Media Pertumbuhan Bakteri Uji Aktivitas Antibakteri

bakteri yang mati, jika terkena udara kering. Bakteri yang tahan panas disebut bakteri xerophyl Dwijoseputro,1982. 6. Tekanan Osmosa Medium yang paling cocok untuk kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Ada beberapa jenis bakteri dapat hidup pada larutan garam yang disebut bakteri halophyl Dwijoseputro,1982.

2.4.2 Media Pertumbuhan Bakteri

Perkembangbiakan mikroorganisme membutuhkan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Media dapat dibagi berdasarkan Lay, 1994: 1. Konsistensinya, media dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Media padat b. Media cair c. Media semi padat Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan membeku pada suhu di bawah 45ºC. kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5 - 2 . 2. Sumber bahan baku yang digunakan, media dapat dibagi menjadi dua macam: a. Media sintetik, bahan baku yang digunakan merupakan bahan kimia atau bahan yang bukan berasal dari alam. Pada media Universitas Sumatera Utara sintetik, kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. b. Media Nonsintetik, menggunakan bahan yang terdapat di alam biasanya tidak diketahui kandungan kimianya secara terperinci. Contoh: ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi, dan kaldu daging. 3. Berdasarkan fungsinya, media dapat dibagi menjadi: a. Media selektif, yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi. b. Media differensial, yaitu media untuk membedakan kelompok mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Bila berbagai kelompok mikroorganisme tumbuh pada media differensial, maka dapat dibedakan kelompok mikrooganisme berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan koloninya. c. Media diperkaya, yaitu dengan menambahkan bahan – bahan khusus pada media untuk menumbuhkan mikroba yang khusus. 2.4.3 Bakteri Staphylococcus aureus 2.4.3.1 Sistematika Bakteri Staphylococcus aureus Sistematika Staphylococcus aureus Tjitrosoepomo, 1994 adalah : Divisi : Schizophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Universitas Sumatera Utara Famili : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Species : Staphylococcus aureus

2.4.3.2 Uraian Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang bersifat aerob atau anaerob fakultatif, tes katalase positif dan tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi halofilik, misalnya NaCl 10. Hasil pewarnaan yang berasal dari perbenihanpadat akan memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol seperti buah anggur. Untuk membiakkan bakteri Staphylococcus aureus diperlukan suhu optimal sekitar 35 o C dan pH optimal untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 7,4 Mikrobiologi FKU, 2003. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus pada permukaan kulit tampak sebagai jerawat dan abses. Acne jerawat terjadi sebagian besar pada usia remaja Dzen S.M., 2003. 2.4.4 Bakteri Staphylococcus epidermidis 2.4.4.1 Sistematika Bakteri Staphylococcus epidermidis Sistematika Staphylococcus epidermidis Lindsay J.A., 2008: Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli Bangsa : Bacillales Famili : Staphylococcaceae Marga : Staphylococcus Species : Staphylococcus epidermidis Universitas Sumatera Utara

2.4.4.2 Uraian Bakteri Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan gram positif, berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5 µ m.Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur. Koloni biasanya berwarna putih atau krem. Hidup dipermukaan kulit dan membrane mukosa manusia maupun hewan sebagai flora normal. Bakteri ini merupakan flora normal dalam keadaan manusia atau hewan sehat. Bakteri ini menjadi patogen atau oportunistik. Bakteri ini mempunyai sifat – sifat sebagai berikut : 1. Koagulase Negatif. Koagulase merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin hospes dan membentuk komplek yang disebut staphylothrombin. Karakteristik aktifitas protease pada thrombin diaktifasi dalam komplek tersebut, menghasilkan konversi fibrinogen menjadi fibrin. Bakteri S. epidermidis tidak dapat membentuk kompleks tersebut sehingga darah darah dari hospes tidak mengumpal. 2. Katalase positif Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri. Bakteri ini memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2 . Karena H 2 O 2 dapat menjadi racun bagi bakteri ini selain itu proses tersebut merupakan mekanisme pernafasan dari bakteri ini. 3. Non hemolitik. Bakteri ini tidak dapat menghemolisis darah pada media. 4. Anaerob fakultatif pada respirasi atau fermentasi. Bakteri ini dapat hidup dan bermetabolisme dalam lingkungan yang mengandung sedikit oksigen terlarut atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Universitas Sumatera Utara 5. Uji Reduksi Nitrat Positif Lemah. Bakteri ini dapat mengubah senyawa nitrat menjadi dinitrit dengan bantuan enzim nitrat reduktase dalam metabolismenya. 6. Positif Produksi Urease. Bakteri ini dapat menguraikan urea menjadi amonia dan karbon dioksida dengan bantuan enzim urease. 7. Bakteri ini dapat memanfaatkan glukosa, sukrosa, laktosa menjadi asam dalam proses metabolisme. 8. Tidak memiliki enzim gelatinase sehingga tidak dapat menghidrolisis gelatin Salyers A.A., 2002. 2.4.5 Bakteri Propionibacter acne 2.4.5.1 Sistematika Propionibacter acne Sistematika Propionibacter acne Brook, G.F., 2005: Divisi : Actinobacteria Kelas : Actinobacteridae Bangsa : Actinomycetales Famili : Propionibacteriaceae Marga : Propionibacter Species : Propionibacter acne

2.4.5.2 Uraian Bakteri Propionibacter acne

Propionibacter acne termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini termasuk flora normal kulit. Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne. Universitas Sumatera Utara Propionibacter acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak. Propionibacter acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini termasuk flora normal kulit. Propionibacter acnes berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne. Propionibacter acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap udara. Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacter acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan Gram positif. Bakteri ini juga dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batangfilamen dengan bentuk kokus. Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroaerofilik atau anaerob. Bakteri ini dapat bersifat patogen untuk hewan dan tanaman Brook, G.F., 2005.

2.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi pengenceran atau dengan metode difusi perembesan Jawetz, 1982. Universitas Sumatera Utara a. Metode Dilusi Zat antibakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimasukkan pada media cair. Media tersebut langsung diinokulasi dengan bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakeri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya sehingga jarang digunakan. b. Metode Difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih disekitar cakram. Luas daerah berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakteri maka semakin luas daerah hambatannya Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode ekperimental meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Propionibacter acne secara in vitro dengan metode difusi agar. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat- alat Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat- alat gelas, blender Philips, oven listrik Fisher scientitic, neraca kasar Ohaus, neraca listrik Vibra AJ, alat Stahl, cawan porselen berdasar rata, desikator, mortir, stamper, cawan porselen, rotary evaporator Buchi 461, freeze dryer Edward, inkubator Fisher Scientific, oven Gallenkam, autoclaf Fison, jarum ose, cawan petri, lampu bunsen, lemari pendingin Karl Kolb, pinset, rubber pump, hot plate, spatula, penangas air, pipet volum, jangka sorong, kain kasa, kertas saring, aluminium foil, pencetak logam, spatula, mikroskop Olympus, object glass, dan cover glass.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan tumbuhan yang dipergunakan adalah kulit buah pericarp jengkol, semua bahan yang digunakan berkualitas pro analisa yaitu; kloralhidrat, asam klorida encer P., kloroform, besi III klorida, natrium hidroksida, timbal II asetat, asam asetat anhidrida, asam asetat pekat, natrium klorida, kalium iodida, iodium, α- Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol serta Fraksi n-Heksana Etilasetat dan Air Herba Kurmak Mbelin (Enydra fluctuans Lour.)

1 75 100

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Pisang Raja (Musa X paradisiaca AAB) Dalam Sediaan Gel HPMC”.

66 340 83

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana Dan Etilasetat Serta Etanol Alga Merah (Galaxaura oblongata)

4 76 89

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

2 59 77

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)

10 91 97

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.)

46 164 73

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Esherichia coli

24 140 104

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium

9 55 82

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Kulit Buah Sentul (Sandoricum Koetjape (Burm. f.) Merr) Terhadap Beberapa Bakteri Secara In Vitro

1 50 66