Flavonoid Tanin Uraian Kandungan Kimia Tanaman .1 Alkaloid

berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Kelompok ini disebut juga amin biologis. Misalnya : mescaline, adrenaline, dan ephedrine c. Pseudoalkaloid Golongan ini tidak diturunkan dari prekosor asam amino. Biasanya bersifat basa. Ada 2 seri alkaloid yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid steroidal dan purin. Misalnya : solasodine, solanidine, veralkamine menyerupai struktur terpensteroid, caffeine, theobromine, dan theophylline menyerupai struktur purin.

2.3.2 Flavonoid

Menurut perkiraan, kira-kira 2 dari seluruh karbon yang difosintesis oleh tetumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Berdasarkan struktur kimianya sebagian tanin adalah flavonoid. Jadi flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar Markham, 1988. Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga Markham, 1988. Flavanoida merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Flavonoida mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan. Sebagai pigmen bunga, flavonoida berperan untuk menarik perhatian burung dan serangga peenyerbuk bunga. Beberapa derivat flavonoid antara lain khalkon, auron, flavonon, dihidrokhalkon, dan isoflavon. Derivat ini disebut “flavonoid minor” Universitas Sumatera Utara karena penyebaran masing-masing kelas ini terbatas terdapat sccara sporadik misalnya flavonon atau terbatas pada sangat sedikit taksa tumbuhan misalnya isovflavon pada leguminosae dan iridaceae Harborne,1987.

2.3.3 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam Angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Reaksi ini menjadi dasar untuk penyamakan kulit. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan hide yang mentah menjadi kulit leather yang awet karena kemampuannya menyambung silang protein Harborne, 1987. Di dalam tumbuhan letak tannin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Umumnya tumbuhan yang banyak mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan disamping antimikroba Harborne, 1987. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan yaitu : 1. Tanin terkondensasi Tanin terkondensasi terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon – karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4 – 8 atau 6 – 8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2 – 20 Universitas Sumatera Utara satuan flavon. Tanin terkondensasi disebut juga dengan proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon – karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. 2. Tanin terhidrolisis Terdiri atas dua kelas yaitu : a. Depsida galoilglukosa Senyawa ini mempunyai inti yang berupa molekul glukosa yang dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. b. Dimer asam galat Inti molekul senyawa ini berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Tanin terhidrolisis disebut juga elagitanin yang pada hidrolisis menghasilkan asam galat Harborne, 1987.

2.3.4 Saponin

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol serta Fraksi n-Heksana Etilasetat dan Air Herba Kurmak Mbelin (Enydra fluctuans Lour.)

1 75 100

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Pisang Raja (Musa X paradisiaca AAB) Dalam Sediaan Gel HPMC”.

66 340 83

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana Dan Etilasetat Serta Etanol Alga Merah (Galaxaura oblongata)

4 76 89

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

2 59 77

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)

10 91 97

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.)

46 164 73

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Esherichia coli

24 140 104

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium

9 55 82

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Kulit Buah Sentul (Sandoricum Koetjape (Burm. f.) Merr) Terhadap Beberapa Bakteri Secara In Vitro

1 50 66