aktif (ng/µl)

N2 : Normalitas yang diingkan (ng/µl)

4.2.1.1Dimetoat

Dimetoat tertimbang sebanyak 0,0273 g (27,3 mg)

Kemurnian Dimetoat yaitu 99,5%

Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml

Standar (mg/ml) = W (mg )

V (ml )

x

% 100

27,3 25 x

99,5

100 = 1,0865 mg/ml→ 1086,5 ng/µl


(15)

V1. N1 = V2. N2 V1. 1086,5 = 25.10O

V1 =

2500 1086,5

= 2,3 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:

2,3 . 1086,5 = 25. N2 N2 =2,3.1086,5

25

= 99,958 ng/µl

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2 V1. 99,958 = 25.10

V1 = 250 99,958 = 2,5 ml

Maka normalitas sesunggunya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:

2,5 . 99,958 = 25. N2

N2 =

2,5.99,958 25 = 9,9958 ng/µl


(16)

3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml

V1N1 = V2N2

V1. 9,9958 = 10.1

V1 = 10 9,9958

= 1,0 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:

1,0.9,9958 = 10. N2

N2 =

1,0.9,9958 10

= 0,9995 ng/µl 4.2.1.2Klorpirifos

Klorpirifos tertimbang sebanyak 0,0268 g (26,8 mg) Kemurnian Klorpirifos yaitu 98,8%

Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml

Standar (mg/ml) = W (mg )

V (ml )

x

% 100

26,8 25 x

98,8

100 = 1,0591 mg/ml→ 1059,1 ng/µl


(17)

V1. N1 = V2. N2

V1. 1059,1 = 25.100

V1 =

2500 1059,1

= 2,3 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:

2,3 . 1059,1 = 25. N2 N2 = 2,3.1059,1

25

= 97,4372 ng/µl

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 97,4372 = 25.10

V1 =

250 97,4372

= 2,5 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:

2,5 . 97,4372 = 25. N2 N2 =

2,5.97,4372 25


(18)

3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml

V1. N1 = V2. N2 V1. 97,4372 = 25.10

V1 = 250 97,4372

= 2,5 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:

1,0.9,7437 = 10. N2

N2 =

1,0.9,7437 10 = 0,9743 ng/µl

4.2.1.3Propenofos

Propenofos tertimbang sebanyak 0,0233 g (23,3 mg) Kemurnian Propenofos yaitu 96,9%

Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml

Standar (mg/ml) = W (mg )

V (ml )

x

% 100

23,3 25 x

96,9


(19)

1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 903,1 = 25.100

V1 = 2500 903,1

= 2,7 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:

2,7 . 903,1 = 25. N2 N2 = 2,7.903,1

25

= 97,5348 ng/µl

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2 V1. 97,5348 = 25.10

V1 =

250 97,5348 = 2,5 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:

2,5 . 97,5348 = 25. N2 N2 =

2,5.97,5348 25 = 9,7534 ng/µl


(20)

3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml

V1N1 = V2N2 V1. 9,7534 = 10.1

V1 = 10 9,7534 = 1,0 ml

Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:

1,0.9,7534 = 10. N2

N2 =

1,0.9,7534 10

= 0,9753 ng/µl 4.2.2 Sampel

Untuk menghitung banyaknya residu pestisida yang terkandung pada buah tomat dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Rata-rata Area Standar :

Rata−rata area standar = Area standar (simplo) + Area Standar (duplo) 2

Rumus Kadar Pestisida Dalam Sampel :

Csampel (mg/kg) =

Area sampel

Rata−rata area standar x C.Standar (ng⁄µl) x V.Inj (µl)x FP (µl) V .Inj Std (µl) xFK

W (gr )

Rumus Rata-rata Kadar Pestisida Dalam Sampel :

Crata−rata(mg/kg) =

Csampel (simplo ) + Csampel (duplo ) 2


(21)

Keterangan :

Csampel = Konsentrasi Sampel (ng⁄µl)

C.standar = Konsentrasi standar (ng⁄µl)

V.inj = Volume Injek (µl)

FP = Faktor Pengenceran (5000 µl)

FK = Faktor Koreksi (87

25)

W = Bobot Sample (mg kg)⁄

Crata-rata = Konsentrasi Rata-rata (ng⁄µl)

4.2.2.1Tomat dari Pasar Kaban Jahe Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo

4.2.2.1.1 Dimetoat

Area standar :

Simplo = 564663; Duplo = 600923 Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9995 ng/µl

Rata−rata area standar = 564663 + 600923

2 = 582793

Csimplo(mg kg⁄ ) =

34138

582793 x 0,9995 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,013 gr


(22)

= 0,067 mg kg⁄ Cduplo(mg kg⁄ ) =

32244

582793 x 0,9995 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,012 gr

= 64,096 ng⁄µg = 0,064 mg kg⁄

Cratarata(mg kg⁄ ) = 0,067 mg kg⁄ + 0,064 mg kg⁄

2 = 0, 052 mg kg⁄ 4.2.2.1.2 Klorpirifos

Area standar :

Simplo = 152043; Duplo = 164690 Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9743 ng/µl

Rata−rata area standar = 152043 + 164690

2 = 158366,5

Csimplo(mg kg⁄ ) = 0

158366,5 x 0,9743 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1 15,013 gr

= 0 ng⁄µg

= 0 mg kg⁄ Cduplo(mg kg⁄ ) =

0

158366,5 x 0,9743 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,012 gr


(23)

= 0 mg kg⁄ Crata−rata(mg kg⁄ ) =

0 mg kg⁄ + 0 mg kg⁄

2 = 0, mg kg⁄ 4.2.2.1.3 Propenofos

Area standar :

Simplo = 117743; Duplo = 141993 Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9753 ng/µl

Rata−rata area standar = 117743 + 141993

2 = 129868

Csimplo(mg kg⁄ ) = 0

129868 x 0,9753 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,013 gr = 0 ng⁄µg = 0 mg kg⁄

Cduplo(mg kg⁄ ) = 0

129868 x 0,9753 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,012 gr = 0 ng⁄µg = 0 mg kg⁄

Crata−rata(mg kg⁄ ) =

0 mg kg⁄ + 0 mg kg⁄

2 = 0 mg kg⁄

4.2.2.2Tomat dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo


(24)

4.2.2.2.1 Dimetoat

Area standar :

Simplo = 143347; Duplo = 174360 Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9995 ng/µl

Rata−rata area standar = 143347 + 174360

2 = 158853,5

Csimplo(mg kg⁄ ) =

30391

158853,5 x 0,9995 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,013 gr

= 221,62 ng⁄µg = 0,222 mg kg⁄

Cduplo(mg kg⁄ ) =

32943

158853,5 x 0,9995 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1 15,012 gr

= 240,24 ng⁄µg = 0,240 mg kg⁄

Crata−rata(mg kg⁄ ) =

0,222 mg kg⁄ + 0,240 mg kg⁄

2 = 0,231 mg kg⁄ 4.2.2.2.2 Klorpirifos

Area standar :


(25)

Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9743 ng/µl

Rata−rata area standar = 563532 + 598774

2 = 581153

Csimplo (mg kg⁄ ) = 0

581153 x 0,9743 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,013 gr

= 0 ng⁄µg

= 0 mg kg⁄ Cduplo(mg kg⁄ ) =

0

581153 x 0,9743 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,012 gr

= 0 ng⁄µg = 0 mg kg⁄ Crata−rata(mg kg⁄ ) =

0 mg kg⁄ + 0 mg kg⁄

2 = 0, mg kg⁄ 4.2.2.2.3 Propenofos

Area standar :

Simplo = 499342; Duplo = 518484 Bobot sampel :

Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr Normalitas bahan aktif = 0,9753 ng/µl


(26)

Rata−rata area standar = 499342 + 518484

2 = 508913

Csimplo(mg kg⁄ ) =

263201

508913 x 0,9753 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,013 gr

= 584,60 ng⁄µg = 0,584 mg kg⁄ Cduplo(mg kg⁄ ) =

272963

508913 x 0,9753 ng⁄µlx 1 µl x 87 25 x

5000 1

15,012 gr

= 606,33 ng⁄µg = 0,606 mg kg⁄ Crata−rata mg kg⁄ =

0,584 mg kg⁄ + 0,606 mg kg⁄

2 = 0,595 mg kg⁄ 4.3Pembahasan

Berdasarkan data hasil analisis residu pestisida golongan organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat dari Pasar Kaban Jahe tabel 4.1, terdapat dua bahan aktif yang tidak terdeteksi yaitu Klorpirifos dan Propenofos. Sedangkan bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,052 mg/kg. Berbeda dengan data hasil analisa residu pestisida golongan organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat dari Kebun di Desa Ketaren tabel 4.2, hanya bahan aktif Klorpirifos yang tidak terdeteksi. Sedangkan bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,231 mg/kg dan propenofos sebanyak 0,595 mg/kg. Ada beberapa faktor-faktor yang


(27)

membuat bahan-bahan aktif tersebut tidak terdeteksi, yaitu pertama pestisida yang digunakan memang tidak mengandung bahan aktif tersebut dan kedua pestisida yang digunakan hanya mengandung bahan aktif dalam jumlah sangat kecil atau sedikit sehingga tidak dapat dibaca oleh alat atau dibawah Batas Penetapan (BP) deteksi alat. Karena alat memiliki BP tersendiri untuk masing-masing bahan aktif, untuk bahan aktif Dimetoat 0,0594 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos 0,540 mg/kg dan bahan aktif Propenofos 0,1313 mg/kg.

Dari uraian data hasil analisis diatas didapatkan kandungan residu pestisida bahan aktif Dimetoat dan Propenofos paling banyak kandungannya dibandingkan bahan aktif Klorpirifos. Hal ini dikarenakan bahan aktif tersebut merupakan bahan aktif pestisida jenis insektisida yaitu mematikan semua jenis serangga. Namun kandungan residu pestisida yang terdapat didalam masing-masing buah tomat tersebut masih aman untuk di konsumsi, karena jumlahnya masih belum melebihi Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yang ditetapkan sesuai dengan SNI 7313:2008 untuk komoditas buah tomat yaitu Dimetoat sebanyak 1 mg/kg, Klorpirifos sebanyak 0,5 mg/kg, Propenofos sebanyak 2 mg/kg. Jika jumlah residu pestisida yang terdapat pada kedua buah tomat tersebut melebih batas yang telah ditentukan oleh SNI 7313:2008 maka buah tomat tersebut tidak layak untuk di konsumsi karena dapat membahayakan kesehatan konsumen. Bahaya yang ditimbulkan meliputi timbulnya reaksi alergi, keracunan dan karsionogenik.


(28)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil data dan pembahasan analisis residu pestisida golongan organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat diperoleh kesimpulan bahwa :

Sampel buah tomat dari Pasar Kaban Jahe hanya terdapat satu bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,052 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos dan Propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan pada sampel buah tomat dari Kebun di Desa Ketaren terdapat dua bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,231 mg/kg dan propenofos sebanyak 0,595 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari pengujian residu pestisida pada buah tomat dari Pasar Kaban Jahe dan dari kebun di Desa Ketaren masih aman karena kandungan residu pestisida pada buah tomat dari kedua tempat tersebut masih di bawah ambang Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008.


(29)

5.2Saran

Pada percobaan selanjutnya diharapkan tidak hanya pestisida golongan organofosfat saja yang di analisa namun pestisida yang lainnya juga seperti pertisida golongan organoklor dan piretroid agar kandungan residu pestisida pada hasil pertanian dapat dikontrol secara baik.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Pengertian pestisida luas sekali karena meliputi produk-produk yang digunakan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan/kesehatan hewan, perikanan, dan kesehatan masyarakat (Djojosumarto,P., 2009).

Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pestiside (Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering jugga disebut dengan organisma pengganggu tanaman (OPT) (Wudianto, R., 1997).

Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk

a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

b) Memberantas rerumputan


(31)

d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk

e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air

g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida, 2004).

Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas organisma pengganggu tanaman. Sebab, pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. Namun, bila aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya. Dampak buruk tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Bisa mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun lambat

2. Meracuni inang

3. Resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yanag sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat.

4. Terjadinya resurjensi, yaitu populasi hama generasi berikutnya justru meningkat setelah aplikasi pestisida. Kemudian ini merupakan akibat ikut


(32)

terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida.dapat juga karena terjadinya perangsangan produksi telur hama akibat penggunaan insektisida tertentu pada tingkat dosis tertentu.

5. Munculnya hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami hama utama dan bahkan musuh alami hama sekunder ikut terbunuh. Akibatnya ham sekunder berkembang pesat dan malah berperan menjadi hama utama.

6. Merusak makhluk berguna misalnya serangga penyerbuk, predator, parasit, dan patogen.

7. Mencemari lingkungan, misalnya perairan, udara, dan sebagainya.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, produk pestisida sebaiknya memenuhi kriteria berikut.

1. Mempunyai toksisitas oral yang rendah. 2. Mempunyai toksisitas dermal yang rendah.

3. Tidak persisten. Pestisida tidak bertahan di dalam tanah, tanaman dan perairan. Sebagai contoh Aldrin dan Dieldrin bisa bertahan samapai 10 tahun dalam tanah. Oleh karena itu pestisida berbahan aktif ini tidak diizinkan penggunaannya di Indonesia.

4. Tidak meninggalkan residu pada tanaman. 5. Tidak berakumulasi.

6. Efektif terhadap organisma sasaran.

7. Mempunyai spektrum yang sempit atau selektivitasnya tinggi. Artinya yang terbunuh hanya jasad pengganggu, sedangkan jasad hidup yang lain tidak ikut terbunuh.


(33)

8. Tidak fitotoksis, yaitu tidak meracuni tanaman itu sendiri.

9. Tidak menimbulkan resistensi atau timbulnya sifat kekebalan terhadap organisma pengganggu atau organisme sasaran.

10.Mudah didapat dan murah harganya. 11.Tidak mudah terbakar atau meledak.

12.Dapat disimpan lama tanpa mengurangi kualitas. 13.Tidak merusak alat (Wudianto, R., 1997).

Untuk menghidari dampak negatif akibat penggunaan pestisida dan sekaligus meningkatkan efektivitas penggunaannya, pemerintah memalui sistem peraturan dan perundang-undangan telah mengatur peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida di seluruh wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973). Sebelum diedarkan dan sampai ke tangan petani,pestisida harus terlebih dahulu dievaluasi oleh Komisi Pestisida. Komisi yang berada dalam naungan Departemen Pertanian ini berfungsi untuk memberi izin dan mengawasi penggunaan pestisidda di seluruh Indonesia (Komisi Pestisida, 2007). Untk mengawasi penggunaan pestisida di seluruh Indonesia, pemerintah telah menjabarkannya dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007 Pasal 1 yaitu ikut mengatur pendistribusian dan penggunaan pestisida. Pengawasan pestisida bertujuan untuk:

1. Melindungi kesehatan manusia,

2. Melindungi kesehatan alam dan lingkungan hidup, 3. Menjamin mutu dan efektifitas pestisida, dan

4. Memberikan perlindungan kepada produsen, pengedar dan pengguna pestisida (Hasibuan R., 2015).


(34)

2.1.2 Jenis Pestisida dan Cara Kerjanya

Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan yaitu :

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/ cendawan. 3. Bakterisida adalah seyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang

bisa membunuh bakteri.

4. Nematisida adalah racun yang dapat mengendalikan nematoda.

5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba.

6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.

8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

9. Pestisida lain merupakan pestisida yang masih jarang digunakan sehingga dipasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida tersebut adalah :


(35)

a. Pisisida, adalah senyawa kimia beracun untuk memngendalikan ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak atau kolam

b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida, pestisida pembunuh burung

d. Larvisida, pestisida pembunuh ulat e. Pedukulisida, pestisida pembunuh kutu

f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon

g. Ovisida, pestisida perusak telur

h. Piscisida, pestisida pembunuh predator i. Termisida, pestisida pembunuh rayap

j. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar k. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata.

10.Pestisida berperan ganda adalah pestisida untuk membasmi 2 atau 3 golongan OPT. Berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang terdaftar di Komisi Pestisida.

a. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit jamur dan tungau

b. Akarisida, insektisida c. Arborisida, Herbisida

d. Fungisida, Insektisida dan nematisida e. Fungisida

f. Fungisida, nematisida


(36)

2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida

Pestisida merupakan sarana produksi pertanian yang mahal dan merusak lingkungan. Oleh karena itu penggunaannya harus secara rasional dengan mempertimbangkan sifat kimia dan sifat fisika pestisida, biologi dan ekologi jazat pengganggu, serta musuh alami (Widianto,R., 1997).

Para ahli kimia tidak henti-hentinya mencoba mencari pestisida yang ideal. Kemajuan telah banyak diperoleh, tetapi sebegitu jauh, pestisida yang benar-benar ideal belum ada. Dari berbagai sumber, sifat-sifat ideal yang seyogianya dipunyai oleh pestisida adalah sebagai berikut :

1. Sifat Biologi

a. Efikasi biologis optimal (dengan kata lain efektif)

b. Takaran aplikasi rendah, tidak terlampau membebani lingkungan c. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD56-nya tinggi) sehingga kurang

membahayakan penggunaan, konsumen, dan lingkungan d. Sasarannya spesifik, khususnya untuk insektisida

e. Selektif

f. Tidak cepat menimbulkan resistensi dan resurjensi 2. Sifat Kimia Fisik

a. Tidak persisten

b. Tidak mudah menembus kulit manusia 3. Formulasi

a. Diformulasi dalam bentuk yang mendukung keselamatan pengguna, konsumen, dan lingkungan


(37)

b. Formulasinya cukup stabil

c. Mudah diaplikasikan (Djojosumarto,P., 2009).

2.2 Insektisida Organofosfat

2.2.1 Pengertian Insektisida Organofosfat

Insektisida organofosfat di kembangkan di Jerman pada masa Perang Dunia II sebagai pengganti insektisida nikotin yang saat itu merupakan insektisida utma untuk pengendalian kumbang kentang colorado (Leptinotarsa decemlineata). Penemuan sifat insektisida dari kelompok organofosfat berkaitan erat dengan penelitian jenis-jenis gas syaraf seperti sarin, soman dan tabun (Sudarsono,H.,2015).

Organofosfat adalah nama umum ester dan fosfat. Insektisida organofosfat

(Organophosphates-OPs) adalah insektisida yang mengandung unsur fosfat.

Insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektisida ini dikenal sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu insektisida juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic phosphate). Insektisida fosfat (phosphorus insecticides), kerabat gas beracun (nerve gas relatives), dan ester asam fosfat (phosphotic acid esters) (Hasibuan R., 2015).

2.2.2 Cara Kerja Insektisida Organofosfat

Insektisida organofosfat juga di kenal dengan istilah insektisida antikolinestrase, karena sifatnya yang dapat menghambat enzim cholinesterase (AchE) pada sel syaraf. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Penghambatan kerja enzim


(38)

terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut menjadi bentuk komponen yangstabil, sehingga asetilkholin (Asetylcholin - Ach) tidak dapat terurai dalam postsinaptik. Sebenarnya, asetylkholin berfungsi sebagai neuro transmitter di celah synaps. Pada kondisi normal, enzim AchE akan menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin, namun pada saat organofosfat disemprotkan, enzim ini tidak dapat bekerja secara normal (Hasibuan R., 2015).

2.2.3 Rumus Umum Insektisida Organofosfat

Ciri umum dari senyawa organofosfat adalah adanya molekul alkohol berbeda-beda yang terikat pada atom-atom fosfatnya sehingga membentuk ester yang berbeda-beda pula. Ester-ester ini mempunyai kombinasi oksigen, karbon, belerang dan nitrogen berbeda-beda. Organofosfat yang terbentuk dari berbagai kombinasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan turunan yaitu alifatik, fenil dan heterosiklik (Sudarsono,H.,2015).

Semua insektisida organofosfat adalah bentuk ester dari asam fosfat. Gugus X (R3) rumus kimia organofosfat lebih dikenal dengan istilah leaving group karena merupakan bagian yang paling reaktif dan dapat tergantkan oleh unsure lain pada saat organofosfat mengalami fosforilasi asetilkholin, selain itu gugus ini juga paling sensitif terhadap hidrolisis, sehingga cepat terurai. Seperti terlihat pada rumus umumnya, organofosfat selalu mengandung gugus R (alkyl) yang menempati posisi salah satu alkoxy group (RO). Secara umum, gugus R1 dan R2 dapat berupa OCH3 (meti) atau OC2H5 (etil). Seperti terlihat berikut ini :


(39)

Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat

Organofosfat dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan tergantung dari kombinasi unsur oksigen, karbon, sulfur, dan nitrogen. Semua kelompok organofosfat dapat dikenal melalui struktur kimia penyusunnya (Hasibuan R., 2015).

2.2.4 Dhimethoate

Dalam bentuk murninya, insektisida dimethoate berbentuk kristal putih. Insektisida ini bersifat stabil dalam air tetapi terhidrolisa dalam kondisi basa. Sama halnya dengan Monocrotophos insektisida ini bekerja sebagai racun kotak dan sistematik. Insektisida ini dapat mengendalikan berbagai jenis serangga hama. Insektisida dimethoate tergolong ke dalam kelompok yang sangat beracun, hal ini ditunjukkan dengan nilai LDSD sebesar 50-500 mg/kg. Salah satu kelemahan dimethoate adalah bahawa insektisida ini bersiat korosif terhadap logam, sehingga sangat merusak alat-alat aplikasi uang terbuat dari logam. Khusus di Amerika Serikat sejak tahun 1982, insektisida dimethoate tidak diproduksi lagi. Rumus kimia insektisida dimethoate tertera pada gambar berikut.


(40)

Gambar 2.2 Dimethoate : (O.O dimethyl S-[2-(methylamino)-2-oxoethyl] dithiophosphate

(Hasibuan R., 2015).

Bahan aktif dimethoate termasuk dalam kelompok organofosfat tururan alifatik, karena mempunyai rantai karbon berstruktur lurus (bukan berstruktur cincin. Sebagian besar insektisida ini diaplikasikan memalui tanah dan diserap oleh tanaman ke bagian-bagian di atas tanah. Insektisida ini efektif untuk hama-hama kutu daun (Aphis), wereng daun, dan serangga-serangga penusuk-pengisap lainnya. Dimethoate juga merupakan insektisida racun kontak yang efektif untuk pengendalian tungau pada kedelaidan tanaman-tanaman pangan lainnya (Sudarsono,H.,2015).

2.2.5 Chlorpyrifos

Chlorpyrifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun 1965 oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270 mg/kg. Chlorpyrifos adalah organofosfat uang berspektrim luas. Untuk memperluas penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa bentuk seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada gambar berikut ini.


(41)

Gambar 2.3 Chlorpyrifos : O,O-diethyl O-3,5,6-trichloro-2-pyridyl phosphorosthioate

Bahan aktif klorpirifos termasuk kelompok organofosfat turunan heterosiklik yang mempunyai gugus heterosiklik yang mempunyai unsur kimia berbentuk cincin yang beragam. Variasi dari anggota golongan terletak pada komposisi unsur seperti oxygen, nitrogen atau sulfur (Hasibuan R., 2015).

2.2.6 Profenofos

Profenofos merupakan insektisida uang berspektrum luas sehingga dapat mengendalikan berbagai enis hama. Profenofos merupakan insektisida yang berdaya racun sedang dengan nilai LD50 oral akut 358-502 mg/kg. Prifenofos bersifat insektisida dana akarisida. Rumus kimia insektisida profenofos tertera pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Profenofos : O-14 bromo-2-chlorophenyl) O-ethyl S-propyl phosphorothiuate


(42)

Bahan aktif profenofos termasuk kelompok organofosfat turunan fenil karena mempunyai cincin fenil yang salah satu atom hidrogennya diganti dengan oleh molekul pospat sementara yang lainnya diganti dengan CH3, Cl, CN, NO20

atau S. Organofosfat fenil mempunyai stabilitas yang lebih baik dan residunya bertahan di lingkungan relatif lebih lama daripada residu organofosfat alifatik. Insektisida ini sangat toksik pada manusia sehingga penggunaannya menurun drastis (Sudarsono, H.,2015).

2.3 Residu Pestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis.

2.4 Batas Maksimum Residu Pestisida

Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanian bahan pangan, atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu pestisida per kilogram hasil.

Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan berdasarkan rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi. Dengan demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan penggunaan pestisida yang sesuai dengan tatacara budidaya pertanian yang baik. BMR


(43)

pestisida berdasarkan adanya data uang mendukung bahwa residu pestisida yang tertetapkan diketahui membahayakan manusia.

BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa pangan, baik dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang diperdagangkan secara nasional maupun internasional. Untuk hasil yang diperdagangkan dalam lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk suatu negara, sedangkan pada hasil yang diperdagangkan dalam lingkup nasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur perdagangan (Komisi Pestisida, 2004).

Bahaya residu pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumen meliputi timbulnya reaksi alergis, keracunan dan karsionogenik. Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mendorong perubahan perilaku konsumen. Secara global telah terjadi perubahan nlai dan konsep pada konsumen terhadap produk-produk pertanian yang mereka konsumsi yang megakibatkan terjadinya perubahan perilaku sikap dalam membeli suatu komoditas pertanian. Meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kesehatan dan kebugaran mengakibatkan meningkatnya tuntutan konsumen akan nutrisi produk-produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Dengan demikian isu keamanan pangan (food safety) telah menjadi faktor penting dalam menentukan standar kualitas produk pangan (Hasibuan R., 2015).

Tabel 2.1 Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Tanaman Tomat Menurut SNI 7313:2008

No. Komoditas Jenis Pestisida Batas Maksimum Residu

(mg/kg)


(44)

Klorpirifos 0,5

Propenofos 2

Sumber : SNI 7313:2008

2.5 Sekilas Tentang Tomat 2.5.1 Mengenai Tomat

Gambar 2.5 Tomat

Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini hanya untuk satukali periode panen. Setelah berproduksi, kemudian mati. Tanamn ini berbentuk perdu atau semakdengan panjang bisa mencapai 2 m (Yani, T.,1993).

Jika orang menyebut tomat, asumsinya adalah buah untuk sayuran. Padahal sudah lama tomat menjadi buah tangan yang siap dimakan atau dibuat jus yang segar sebagai munuman. Sehingga tomat bukan lagi sebagai buah sayuran, tetapi lebih dari itu, yaitu dimakan mentah.

Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkanhal ini, fungsi tomat merupakan kalsifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah (Fitriani,E.,2012).

2.5.2 Sejarah Tomat

Sejarah tomat pertomatan dimulai dari dataran Amerika Latin, lebih tepatnya di sekitar Peru, Equador. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai


(45)

menyebar ke seluruh bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian orang Meksiko mulai membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke Erofa pada awal abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai dari Filipina melewati jalur Amerika Selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini sudah muncul di Malaysia.di benua Afrika penyebaran buah tomat dilakukan oleh para pedagang Portugis yang mendarat di Mesir atau Sudan kemudian dari sana menyebar ke Afrika Barat.

Walaupun nenek moyang buah tomat berasal dari benua Amerika , ternyata tanaman ini terlambat dikenal oleh orang Amerika Serikat. Mereka baru mengenal tanaman ini sekitar aband ke-18 sebab ketika tanaman ini masuk Amerika Serikat mendapat sambutan yang kurang hangat. Konon kabarnya, orang Amerika Serikat menganggap tomat sebagai cendawan beracun sehingga mereka acuh tak acuh terhadap tanaman ini, bahkan takut untuk memakannya. Ketakutan itu berakhir ketika tahun 1820 Robert Gibon Johnson dari kota Salem, New Hersey nekad mempertontonkan "adegan bunuh diri" di hadapan orang-orang Salem. Disaksikan oleh dua orang dokter spesialis bedah perut, Robert melalap buah tomat satu persatu. Dengan rasa cemas orang Salem menyaksikan Robert masih segar bugar setelah memakan beberapa buah tomat. Sejak saat itu orang Amerika mulai percaya bahwa tomat buka tanaman beracun. Bahkan mulai menyebar secara luas dan banyak digemari oleh orang Amerika Serikat.

Sekarang daerah penanaman tomat ini sudah cukup luas hampir meliputi seluruh daerah tropis. Mulai daerah tropis Asia seperti India, Malaysia dan Filipina; kemudian daerah tengah, timur dan barat Afrika; daerah tropis Amerika; dan daerah Karibia (Trinidal, Haiti, dan Puerto Rico) (Yani, T.,1993).


(46)

2.5.3 Klasifikasi Tomat

Tanaman tomat pernah membuat bingung para ahli taksonomi. Pasalnya, para ahli taksonomi berbeda paham dalam memberi nama resmi untuk tanaman ini.

Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopersicum L. (Fitriani,E.,2012)

2.5.4 Kandungan dan Manfaat Tomat

Tanaman tomat termasuk keluarga besar "Solanaceae". Keluarga ini terdiri tidak kurang dari 2.200 species, yang secara alamiah diciptakan untuk membantu kelangsungan dan kebahagiaan hidup manusia. Keluarga ini terdiri atas jenis-jenis tanaman yang menghasilkan:

a. Zat karbohidrat, terdapat pada tanaman kentang (Solanum Tuberosum), penghasil umbi terkenal di dunia.


(47)

b. Buah-buahan, yaitu tomat dan jenis-jenis terung, penghasil vitamin dan enzim-enzim.

c. Obat-obatan, misalnya kecubung, henbane, belladona, atropine, dan tomat.

d. Obat penyegar sekaligus insektisida, yaitu tembakau, penghasil daun yang mengandung zat "nicotine" yang terkenal di seluruh dunia.

e. Bunga dan buah, dimanfaatkan sebagai hiasan di luar maupun di dalam rumah, misalnya terung susu, bunga petunia, kecubunng, brumfelsia, dan sebagainya.

(Rismunandar.,1995)

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat

Zat Gizi Komposisi

Protein 1 g

Karbohidrat 4,2 g

Lemak 0,3 g

Kalsium (Ca) 5 mg

Fosfor (P) 27 mg

Zat Besi (Fe) 0,5 mg

Vitamin A (karotena) 1500 SI

Vitamin B (tiamin) 60 µg

Vitamin B2 (riboflavin) -

Vitamin C (asam askorbat) 40 mg

Bagian yang dapat dimakan 95%

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1972

Buah tomat mengandung alkaliod solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavoniod (termasuk rutin), protein, lemak, gula (glukoa, fruktosa), adenin, trigonelin, kholin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K,Na,Fe, sulfur, chlorine), vitamin (B1, B2, B6, C, E, likopen, niasin) dan


(48)

histamin. Rutin dapana memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Klorin dan sulfur adalah trace elemen yang berkhasiat detoksikan.

Klorin alamiah menstimulir kerja hati untuk membuang racun tubuh dan sulfur tubuh melindungi hati dari terjadinya sirosis hati dan penyakit hati lainnya. Liikopen adalah pigmen kuning beta karoten pada tomat. Tomatin berkhasiat antibiotik. Daun mengandung pektin, arbutin, amigdalin dan akaloid (Fitriani,E.,2012).

2.6 Kromatografi Gas (KG) 2.6.1 Pengertian

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.

KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.


(49)

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

2.6.2 Sistem Peralatan Kromatografi Gas

Gambar 2.6 Peralatan Kromatografi Gas

Sistem peralatan KG ditunjukkan dengan komponen utama adalah :

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif, murni/ kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karena pada satu


(50)

ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.

Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju kolom

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan

d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunaan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau


(51)

penyuntikkannya melalui lubang suntik, dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau terjadi pirolisis.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada KG.

Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif (preparative column).

Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efesiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah


(52)

seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.

Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks


(53)

misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.

5. Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.

d. Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu (Rohman, A., 2009)


(54)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak perlu diberantas habis karena memang tidak mungkin. Dengan usaha pengendalian, populasi atau tingkat kerusakan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan. Semua upaya pengendalian OPT dipelajari dalam Perlindungan Tanaman (Crop Protection, Plant Protection), yakni semua upaya untuk melindungi tanaman dari gangguan OPT dengan mempertimbangkan faktor-faktor teknis, ekonomis, ekologi, dan sosial, agar tanaman tumbuh dan berkembang secara sehat, sehingga mampu memberikan hasil dan keuntungan yang optimal.

Dari uraian diatas tampak jelas bahwa pengendalian hama secara kimiawi hanyalah merupakan bagian dari keseluruhan cara-cara pengendalian hama, penyakit, dan gulma di bidang pertanian. Meskipun demikian, pengendalian OPT secara kimiawi telah memegang peranan yang terlalu dominan sehingga kita


(55)

sering lupa bahwa ada banyak cara lain untuk mengendalikan OPT selain menyemprot pestisida. Disamping terlalu dominan, penggunaan pestisida juga sering dilakukan secara tidak benar. Kita masih sering melihat petani mencampurkan sekian banyak pestisida tanpa alasan yang kuat penggunaan larutan semprot yang berlebihan. Kita juga sering menjumpai petani menyemprot pada di sawah dengan pestisida tanpa memakai alat pelindung tubuh yang memadai (Djojosumarto, P.,2009).

Pestisida adalah racun, sehingga pestisida dibuat, dijual dan dipakai untuk "meracun" organisme pengganggu tanaman (OPT). Setiap penggunaan racun mengandung resiko (bahaya). Resiko tersebut tidak dapat dihindarkan karena terbawa oleh pestisida itu sendiri. Walaupun pestisida mengandung resiko, kita diharapkan dapat mengelola resiko tersebut, sehingga tidak membahayakan penggunanya, konsumen, dan lingkungannya (Djojosumarto, P.,2009).

Hama tanaman yang sering menyerang tomat berupa serangga. Oleh karena itu jenis pestisida yang cocok digunakan pada tanaman tomat yaitu Insektisida. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Ada beberapa pembagian insektisida yaitu insektisida hidrokarbon berkhlor, insektisida organophospat, insektisida karbamat, insektisida tiosianat (Baehaki, 1993).

Untuk menghindari dampak negatif akibat penggunaan pestisida dan sekaligus mengingkatkan efektivitas penggunaanya, pemerintah melalui sistem peraturan dan perundang-undangan telah mengatur peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida di seluruh wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 7


(56)

Tahun 1993). Sebelum diedarkan dan sampai ke tangan petani, pestisida harus terlebih dahulu di evaluasi oleh Komisi Pestisida (Hasibuan, R.,2015).

Untuk keselamatan konsumen, residu pestisida pada bahan makanan tidak boleh melebihi batas tertentu. Batas ini dinamakan Batas Maksimum Residu (BMR), yaitu tingkat residu yang dianggap aman bagi konsumen. Untuk mengetahui residu suatu pestisida dalam bahan makanan maupun dalam lingkungan, perlu dilakukan analisis kimia terhadap bahan makanan atau sampel yang diambil dari lingkungan (Sumatra, M.,1998).

Tomat saat ini tidak sekedar untuk sayuran, tetapi sudah menjadi komoditas buah. Kebutuhan akan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat drastis. Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Setelah produksi kemudian mati. Tanaman ini juga sering kali mendapat serangan hama dan penyakit. Untuk memberantas serangan hama dan penyakit, perlu pencegahan dengan cara penyemprotan pestisida pada tanaman. Namun penyemprotan pestisida tidak dapat dilakukan dengan sembarangan karena pertisida bersifat racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Harus ada aturan dan takaran yang pas dalam penggunaan pestisida sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan sesuai dengan SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yaitu Dimetoat sebanyak 1 mg/kg, Klorpirifos sebanyak 0,5 mg/kg, Propenofos sebanyak 2 mg/kg (Yani, T.,1993).

Akibat penyemprotan pestisida pada tamanan tomat tersebut, kita tidak mengetahui kadar residu pestisida yang terdapat di dalam buah tomat yang akan di


(57)

konsumsi. Apakah residu pestisida tersebut masih dalam batas normal atau sudah melebihi batas yang telah di tentukan oleh SNI 7313:2008. Karena tomat merupakan tumbuhan yang dikonsumsi secara langsung tanpa dikupas kulitnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, penulis melakukan analisis kandungan residu pestisida golongan organophospat pada buah tomat dan memilih karya ilmiah yang berjudul "Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD"

1.2Permasalahan

Yang menjadi permasalahan pada studi ini adalah:

1. Apakah buah Tomat yang diambil dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe mengandung residu pestisida yang masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008.

2. Bagaimana melihat kandungan residu pestisida organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe secara kromatografi gas FPD.

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah kandungan residu pestisida yang digunakan pada buah tomat masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008.


(58)

2. Untuk mengetahui kandungan residu pestisida organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe secara kromatografi gas FPD.

1.4Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi apakah kandungan residu pestisida yang digunakan pada buah tomat masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008.

2. Dapat mengetahui kegunaan dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat.


(59)

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penentuan kandungan residu pestisida organofosfat (dimetoat, klorpirifos dan propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe dengan metode ekstraksi secara kromatografi gas FPD. Residu pestisida yang diperoleh dari 2 tempat berbeda yaitu Pasar Kaban Jahe kandungan dimetoat 0,052 mg/kg, klorpirifos dan propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan dari Kebun di Desa Ketaren kandungan dimetoat 0,231 mg/kg, propenofos 0,595 mg/kg dan klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat menunjukkan bahwa nilai yang tidak melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian.

Kata Kunci : Pestisida, Dimetoat, Klorpirifos, Propenofos, Ekstraksi, Kromatografi Gas, Batas Maksimum Residu Pestisida, Tomat.


(60)

DETERMINATION OF ORGANOPHOSPHATE PESTICIDE RESIDUES (DIMETHOATE, CHLORPYRIFOS AND PROPENOFOS) IN

TOMATOES (Solanum lycopersicum L.) ON THE PASAR KABAN JAHE AND OF GARDENS IN DESA

KETAREN KEC. KABAN JAHE FPD GAS CHROMATOGRAPHIC

ABSTRACT

Study determining the organophosphate pesticide residues has been (dimethoate , chlorpyrifos and propenofos) in tomatoes (Solanum lycopersicum L.) from the market Kaban Jahe and from gardens in the village Ketaren of the District Kaban Jahe with method extraction by chromatographic FPD. Has been done pesticide residues obtained from two different places are the market Kaban Jahe content dimetoat of 0.052 mg / kg, chlorpyrifos and propenofos undetected. While from gardens in the village Ketaren content dimetoat of 0.231 mg / kg, propenofos of 0.595 mg / kg and chlorpyrifos is not detected. The result of determination of pesticide residue in tomatoes indicates that the value does not exceed limits decision by the National Agency for Standardization SNI 7313: 2008 on maximum limits of pesticide residues on crops.

Key Word : Pesticide, Dimethoate, Chlorpyrifos, Propenofos, Extraction, Gas Chromatographic, Maximum Residue Limits of Pesticide, Tomatoes.


(61)

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

TUGAS AKHIR

DWI AJENG PERMONI 132401044

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(62)

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

DWI AJENG PERMONI 132401044

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(63)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kandungan Residu Pestisida

Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum

lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Dwi Ajeng Permoni

Nomor Induk Mahasiswa : 132401044

Program Studi : Diploma III (D3) Kimia

Departement : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2016

Disetujui Oleh

Program Studi D3 Kimia Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.si NIP.195512181987012001

Pembimbing,

Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si NIP. 196903051999032001 Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001


(64)

PERNYATAAN

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

DWI AJENG PERMONI 132401044


(65)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan judul "Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe Dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD".

Karya Ilmiah ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida Upt. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan dari tanggal 25 Januari sampai dengan 25 Februari 2016. Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun pengalaman penulis. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pun dari semua pihak yang membaca karya ilmiah ini.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dorongan dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada Kedua orang tua penulis Ayahanda Legimin dan Ibunda Sri Surlitawati yang telah membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis beserta saudara penulis Mas Hanggri, Mbak Fiji, Adik Dinda dan Keluarga besar penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang terbaik untuk penulis serta bantuan berupa dukungan moril, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa.

Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Ibu Drs. Rumondang Bulan M.Sc, selaku kepala jurusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua program studi Diploma III


(66)

3. Ibu Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Ilmiah ini

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

5. Pak Rukito, SP selaku kepala Laboratorium UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan 6. Kak Yulviane Ramadhona, S.Si selaku pembimbing di Laboratorium UPT.

Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan

7. Ibu Cut, Kak Suci, Pak Dipo, Ibu Yeni, Bang Wira dan Seluruh Staf dan Pegawai di Laboratorium UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan

8. Sahabat-sahabat penulis Citra Maulidya, Miftahur Rahmi, Siti Farah Dina, Dinda Widya Rizky, Masyitah, Elvi Hotida Damanik dan semua teman teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, yang sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat karya ilmiah ini serta memberi dorongan satu dengan yang lain

9. Rekan – rekan ikatan mahasiswa D3 Kimia yang telah membantu dan memberikan dukungan dari belakang.

Atas segala perhatian, pengarahan, bimbingan dan nasehat selama ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2016


(67)

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penentuan kandungan residu pestisida organofosfat (dimetoat, klorpirifos dan propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe dengan metode ekstraksi secara kromatografi gas FPD. Residu pestisida yang diperoleh dari 2 tempat berbeda yaitu Pasar Kaban Jahe kandungan dimetoat 0,052 mg/kg, klorpirifos dan propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan dari Kebun di Desa Ketaren kandungan dimetoat 0,231 mg/kg, propenofos 0,595 mg/kg dan klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat menunjukkan bahwa nilai yang tidak melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian.

Kata Kunci : Pestisida, Dimetoat, Klorpirifos, Propenofos, Ekstraksi, Kromatografi Gas, Batas Maksimum Residu Pestisida, Tomat.


(68)

DETERMINATION OF ORGANOPHOSPHATE PESTICIDE RESIDUES (DIMETHOATE, CHLORPYRIFOS AND PROPENOFOS) IN

TOMATOES (Solanum lycopersicum L.) ON THE PASAR KABAN JAHE AND OF GARDENS IN DESA

KETAREN KEC. KABAN JAHE FPD GAS CHROMATOGRAPHIC

ABSTRACT

Study determining the organophosphate pesticide residues has been (dimethoate , chlorpyrifos and propenofos) in tomatoes (Solanum lycopersicum L.) from the market Kaban Jahe and from gardens in the village Ketaren of the District Kaban Jahe with method extraction by chromatographic FPD. Has been done pesticide residues obtained from two different places are the market Kaban Jahe content dimetoat of 0.052 mg / kg, chlorpyrifos and propenofos undetected. While from gardens in the village Ketaren content dimetoat of 0.231 mg / kg, propenofos of 0.595 mg / kg and chlorpyrifos is not detected. The result of determination of pesticide residue in tomatoes indicates that the value does not exceed limits decision by the National Agency for Standardization SNI 7313: 2008 on maximum limits of pesticide residues on crops.

Key Word : Pesticide, Dimethoate, Chlorpyrifos, Propenofos, Extraction, Gas Chromatographic, Maximum Residue Limits of Pesticide, Tomatoes.


(69)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 4

1.3Tujuan 4

1.4Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pestisida 6

2.1.1 Pengertian 6

2.1.2 Jenis Pestisida dan Cara Kerjanya 10

2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida 12

2.2Insektisida Organofosfat 13

2.2.1 Pengertian Insektisida Organofosfat 13

2.2.2 Cara Kerja Insektisida Organofosfat 13

2.2.3 Rumus Umum Insektisida Organofosfat 14

2.2.4 Dhimethoate 15

2.2.5 Chlorpyrifos 16

2.2.6 Propenofos 17

2.3Residu Pestisida 18

2.4Batas Maksimum Residu 18

2.5Sekilas Tentang Tomat 20

2.5.1 Mengenai Tomat 20

2.5.2 Sejarah Tomat 20

2.5.3 Klasifikasi Tomat 22

2.5.4 Kandungan dan Manfaat Tomat 22

2.6Kromatografi Gas (KG) 24

2.6.1 Pengertian 24


(70)

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1Alat-alat 30

3.2Bahan-bahan 31

3.3Prosedur Penelitian 31

3.3.1 Pembuatan Standart Campuran Bahan Aktif 31

3.3.1.1Bahan Aktif Dimetoat 31

3.3.1.2Bahan Aktif Klorpirifos 32

3.3.1.3Bahan Aktif Propenofos 32

3.3.2 Preparasi Sampel Tomat 33

3.3.3 Penginjekan ke Alat Kromatografi Gas 33

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian 35

4.2Perhitungan 36

4.2.1 Pada Bahan Aktif 36

4.2.1.1Dimetoat 37

4.2.1.2Klorpirifos 39

4.2.1.3Propenofos 41

4.2.2 Sampel 43

4.2.2.1Tomat Dari Pasar Kaban Jahe 44

4.2.2.1.1 Dimetoat 44

4.2.2.1.2 Klorpirifos 45

4.2.2.1.3 Propenofos 46

4.2.2.2Tomat Dari Desa Ketaren 46

4.2.2.2.1 Dimetoat 46

4.2.2.2.2 Klorpirifos 47

4.2.2.2.3 Propenofos 48

4.3Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 51

5.2Saran 51

Daftar Pustaka LAMPIRAN


(71)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Tanaman 19 Tomat Menurut SNI 7313:2008

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat 23

Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat 35 pada Sampel pada Tomat dari Pasar Kaban Jahe

Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat 36 pada Sampel pada Tomat dari Desa Ketaren


(72)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat 15

Gambar 2.2 Dimethoate 16

Gambar 2.3 Chlorpyrifos 17

Gambar 2.4 Profenofos 17

Gambar 2.5 Tomat 20


(1)

PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH

TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN

KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD

ABSTRAK

Telah dilakukan studi penentuan kandungan residu pestisida organofosfat (dimetoat, klorpirifos dan propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe dengan metode ekstraksi secara kromatografi gas FPD. Residu pestisida yang diperoleh dari 2 tempat berbeda yaitu Pasar Kaban Jahe kandungan dimetoat 0,052 mg/kg, klorpirifos dan propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan dari Kebun di Desa Ketaren kandungan dimetoat 0,231 mg/kg, propenofos 0,595 mg/kg dan klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat menunjukkan bahwa nilai yang tidak melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian.

Kata Kunci : Pestisida, Dimetoat, Klorpirifos, Propenofos, Ekstraksi, Kromatografi Gas, Batas Maksimum Residu Pestisida, Tomat.


(2)

DETERMINATION OF ORGANOPHOSPHATE PESTICIDE RESIDUES (DIMETHOATE, CHLORPYRIFOS AND PROPENOFOS) IN

TOMATOES (Solanum lycopersicum L.) ON THE PASAR KABAN JAHE AND OF GARDENS IN DESA

KETAREN KEC. KABAN JAHE FPD GAS CHROMATOGRAPHIC

ABSTRACT

Study determining the organophosphate pesticide residues has been (dimethoate , chlorpyrifos and propenofos) in tomatoes (Solanum lycopersicum L.) from the market Kaban Jahe and from gardens in the village Ketaren of the District Kaban Jahe with method extraction by chromatographic FPD. Has been done pesticide residues obtained from two different places are the market Kaban Jahe content dimetoat of 0.052 mg / kg, chlorpyrifos and propenofos undetected. While from gardens in the village Ketaren content dimetoat of 0.231 mg / kg, propenofos of 0.595 mg / kg and chlorpyrifos is not detected. The result of determination of pesticide residue in tomatoes indicates that the value does not exceed limits decision by the National Agency for Standardization SNI 7313: 2008 on maximum limits of pesticide residues on crops.

Key Word : Pesticide, Dimethoate, Chlorpyrifos, Propenofos, Extraction, Gas Chromatographic, Maximum Residue Limits of Pesticide, Tomatoes.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 4

1.3Tujuan 4

1.4Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pestisida 6

2.1.1 Pengertian 6

2.1.2 Jenis Pestisida dan Cara Kerjanya 10

2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida 12

2.2Insektisida Organofosfat 13

2.2.1 Pengertian Insektisida Organofosfat 13 2.2.2 Cara Kerja Insektisida Organofosfat 13 2.2.3 Rumus Umum Insektisida Organofosfat 14

2.2.4 Dhimethoate 15

2.2.5 Chlorpyrifos 16

2.2.6 Propenofos 17


(4)

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1Alat-alat 30

3.2Bahan-bahan 31

3.3Prosedur Penelitian 31

3.3.1 Pembuatan Standart Campuran Bahan Aktif 31

3.3.1.1Bahan Aktif Dimetoat 31

3.3.1.2Bahan Aktif Klorpirifos 32

3.3.1.3Bahan Aktif Propenofos 32

3.3.2 Preparasi Sampel Tomat 33

3.3.3 Penginjekan ke Alat Kromatografi Gas 33 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian 35

4.2Perhitungan 36

4.2.1 Pada Bahan Aktif 36

4.2.1.1Dimetoat 37

4.2.1.2Klorpirifos 39

4.2.1.3Propenofos 41

4.2.2 Sampel 43

4.2.2.1Tomat Dari Pasar Kaban Jahe 44

4.2.2.1.1 Dimetoat 44

4.2.2.1.2 Klorpirifos 45

4.2.2.1.3 Propenofos 46

4.2.2.2Tomat Dari Desa Ketaren 46

4.2.2.2.1 Dimetoat 46

4.2.2.2.2 Klorpirifos 47

4.2.2.2.3 Propenofos 48

4.3Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 51

5.2Saran 51

Daftar Pustaka LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Tanaman 19 Tomat Menurut SNI 7313:2008

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat 23

Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat 35 pada Sampel pada Tomat dari Pasar Kaban Jahe

Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat 36 pada Sampel pada Tomat dari Desa Ketaren


(6)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat 15

Gambar 2.2 Dimethoate 16

Gambar 2.3 Chlorpyrifos 17

Gambar 2.4 Profenofos 17

Gambar 2.5 Tomat 20