Pengaruh Bekerja di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Eli Karlina
NIM: 1112015000036
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAHJAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i
Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Latar belakang kehidupan ekonomi yang kurang menguntungkan, bekerja sebagai petani atau buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan, pendapatan yang kecil tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari karena kebanyakan pekerjaannya sebagai petani atau berdagang kecil-kecilan. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan praktek demi peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya dengan memanfaatkan kesempatan kerja internasional yang tersedia.
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk memperoleh gambaran tingkat ekonomi keluarga setelah bekerja ke luar negeri serta pengaruh bekerja di luar negeri terhadap tingkat perceraian pada masyarakat di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data meliputi : reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebelum bekerja ke luar negeri kehidupan ekonomi keluarga tergolong rendah rata-rata di bawah Rp. 1.500.000 tetapi Setelah bekerja di luar negeri menjadi TKI kehidupan ekonomi mereka mengalami peningkatan yang tinggi rata-rata lebih dari Rp.3.500.000. pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian yang dialami oleh keluarga yang bekerja di luar negeri di Desa Cikedung tergolong rendah karna jumlahnya kurang dari 20.
(7)
ii
Sciences Education (IPS), Tarbiyah and Teaching Science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Background of unfavorable economic life, working as farmers or farm workers who earn mediocre, small income is not sufficient daily needs since most work as farmers or petty trading. Indonesian Workers (TKI) is a government program that aims to improve the quality of human resources through training and practice in order to improve the welfare of migrant workers and their families to take advantage of employment opportunities available internationally.
The aim of this research are: to obtain an overview of family economic level after work abroad and the influence of working abroad towards divorce rate in the community at Cikedung village of the Cikedung District Indramayu Regency. The kind of this research are using a qualitative approach with case study method. The techniques used to collect the data are: observation, interviews and documentation. Meanwhile, the data analysis technique includes: data reduction, data display and conclusion.
The results of the research show that before work overseas economic life of families classified as low average below Rp. 1,500,000 but after working abroad as migrant workers of their economic life has increased the average height of more than Rp.3.500.000. the effect of working abroad to divorce experienced by relatives working abroad in the village Cikedung relatively low because the amount is less than 20.
(8)
iii
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Bekerja di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”. Shalawat bertangkaian salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan mulus, sangat diperlukan niat, do’a yang terus menerus serta usaha keras. Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi dan seiring ucapan Alhamdulillah penulis haturkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Pembimbing I, Muhammad Arif, M.Pd yang selalu memberikan saran dan ilmu tambahan selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Bapak atas bimbingan dari mulai pengerjaan proposal, hingga skripsi ini selesai.
5. Dosen Pembimbing II, Sodikin, M.Si yang selalu memberikan semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi. Bapak membuat mahasiswa menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi dengan memberikan
(9)
iv perkuliahan di Universitas ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan keagamaan.
8. Kepada seluruh staf pusat perpustakaan dan perpustakaan fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan banyak terima kasih.
9. Didi Sudjatmadi, selaku kepala Desa Cikedung yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian beserta para staf yang bertugas.
10.Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Durajak dan Ibu Karni yang senantiasa memberikan dukungan baik material maupun spiritual serta kasih sayang yang tiada batas dan do’a sepanjang waktu yang sangat berarti.
11.Dini Putri Sari, adik kandung satu-satunya yang telah banyak membantu secara material maupun non material atas selesainnya proposal, hingga rampungnya skripsi dan tempat bertukar pikiran.
12.Segenap keluarga besar Desa Cikedung, yang turut memberikan do’a dan dukungan.
13.Bapak Jaja, Margana, Cariman, Mudi Ibu Asni, Nina, Fatonah, Kibtiah, Bapak Carsidi dan Ibu Rasimen serta tak lupa seluruh warga sekitar Desa Cikedung yang telah membantu dengan tulus dalam memberikan informasi tentang Desa Cikedung atas segala bantuan dan kebaikan semoga Allah membalasnya.
14.Sahabat teristimewa Sri Setiyowati, Eni Haryati, Maulyda Wulandari, Khoerunnisa, Winda Al fiani, Doni Amalia, Hanni Khairunnisa, dan Nurhayati. Terima kasih untuk waktu bersama, beban bersama yang telah dilewati selama di bangku perkuliahan. Terima kasih juga untuk tidak
(10)
v
16.Teman-teman BMC: Reza, Pupu, Wulan, Syifa, Yayah, Eni, Mala yang telah tinggal bersama selama beberapa tahun terakhir, terima kasih sudah mau berbagi suka, duka, canda, tawa dan bahagia. Dan terima kasih karena telah mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.
17.Segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, hanya Do’a dan ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membnatu menyelesaikan skripsi ini, Amin.
Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ibarat “tiada gading yang tak retak” demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih bertaburan sejumlah kekuarngan dan kekeliruan, maka sudah sepantasnya skripsi ini butuh masukan, berupa kritik dan saran membangun. Dengan demikian, diharapkan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan itu sendiri. Akhir kata, dalam bentuk sekecil apapun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2016 Penulis
Eli Karlina NIM. 1112015000036
(11)
vi
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri ... 7
1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia ... 7
2. Faktor Pendorong Menjadi TKI ... 8
3. Negara Tujuan Bagi Para TKI ... 9
4. Kehidupan TKI Di Luar Negeri ... 11
5. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Tingkat Ekonomi... 12
6. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perubahan Gaya Hidup (Life Style) .. 13
7. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Tingkat Perceraian ... 14
B. Tingkat Ekonomi ... 15
(12)
vii
2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian ... 20
3. Dampak Perceraian ... 23
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian ... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ... 30
D. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data ... 32
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 34
B. Hasil Penelitian ... 43
C. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Implikasi ... 66
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(13)
viii
3.1Jadwal Penelitian ... 29
4.1Jumlah Warga Yang Bekerja di Luar Negeri di Kecamatan Cikedung Tahun 2014-2015 ... 35
4.2Jumlah Usaha Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor Di Desa Cikedung Tahun 2015 ... 37
4.3Penduduk Desa Cikedung Menuurt Kelompok Umur ... 38
4.4Menurut Mobilitas/Mutasi ... 39
4.5Jumlah Penduduk Menurut Usia Sekolah ... 39
4.6Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 40
4.7Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 41
4.8Data Informan ... 42
4.9Penggolongan Tingkat Ekonomi Sebelum Bekerja Ke Luar Negeri ... 47
4.10 Penggolongan Tingkat Ekonomi Setelah Bekerja Ke Luar Negeri ... 50
4.11 Jumlah TKI Dan Perceraian Tahun 2014-2015 ... 54
(14)
ix
3.1Peta Lokasi Penelitian ... 28 4.1Peta Kecamatan Cikedung ... 36 4.2Grafik Tingkat Ekonomi Keluarga TKI ... 60
(15)
x
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 71 Lampiran 2 Rekap Hasil Wawancara ... 76 Lampiran 3 Dokumentasi ... 94 Lampiran 4 Lampiran Lain
(16)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 menyatakan bahwa pembangunan dibidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.1 Seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmannya:
Artinya : Dan Katakanlah:”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.2
Ayat diatas menjelaskan bahwa masyarakat merupakan faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar akan menentukan percepatan pertumbuhan laju ekonomi, baik melalui pengukuran produktivitas maupun melalui pengukuran pendapatan perkapita. Selain itu kesempatan kerja yang tersedia dan kwalitas
1
Rini Sulistiawati, Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Propinsi di Indonesia. JurnalFakultas Ekonomi.
2
(17)
tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses perkembangan ekonomi. Dengan demikian tenaga kerja merupakan sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan juga distribusi barang dan jasa.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan praktek demi peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya dengan memanfaatkan kesempatan kerja internasional yang tersedia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri: “Tenaga Kerja Indonesia yang kemudian disebut TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang mempunyai syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja dalam jangka waktu tertentu dengan menerima upah”.3
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dengan membuka kesempatan kerja di luar negeri sebagai TKI ini diharapkan dapat mengurangi pengangguran yang cukup tinggi dan juga sebagai solusi alternatif masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Perbedaan upah kerja yang cukup tinggi dan syarat yang cukup mudah dengan tidak perlu berpendidikan tinggi menyebabkan masyarakat pedesaan khususnya perempuan berbondong-bondong pergi bekerja keluar negeri sebagai TKI.
Cerita kesuksesan para TKI yang telah berhasil meningkatkan taraf hidupnya dan keluarga didaerah asal, sehingga membuat masyarakat dan calon tenaga kerja Indonesia tertarik untuk mencoba mengikuti jejak mereka. Itu hanya beberapa alasan yang lumrah dan biasa yang digunakan oleh calon-calon TKI untuk bisa bekerja ke luar negeri, agar memperoleh penghasilan yang lebih besar jika dibandingkan bekerja di dalam negeri. Bekerja di luar negeri diharapkan dapat memperbaiki taraf hidup pribadi dan keluarga.
Indramayu terletak di wilayah Jawa Barat. Salah satu desa yang mengalami kondisi tersebut adalah desa Cikedung. Informasi kesempatan bekerja di luar negeri dengan upah yang tinggi dan syarat yang mudah apalagi
3
Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
(18)
biaya yang murah bagi TKI perempuan dibandingkan dengan TKI laki-laki. serta melihat bukti nyata kesuksesan hasil kerja orang lain sebagai TKI membuat masyarakat Cikedung baik laki-laki maupun perempuan yang sebagian besar buruh tani dan tidak mempunyai penghasilan tetap memilih untuk bekerja di luar negeri dibandingkan bekerja di dalam negeri untuk bekerja sebagai TKI, dengan harapan mampu mengubah kehidupan dari segi ekonomi dan sosial.
Latar belakang kehidupan ekonomi yang kurang menguntungkan, bekerja sebagai petani atau buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan, pendapatan yang kecil tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari karena kebanyakan pekerjaannya sebagai petani atau berdagang kecil-kecilan. Ini merupakan masalah yang harus di pecahkan, kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat membuat mereka mengambil keputusan untuk menjadi buruh migran yang di harapkan akan memulihkan keadaan ekonomi keluarga.
Selain dampak positif seperti terpenuhinya kebutuhan ekonomi rumah tangga, adanya TKI juga memberikan dampak negatif terhadap rumah tangga tersebut antara lain: kurangnya kasih sayang ibu terhadap anak, dan dampak ekstrim lainnya adalah perceraian. Keluarga tidak utuh memiliki pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Dalam masa perkembangan seorang anak membutuhkan suasana keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang.
Perubahan sosial yang dialami TKI adalah perubahan gaya hidup (life
style). Sebelum mereka bekerja ke luar negeri kehidupannya sederhana
selayaknya orang desa, namun setelah kembali dari luar negeri mereka cenderung mengalami perubahan tersebut. Salah satu faktornya penyebabnya adalah pengaruh lingkungan, perubahan gaya hidup TKI meliputi berubahnya cara berpenampilan, perubahan selera, timbulnya sifat konsumerisme terhadap gadget atau fashion.
Banyaknya kaum wanita yang menjadi TKI telah menimbulkan perubahan yang sangat luas dan mendasar khususnya bagi wanita yang telah berkeluarga. Keluarga yang dahulu utuh, telah berubah menjadi keluarga yang tidak utuh lagi, banyak keluarga yang tidak lagi memiliki sosok istri
(19)
bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya. Terpisahnya keluarga antara suami dan istri, karena salah satu anggota keluarga tersebut menjadi TKI menimbulkan masalah dalam anggota keluarga, selain terpisah dalam waktu yang lama kondisi tersebut diperparah lagi dengan sebagian besar suami TKI ini cenderung menjadi malas bekerja setelah istrinya menjadi TKI. Berdasarkan data yang ada, disebutkan bahwa 92% penyebab perceraian di Indramayu adalah karena faktor ekonomi.4
Negara tujuan untuk mencari pekerjaan yang paling banyak bagi para TKI ini adalah Taiwan, Hongkong, Singapure, Korea, Jepang. Tenaga kerja wanita mereka berangkat pada umumnya bekerja di sektor pelayanan dan jasa, terutama sebagai pembantu rumah tangga karena dirasa mereka tidak perlu mempunyai keahlian khusus karena dirumah mereka juga sudah biasa mengurus rumah dan mengerjakan tugas rumah tangga dengan alasan ini mereka yakin bisa berangkat untuk dapat bekerja di luar negeri.
Hal ini terjadi karena pendidikan mereka rata-rata hanya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan hanya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), dari latar belakang pendidikan tersebut mereka tidak mempunyai keahlian atau keterampilan yang memungkinkan untuk bekerja dalam bidang lain. Sedangkan laki-laki banyak memilih negara tujuan Jepang, Taiwan dan Korea karena negara-negara tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menunjang kebutuhan disektor industrinya yang sudah maju.
Peneliti mengambil Desa Cikedung menjadi tempat penelitian karena belum ada penelitian yang fokus pada masalah tingkat ekonomi dan perceraian di Desa Cikedung dan juga masyarakat Desa Cikedung banyak yang bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).
Maka berdasarkan uraian di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bekerja di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”.
4
Abdul Jamil. Isu dan Realitas di Balik Tingginya Angka Cerai-Gugat di Indramayu.
(20)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Tidak sedikit masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu yang kesulitan memenuhi kebutuhan ekonominya, karena ingin mengejar gaya hidup (life style) yang tinggi.
2. Tidak sedikit masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu memutuskan bekerja di luar negeri, hal ini mengakibatkan kurangnya pendidikan dalam keluarga.
3. Pada umumnya masyarakat yang bekerja di luar negeri, mengalami perubahan gaya hidup (life style) cenderung ke arah hedonisme.
4. Banyak ditemukan fenomena perceraian pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu akibat ditinggal bekerja di luar negeri dalam waktu yang lama.
5. Rendahnya kesadaran pendidikan yang dimiliki masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu sehingga menyebabkan kurangnya peluang lapangan kerja.
6. Belum ada penelitian yang fokus pada masalah status ekonomi dan perceraian di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, karena keterbatasan waktu, tenaga, biaya pada peneliti, maka penelitian ini akan di fokuskan pada masalah
1. Tidak sedikit masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan ekonominya, karena ingin mengejar gaya hidup (life style) yang tinggi. 2. Banyak ditemukan fenomena perceraian pada masyarakat Desa Cikedung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, akibat di tinggal bekerja ke luar negeri dalam waktu lama.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(21)
1. Bagaimanakah pengaruh bekerja di luar negeri terhadap tingkat ekonomi pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu?
2. Bagaimanakah pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang akan di capai dari setiap pembahasan yang di susun, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat ekonomi keluarga setelah bekerja ke luar negeri pada masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu.
2. Untuk memperoleh gambaran pengaruh bekerja di luar negeri terhadap perceraian pada masyarakat di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Teoritis:
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah khazanah keilmuan bidang ekonomi sehingga dapat di gunakan sebagai bahan untuk menyumbangkan pemikiran lebih lanjut .
B. Praktis:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menangani Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
2. Sebagai masukan bagi kebijakan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif dari pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 3. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam memutuskan
bekerja ke luar negeri menjadi TKI.
4. Sebagai bentuk kewaspadaan masyarakat yang akan bekerja ke luar negeri
(22)
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri
1. Pengertian TKI
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada beberapa istilah mengenai Tenaga Kerja Indonesia. Menurut Pasal (1) Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
a. Tenaga Kerja Indonesia yang kemudian di sebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. b. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut
calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja diluar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
c. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja diluar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai kenegara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
d. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.1
Dari definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap
1
Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja di luar negeri.
(23)
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI dengan menerima upah. 2. Faktor Pendorong Menjadi TKI
Keputusan menjadi TKI di dasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut. Tujuan utama menjadi TKI adalah meningkatkan taraf hidup dan keluarganya baik dari segi ekonomi maupun sosial, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih baik di negara tujuan.
Berdasarkan pengelompokannya, maka faktor yang mendorong individu menjadi TKI di bedakan dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal:
a. Faktor Internal yang menjadi pendorong menjadi TKI adalah kondisi daerah asal TKI yang kurang menguntungkan, baik karena kurangnya lapangan pekerjaan dan juga minimnya upah atau pendapatan yang diperoleh mereka di daerah asal. Sehingga banyak warganya memilih bekerja ke luar negeri untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi.
b. Faktor Eksternal di sebabkan adanya tarikan atau ajakan dari saudara, teman, dan kerabat TKI yang terlebih dahulu bekerja di luar negeri, dan juga karena kondisi bekerja di luar negeri memang lebih menguntungkan bila di bandingkan dengan kondisi bekerja di daerah asal mereka, yaitu gaji yang tinggi dan peluang kerja yang luas. Hal ini pula yang menyebabkan warga yang belum atau sudah menikah meninggalkan daerah mereka untuk bekerja ke luar negeri.2
Tidak hanya laki-laki yang dapat bekerja menjadi buruh migran, perempuan juga dapat menjadi pahlawan devisa bahkan sebagai penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Pahlawan devisa adalah sebutan bagi para TKI yang bekerja ke luar negeri, bagi para
2
Khusnatul Zulfa Wafirotin. Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga TKI Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ekuilibrium, Vol 11, Nomor 2, Maret 2013.
(24)
suami yang bekerja sebagai petani di rumah tak jarang mereka malah mengijinkan istrinya untuk bekerja ke luar negeri sebagai TKI dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Selain para perempuan yang sudah berumah tangga, banyak juga para remaja yang nekat untuk bekerja ke luar negeri karena himpitan ekonomi dan tergoda oleh tetangga mereka yang pernah menjadi TKI dan pulang ke tanah air dapat hidup lebih baik. Para remaja tersebut biasanya akan ikut orang-orang yang sudah pengalaman menjadi TKI.
Remaja yang berangkat ke luar negeri sebagai TKI biasanya karna ingin mengikuti perubahan jaman yang semakin modern teknologi yang canggih mengharuskan mereka mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, karna hal demikian banyak remaja yang bekerja ke luar negeri karna ingin memenuhi kebutuhannya sendiri.
Bagi sebagian orang yang bekerja ke luar negeri dan belum menikah masa depan yang diharapakan tentunya harus lebih baik dari sekarang karna itu mereka memilih bekerja di luar negeri untuk tabungan masa depan agar lebih baik dari sekarang.
3. Negara-negara Tujuan Bagi Para TKI
Salah satu alasan TKI bekerja di luar negeri adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di bandingkan penghasilan di dalam negeri. Besar kecilnya pendapatan yang dikirim tergantung dengan penghasilan yang di peroleh TKI di negara tujuan. Pendapatan yang mereka peroleh tentunya berbeda-beda, tergantung di negara mana TKI bekerja, karena masing-masing negara memiliki standar gaji untuk tenaga kerja Indonesia.
Mengenai negara tujuan penempatan TKI ada 15 negara tertinggi dari jumlah 25 negara tujuan:
1) Malaysia 2) Taiwan 3) Arab Saudi 4) Hong Kong
(25)
5) Singapore 6) Oman
7) Uni Emirat Arab 8) Brunai Darussalam 9) Korea Selatan 10)United States 11)Qatar
12)Bahrain 13)Jepang 14)Kuwait 15)Turki.3
Dari beberapa negara tujuan para TKI di atas ada negara yang menjadi tujuan utama untuk berangkat bekerja, negara Taiwan merupakan pilihan utama sebagai tempat bekerja di banding negara tujuan lain. Standar gaji yang di peroleh memang negara Taiwan lebih tinggi di banding Negara Hongkong dan Singapore.4
Menjadi TKI bukanlah satu-satunya jalan yang dapat di tempuh akan tetapi sedikitnya lapangan kerja yang ada membuat mereka memilih pekerjaan ini. Ketika para suami dihadapkan dengan himpitan kebutuhan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga maka mereka memilih menjadi seorang TKI untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berperan sebagai kuli kasar atau kuli bangunan dengan gaji yang lebih banyak di bandingkan menjadi seorang petani atau buruh tani yang pendapatannya pas-pasan maka mereka rela harus berpisah jauh dari anak dan istrinya dalam kurun waktu yang lama, begitupun sebaliknya bagi perempuan yang sudah menikah mereka harus rela meninggalkan anak dan suaminya untuk berangkat bekerja di luar negeri dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
3
www.bnp2tki.go.id/read/9704/11-bulan-BNP2TKI-mencatat-penempatan-TKI-390.473-orang. 19 Desember 2014. Di akses pada hari Sabtu 27 Agustus 2016 Pukul 20.21.
4
Singgih Susilo, Tingkat Pendapatan Dan Sebaran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Negara Tujuan, Studi Di Desa Aryojeding Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pendidikan Geografi , Th.20, No. 1, Jan 2015.
(26)
4. Kehidupan TKI di Luar Negeri
Tenaga kerja Indonesia atau yang lebih di kenal dengan sebutan TKI bukanlah hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. banyak hal yang membuat mereka mengambil pekerjaan ini jadi salah satu penopang hidup bagi keluarga. Salah satunya adalah tingginya gaji yang diterima oleh seorang tenaga kerja dibandingkan penghasilan di dalam negeri.
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memiliki sifat konsumerisme yang tinggi, mereka mengikuti gaya hidup meropolitan di negara-negara tersebut. Mereka sangat suka berganti HP dan warna rambutnya, mereka tidak mau kalah dari temannya. Mereka juga suka nongkrong di cafe-cafe sehingga gaya hidupnya cenderung boros”.5
Bekerja di daerah orang lain memang tak lepas dari kebudayaannya, apalagi beda negara itu yang membuat para TKI mau tidak mau akan terbawa budaya negara tempat dia bekerja. Dengan penghasilan yang diperoleh setiap bulannya dan berada di lingkungan dimana serba baru, adaptasi baru dan kebudayaan yang baru dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini yang biasanya menjadi alasan kenapa setelah bekerja di luar negeri terjadi perubahan hal sangat terlihat adalah perubahan pada cara berpakai.
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah membantu pemerintah dalam hal keuangan, di mana TKI merupakan penghasil devisa bagi keuangan Negara. Namun tidak semua orang mengetahui kerja keras mereka telah memberikan sumbangsih kepada negara berupa devisa negara yang dapat di jadikan sumber dana pembangunan”.6
Peluang bekerja di luar negeri hasil yang diperoleh juga dirasakan oleh negara yaitu devisa yang diperoleh dari para tenaga kerja yang ada di luar negeri merupakan penghasil devisa yang bisa
5
M. Republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/08/nept3c-gaya-hidup-tki-di-empat-negara-ini-lebih-gaul. Di akses pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00.
6
Heny Yuningrum. Polemik Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Sumber Devisa Negara (Problematika Tenaga Kerja Indonesia Dari Segi Islami). Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam Nomor II/Edisi II/ November 2010.
(27)
menjadi sumber dana bagi pembangunan yang dilakukan didalam negeri. Seharusnya dengan devisa yang mereka berikan kepada negara setara dengan perlindungan yang mereka dapatkan ketika bekerja di luar negeri.
5. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Kehidupan Ekonomi
Salah satu dampak bekerja di luar negeri adalah berkembangnya aset yang dimiliki oleh keluarga TKI, pendapatan, penampilan, dan kepemilikan. Penduduk yang menjadi TKI mempunyai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan pendapatan yang lebih tinggi.
Pada umumnya peran mereka adalah menghimpun dana yang di gunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SMA/SMK bahkan sampai ke perguruan tinggi. Walau demikian pendidikan mereka umumnya tidak terlalu tinggi, kebanyakan hanya sampai tingkat SMP/SMA, serta jarang yang ingin kuliah ke perguruan tinggi. Kemudian dana yang terkumpul juga untuk membangun rumah, serta memperbaiki kehidupan keluaga.
Keberadaan TKI di Desa juga menyebabkan munculnya sifat konsumtif, artinya mereka membelanjakan uang yang ada untuk barang-barang yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Rumah tempat tinggal para TKI tersebut pada umumnya sangat megah. Sudah jarang di jumpai rumah-rumah gubug/reyot di kantong TKI tersebut.7
Setelah bekerja ke luar negeri hasil yang diperolah biasanya digunakan untuk membangun rumah, membeli sawah dan membuka usaha. Rumah yang megah dan bagus biasanya yang menjadi ciri khas jika dia telah sukses bekerja di luar negeri sehingga mampu membangun rumah yang bagus. Sedangkan
7
Yuniastuti. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI Dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Februari 2014.
(28)
kepemilikan barang berharga lainnya yang bisa dilihat adalah perabotan rumah dan kepemilikan kendaraan.
6. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perubahan Gaya Hidup (life style) “Engel mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen”.8
Istilah gaya hidup memilki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen. Gaya hidup adalah suatu titik tempat pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak, yang tertuang dalam norma-norma kepantasan.
Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dengan simbol untuk menampakan identitas diri. Gaya hidup TKI di pengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan kehidupan sosial yang dialami tenaga kerja itu sendiri, hal itu mereka lakukan demi menunjukan identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan. Sampai akhirnya gaya hidup yang dijalani oleh TKI saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional karena terbawa arus gelombang gaya hidup global yang dengan mudahnya
8
Dian Ayu Puspita Ardy, Pengaruh Gaya Hidup, Fitur, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Blacberry Curve 9300. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
(29)
pindah tempat melalui perantara media massa dan dengan cepat mempengaruhi TKI.
Gaya hidup yang semulanya sederhana berubah menjadi gaya hidup yang cenderung mengikuti tren di kalangan TKI. Perubahan gaya hidup tersebut mencakup sandang, pangan, dan papan. Sandang adalah segala sesuatu yang di pakai mulai dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki, sedangkan papan yaitu segala sesuatu yang di rasa menjadi kebutuhan TKI seperti rumah, peralatan elektronik maupun gadget. Dan yang terakhir adalah pangan yang mencakup selera sampai pada kebiasaan makan. 7. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak, dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
“Tingginya peceraian ini sebab utamanya adalah masalah komunikasi antara TKI dengan pasangannya tidak dilakukan secara konsisten. Perceraian menjadi masalah serius dalam sebuah rumah tangga, ini tidak boleh diremehkan. Dampak dari perceraian bukan hanya melibatkan kedua belah pihak, suami dan istri, tetapi juga anak dan keluarga”.9
Para perempuan bekerja ke luar negeri dan meninggalkan anak serta suaminya. Posisi dan peran seorang suami yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tiba-tiba berubah. Penghasilan yang diperoleh perempuan yang bekerja di luar negeri
9
Sulthon Miladiyanto. Pengaruh Profesi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Terhadap Tingginya Perceraian Di Kabupaten Malang. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, Juni 2016.
(30)
dibanding dengan suaminya sebagai petani terpaut cukup jauh. Lambat laun, peran suami berganti tidak lagi bekerja di bidang pertanian melainkan hanya menikmati hasil keringat istrinya dan mengasuh anak-anaknya.
B. Tingkat Ekonomi
1. Definisi Ekonomi
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi.
Sebelum beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut perlu untuk menelaah kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri sebagai arti dasar pembentukan tingkatan atau pelapisan yang terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan tersebut. Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan ekonomi terdiri dari dua suku kata bahasa yunani yaitu oikos dan
nomos yang berarti tata laksana rumah tangga.
Ekonomi dalam Islam dapat di defnisikan sebagai perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya;harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga magashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab dan harta).10
“Ilmu ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya”.11
10
Nur Rianto. Dasar-dasar Ekonomi Islam.( Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h.12.
11
Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga. ( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 3.
(31)
Di dalam struktur sosial masyarakat banyak terdapat ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih di kenal dengan sebutan tingkat ekonomi. “Keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu di sertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh seorang pembawa status”.12
Dari uraian tentang ekonomi di atas penulis menyimpulkan bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan masyarakat, kemampuan akses tersebut di wujudkan melalui pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginanya tersebut. Aspek-aspek yang mendukung ke arah pemenuhan kebutuhan tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
2. Stratifikasi Sosial Dengan Ukuran Ekonomi/ Tingkat Ekonomi Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat yang berstrata.
12
Basrowi dan Siti Juariyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010.
(32)
Istilah stratifikasi berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Karena itu Social Statification sering di terjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya, di katakan berada dalam suatu lapisan atau
stratum.
Beberapa Teori yang membahas pelapisan masyarakat:
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Di sini Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya, menengah dan melarat.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. Menyatakan sebagai berikut: selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang di hargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang di hargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
3) Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Karl Marx di dalam menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk di sumbangkan di dalam proses produksi.13
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ukuran atau kriteria yang biasa di pakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam pelapisan sosial adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
13
(33)
misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang di gunakannya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. b. Ukuran kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling di segani dan di hormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak di jumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.14 Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa seseorang itu termasuk ke dalam status ekonomi tinggi, sedang dan rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut di dalam masyarakat, dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan berdasarkan uraian sebelumnya, maka ukuran yang di pakai untuk melihat tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/mata pencaharian, pemenuhan tingkat kebutuhan.
14
(34)
Berasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik menggolongkan tingkat ekonomi berdasarkan penghasilan menjadi 4 golongan:
1) Golongan pendapatan sangat tinggi jika pendapatan rata-rata lebih dari 3.500.000 per bulan.
2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara 2.500.000 – 3.500.000 per bulan.
3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000 – 2.500.000 per bulan.
4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata di bawah Rp.1.500.000 per bulan.15
Berdasarkan penggolongan tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan.
C. Perceraian
1. Definisi Perceraian
Perceraian dalam bahasa Arab di kenal dengan sebutan ‘thalaq’. “Talaq secara etimologi adalah melepaskan ikatan, sedangkan secara terminologi berarti melepaskan tali atau ikatan pernikahan baik oleh suami atau permintaan sang istri”.16
Menurut Subekti perceraian adalah “penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu”. Sedangkan menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah “putusnya perkawinan”.17
Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketepatan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
15
Badan Pusat Statistik. Penggolongan Pendapatan Tahun 2012. 16
Hasbi Indra. Potret Wanita Shalehah. Cet ke 2.(Jakarta:Penamadani,2004), h. 226.
17
Muhammad, Syaifuddin dkk. Hukum Perceraian. (Jakarta: Sinar Grafika, 2014),h. 18-20.
(35)
Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.
“Perceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya hubungan antara suami dan istri dalam sebuah perkawinan secara hukum, namun perceraian tidak hanya berarti putusnya hubungan suami dan istri”.18
Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologi bagi anak-anak. Namun mereka yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko-emosional bagi anak-anak. Di sisi lain, mungkin saja anak-anak yang dilahirkan selama mereka hidup sebagai suami-istri, akan diikutsertakan pada salah satu orang tuanya apakah mengikuti ayah atau ibunya.
2. Faktor-faktor Penyebab Perceraian
Perceraian merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam pernikahan, akan tetapi apa yang tidak di inginkan tersebut sering kali menimpa pasangan yang telah menikah. Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang di dalamnya menyangkut banyak aspek seperti: emosi, ekonomi, sosial dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab perceraian pada keluarga antara lain:
a. Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal (verbal violence) merupakan sebuah penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan lainnya, dengan menggunakan kata-kata, ungkapan kalimat yang kasar, tidak menghargai, mengejek, mencaci-maki, menghina, menyakiti perasaan dan merendahkan harkat-martabat.
b. Masalah ekonomi-finansial
Dalam masyarakat tradisional atau modern, seorang suami tetap memegang peran besar untuk menopang
18
Fachrina dan Rinaldi Eka Putra. Upaya Pencegahan Perceraian Berbasis Keluarga Luas dan Institusi Lokal dalam Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 34 No. 2 2013.
(36)
ekonomi keluarga, sehingga mau tidak mau seorang suami harus bekerja agar dapat memiliki penghasilan. c. Masalah perilaku buruk
Perjudian (gambling) merupakan aktivitas seseorang untuk memperoleh keberuntungan yang lebih besar dengan mempertaruhkan sejumlah uang tertentu.
d. Perselingkuhan
Perselingkuhan merupakan sebuah perzinaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan menjadi pasangan hidup yang sah, padahal ia telah terikat dalam perkawinan secara resmi dengan pasangan hidupnya.19
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bawa terdapat 4 faktor sebagai penyebab perceraian:
a. Kekerasan verbal. Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga menjadi faktor yang paling berbahaya bagi korbannya, banyak kasus yang mengungkapkan tindakan fisik yang dilakuakn pasangannya yang bisa menyebabkan cacat fisik hingga kematian. Hal ini juga yang membuat pasangan yang teraniaya baik lahir maupun bathinnya memilih berpisah dari pasangannya.
b. Masalah ekonomi. Ekonomi merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan, segala cara dilakukan agar dapat memenuhinya jadi tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi dapat menimbulkan banyak masalah salah satunya perceraian. Akibat kekurangan ekonomi banyak pasangan memilih bercerai karena suaminya tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
c. Masalah perilaku buruk. Banyak terjadinya perjudian membuat kehidupan keluarga menjadi berantakan, nafkah yang harusnya diberikan kepada keluarga untuk mencukupi kebutuhan malah disalah gunakan untuk berjudi dengan
19
Agoes Dariyo, Memahami Psikologi Perceraian Dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal Psikologi Vol. 2 No.2, Desember 2004.
(37)
harapan dapat memperoleh keuntungan berlipat ganda, setelah sekali mendapatkan itu maka penjudi akan menjadi ketagihan dan melakukannya berkali sampai anak istrinya menjadi korban, tak jarang banyak keluarga yang sampai habis-habisan hartanya digunakan untuk berjudi.
d. Perselingkuhan. Hadirnya orang ketiga dalam keluarga jelas membuat hubungan yang awalnya baik menjadi buruk. Tak bisa dipungkiri bahwa perselingkuhan memang menyebabkan rumah tangga hancur begitupun dengan poligami, jika istri pertama menerima suaminya melakukan poligami keutuhan keluarga bisa diselamatkan tetapi jika istri pertamanya tidak menyetujui itu akibat yang paling tidak diinginkan adalah terjadinya perceraian karena tidak mau berbagi dengan orang lain.
Jumlah faktor penyebab perceraian biasanya yang paling tertinggi adalah faktor ekonomi, karena banyak istri yang merasa di terlantarkan oleh suaminya karena tidak diberi nafkah, karna itu istri langsung mengajukan gugatan cerai. Pada tahun 2014 jumlah faktor penyebab perceraian karena masalah ekonomi yang ada di Pengadilan Agama Indramayu jumlahnya 6.814 dan pada tahun 2015 jumlahnya 7.719 angka tersebut termasuk tinggi.20
3. Dampak Perceraian
Pada dasarnya perceraian itu menimbulkan dampak yang kompleks bagi pasangan yang bercerai maupun bagi anak keturunannya. Meskipun perceraian di satu sisi dapat menyelesaikan suatu masalah rumah tangga yang tidak mungkin lagi di kompromikan, tetapi perceraian itu juga menimbulkan dampak negatif berkaitan dengan pembangunan ekonomi rumah tangga, hubungan individu dan sosial antar dua keluarga menjadi rusak, dan yang lebih berat adalah berkaitan dengan perkembangan
20
(38)
psikis anak mereka, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya.
Perceraian yang merupakan akhir dari ketidakstabilan perkawinan yang di bina dan kemudian hidup terpisah, adalah suatu tindakan yang di ambil oleh pasangan tertentu bukanlah semata-mata merupakan sebuah keputusan pada waktu sesaat saja, melainkan sebuah proses panjang yang membutuhkan sumbangan pikiran dari berbagai pihak terutama dari keluarga dan kerabat dekat.
Keputusan akan perceraian ini adalah sebuah pemikiran yang panjang yang banyak membutuhkan pertimbangan. Meskipun keputusan cerai adalah mutlak berada di tangan pasangan yang akan bercerai, namun dalam prosesnya mereka tetap mengharapkan untuk dapat membicarakannya dengan pihak keluarga, dalam hal ini keluarga dan kerabat yang mewakili. Perceraian tentu saja membawa dampak yang tidak baik bagi istri, suami dan anak. Dampak tersebut juga dapat di rasakan oleh orang-orang yang ada di sekitar keluarga yang mengalami perceraian.
Karena pasca perceraian anak-anak akan kehilangan kasih sayang dari salah satu orang tuanya, atau kalaupun mendapatkan kasih sayang tidak sepenuhnya, karena orang tuanya sudah tidak mempunyai fokus terhadap anak, atau kepada pasangan barunya jika yang bersangkutan menikah lagi. Sehingga anak akan menjadi anak tiri dari orang tuanya.
“Generasi yang tumbuh dalam suasana keluarga yang broken home mempunyai karakter yang temperamen bahkan sensitif tingkat ketersinggungannya tinggi, cenderung labil mentalnya, mudah tersinggung, tidak mendapat pengasuhan seimbang dari pihak ayah maupun ibu, karakter bapak dan ibu tidak terekam dalam perilaku dirinya, tidak bisa mengontrol diri rata-rata dari keluarga broken home, anak merasa tidak ada yang menghargai,
(39)
tidak ada yang memperhatiakn, karena merasa untuk apa berbuat baik”.21
Dalam kasus perceraian, anak pada umumnya merasakan dampak psikologis, ekonomis dan koparental yang kurang menguntungkan dari orangtuanya. Kepribadian anak menjadi terbelah karena harus memilih salah satu orangtuanya. Memilih berpihak kepada ibunya berarti menolak ayanhnya, begitu juga sebaliknya.
Seorang anak yang hidup diantara orang tua yang sudah bercerai biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri karena mereka mendapatkan dukungan dan kasih sayang yang kurang baik dari kedua orang tuanya sehingga mereka rawan mengikuti hal-hal yang berbau negatif.
Penulis menyimpulkan dampak perceraian terhadap anak adalah memiliki karakter yang tempramental dan labil dalam mengambil tindakan karena kurangnya bimbingan dari kedua orang tua. Kurangnya pengawasan dari orang tua yang biasanya menyebabkan mereka melakukan tindakan yang kurang baik dan bersikap kurang sopan.
D. Penelitian Relevan
1. Penelitian dilakukan oleh Makhfudin (Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah alasan ekonomi, setelah salah satu anggota keluarga menjadi TKI terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi yang sangat signifikan,
21
Muhammad Julianto dkk. Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri. Buana Gender-Vol.I, Nomor I, Januari 2016.
(40)
perbedaan pendapatan antara suami dan istri pada keluarga TKI berdampak keutuhan rumah tangga keluarga TKI.22
2. Penelitian dilakukan oleh Dedi Aktur Rokhman (Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Bagi Peningkatan SDM Di Daerah Asal: Studi kasus di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar TKI berasal dari keluarga bermata pencaharian sebagai petani dengan penghasilan yang rendah, para TKI pada usia produktif dengan pendidikan rendah dan keterampialn yang terbatas, aliran dana remitensi TKI luar negeri dapat dilhat dari besarnya remiten tertinggi yaitu antara Rp. 2.000.000-Rp.3.000.000 juta per bulan dengan jumlah 33,33% (15 orang) sedangkan terendah kurang dari Rp. 1.000.000 sejumlah 15,56% (7 orang) dengan periode pengiriman 3-4 bulan sekali, pola penggunaan remiten oleh keluarga TKI di daerah asal dapat dilihat dari sumbangan terhadap pendapatan total rumah tangga TKI yang mencapai 71,86% dan sebagian besar dialokasikan dalam kegiatan yang bersifat konsumtif baik pangan maupun non-pangan.23
3. Penelitian dilakukan oleh Choirul Anam (Komunikasi Keluarga TKI dalam Mendidik Anak) hasil dari penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua TKI dengan anaknya kurang berjalan dengan baik, dalam melakukan komunikasi dengan anaknya, orang tua TKI menggunakan sebuah perantara media Handphone, orang tua TKI menghubungi anaknya disaat sudah mulai merasa rindu dengan anaknya, dalam mendidik anak orang tua TKI memotivasinya melewati telepon dan memasrahkan
22
Makhfudin, “Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon”. Skripsi pada UPI Bandung, Bandung 2011.
23
Dedi Aktur Rakhman, “Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Bagi Peningkatan SDM di Daerah Asal:Studi kasus di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo KabupatenBojonegoro”. Skripsi diUniversitas Negeri Malang, 2009.
(41)
masalah pendidikan sekolah kepada kakek dan neneknya, perilaku komunikasi anak cenderung bersikap pendiam, komunikasi keluarga TKI dengan anaknya berlangsung secara interpersonal.24 4. Penelitian dilakuakn oleh Ahmad Fauzi (Eskalasi Perceraian di
Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Studi Kasus si Pengadilan Agama Kangean) hasil dari penelitian ini adalah tingkat ekonomi yang begitu rendah, sementara kebutuhan semakin meningkat, tingginya angka perceraian disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan biologis atau hasrat seksual selama mereka berjauhan, rendahnya tingkat pemahaman dan pengetahuan saumi istri tentang makna pernikahan, pengaruh perkembangan budaya dan teknologi yang semakin hari semakin canggih dan relevansi antara TKI dengan perceraian cukup signifikan.25
5. Penelitian di lakukan oleh Muchimah (Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap) hasil dari penelitian ini adalah penyebab perceraian dikalangan buruh migran di Desa Banjarsari Nusawungu Cilacap itu ada beberapa sebab, di antaranya yaitu: pelanggaran terhadap taklik talak, perselisihan dan pertengkaran yang tidak henti-henti yang di dasari oleh beberapa faktor diantaranya: faktor ekonomi dan faktor suami tidak bertanggung jawab, kekerasan dalam rumah tangga dan perselingkuhan.26
Penelitian yang dilakukan oleh Makhfudin fokus pada masalah Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia
24
Chairul Anam, “Komunikasi Keluarga TKI dalam Mendidik Anak”. Skripsi di UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
25
Ahmad Fauzi, “Eskalasi Perceraian di Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi Kasus si Pengadilan Agama Kangean)”.
Skripsi Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.
26
muchimah, “Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran (Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015 .
(42)
(TKI) di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, Penelitian Dedi Aktur Rokhman mengenai Dampak Remitensi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Bagi Peningkatan SDM Di Daerah Asal: Studi kasus di Desa Sumuragung Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, selanjutnya Penelitian Choirul Anam yang difokuskan masalah Komunikasi Keluarga TKI dalam Mendidik Anak, Penelitian Ahmad Fauzi fokus kepada Eskalasi Perceraian di Lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Studi Kasus si Pengadilan Agama Kangean, dan Penelitian Muchimah difokuskan pada Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Kalangan Buruh Migran Studi Kasus di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap, maka penelitian ini memfokuskan pada Pengaruh Bekerja di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi dan Perceraian Studi Kasus di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu.
(43)
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Secara astronomis Desa Cikedung berada di garis 1080 10’ 50,95’’ Bujur Timur dan 60 29’ 15,26’’ Lintang Selatan. Secara administratif Desa Cikedung berbatasan dengan wilayah:
a. Sebelah Utara : Desa Cikedung Lor b. Sebelah Selatan : Desa Amis
c. Sebelah Barat : Desa Jatimulya d. Sebelah Timur : Desa Jambak1
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar:
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
1
Data Monograf Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu tahun 2015.
(44)
Peneliti mengambil tempat penelitian di Desa Cikedung karena banyak masyarakatnya yang bekerja di luar negeri.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan agustus-september. Observasi pengamatan awal telah dilakukan terhadap masyarakat yang bekerja diluar negeri. Berikut ini dijelaskan jadwal penelitian dalam bentuk tabel:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan Nov
2015
Maret 2016
Agust 2016
Sept 2016
Oktober 2016 1 Pengajuan
Proposal √
2 Seminar
Proposal √
3 Penyusunan
Bab I-III √
4 Penyusunan Instrumen Penelitian
√
5 Pengumpulan
Data √
6 Pengolahan
Data dan Analisis Data
√
7 Pemeriksaan dan Keabsahan Data
√
8 Penyerahan
(45)
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmah untuk mendapatkan suatu data dengan tujuan yang ingin di capai di dalam penelitian ini. Penelitian yang akan di lakukan di Desa Cikedung ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
“Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.2
“Studi kasus adalah kegiatan yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini di batasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang di pelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu”.3
Dalam penelitian yang akan di lakukan di Desa Cikedung yang akan dipelajari berupa peristiwa seputar keputusan untuk bekerja di luar negeri dengan alasan upah di luar negeri lebih besar dari pada di Desa, hal ini dikarenakan kebanyakan hanya bekerja sebagai petani dan buruh tani, selain itu ingin mengetahui tingkat perceraian yang terjadi di kalangan masyarakat yang bekerja di luar negeri.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer dan sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan agar dapat menunjang suatu penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut:
2
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung:PT. Rosda Karya, 2009), h.6.
3
Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.169.
(46)
a Observasi
Menurut Nasution (1998) dalam Sugiyono, menyebutkan “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.4
Teknik ini digunakan untuk melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data primer yang aktual dan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan, mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang dialami oleh keluarga TKI di Desa Cikedung. b Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang di peroleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.5
“Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antar pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interviewee)”.6
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dari informan yang telah ditetapkan dalam proses penelitian kepada keluarga para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang masih bekerja di luar negeri dan yang sudah dirumah dan ingin berangkat lagi.
c Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.226. 5
Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. h.170
6
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi penelitian Kualitatif.
(47)
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.7 Dilakukan dengan cara mencari data-data yang dapat menunjang penelitian, yaitu mengumpulkan data-data berupa arsip, alat perekam atau dokumen yang terkait dengan TKI.
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas dalam penelitian kualitatif ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan tekhnik yang berbeda, terdapat dua macam triangulasi untuk mengecek kreadibilitas data dalam penelitian ini.
a) Triangulasi sumber, digunakan untuk menguji kreadibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik.
Dalam penelitian ini, triangulasi sumber mengambil keluarga yang bekerja di luar negeri menjadi TKI.
b) Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilatas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda.8
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, hingga setelah di lapangan.9
Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah diolah, maka digunakan beberapa tekhnik analisis data sebagai berikut:
a Data reduksi, data yang di peroleh di tulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang di susun berdasarkan data yang di peroleh di reduksi, di rangkum, di pilih hal-hal yang pokok di fokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil akan memberikan gambaran yang lebih mudah untuk melakukan pengumpulan data.
b Data display, dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.240
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. h.273.
9
Buchori Lapau. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013), h. 95-96.
(48)
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antra kategori, flowchart dan sejenisnya. c Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualittaif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.10
10
(49)
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Desa Cikedung
Desa Cikedung adalah salah satu desa di Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat yang merupakan pemekaran dengan kecamatan Terisi pada tahun 2003. Secara administratif desa Cikedung terdiri dari 6 RW (Rukun Warga) dan 51 RT (Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 8.118 jiwa, luas wilayahnya 712.785 Ha dengan permukaan tanah dan daratan.1
Keberangkatan masyarakat bekerja di luar negeri berawal dari keputusan pemerintah membuka kesempatan bekerja di luar negeri pada tahun 1970 melalui program Antar Kerja Antar Negara (AKAN), sejak saat itu mulai banyak perusahaan jasa pengerah atau pelaksana penempatan TKI swasta. Di Desa Cikedung sendiri mulai banyak warga yang berangkat bekerja di luar negeri karena diajak oleh para sponsor dari jasa pemberangkatan TKI. Setelah melihat warga lain yang setelah berangkat memperoleh hasil yang lebih maka warga lainnya tertarik untuk ikut bekerja di luar negeri.
Sampai sekarang penempatan kerja di luar negeri mengalami beberapa perubahan dan perbaikan dalam pelaksanaannya. Perjanjian antar negara yang dilakukan juga semakin luas, mengingat pada awalnya kebanyakan para TKI hanya bekerja di Negara Timur Tengah, tetapi sekarang sudah banyak negara yang menjadi tujuan para TKI.
Penulis memutuskan melakukan penelitian di Desa Cikedung karna banyak warganya yang bekerja di luar negeri, dari data
1
(50)
Kecamatan Cikedung Dalam Angka dapat dilihat jumlah masyarakat yang bekerja di luar negeri:
Tabel 4.1
Jumlah warga yang bekerja di luar negeri di Kecamatan Cikedung Tahun 2014-2015
No Desa
2014 2015
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1 Cikedung 7 52 7 78
2 Jambak 7 44 7 48
3 Amis 5 35 5 47
4 Cikedung Lor 21 18 21 4
5 Mundak Jaya 13 15 39 15
6 Jatisura 1 25 1 25
7 Loyang 5 15 5 30
Sumber :Kecamatan Cikedung Dalam Angka Tahun 2014-2015
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa banyak warga Desa Cikedung yang bekerja di luar negeri. Berdasarkan data ini maka penulis memutuskan melakukan penelitian di Desa Cikedung.
a. Kondisi Geografis
Secara geografis Desa Cikedung berada di garis 1080 10’ 50,95’’ Bujur Timur dan 60 29’ 15,26’’ Lintang Selatan. Desa Cikedung terletak 0,5 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan. Sekitar 1 Km dari pusat kota administratif, 32 Km dari ibu kota kabupaten Indramayu, 60 Km dari ibu kota propinsi.2
Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan
2
(51)
air. ketinggian dari permukaan laut rata-rata 12,6 m denagn panjang garis pantai 147 km. Dengan luas wilayah 3,288 km2.3
Batas-batas Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cikedung Lor Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Amis Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jatimulya Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jambak
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam peta administratif kecamatan cikedung:
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Cikedung b. Iklim
Suhu di Desa Cikedung yang termasuk kering dengan suhu berkisar antara 23,90 -300 Celcius. Sementara rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2013 adalah sebesar 806 mm dengan jumlah hari hujan 76 hari, sedangkan untuk tahun 2014 curah hujan sebesar
3
(52)
676 mm dengan jumlah hari hujan 52 hari, dan pada tahun 2015 adalah sebesar 2.147 mm denagn jumlah hari hujan 190 hari.
c. Penggunaan lahan
Wilayah Desa Cikedung yang keseluruhan merupakan dataran dan berdaerah landai sehingga sebagian besar masyarakatnya banyak memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian seperti berkebun, tanam padi dan sebagainya, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani untuk memperoleh penghasilan.
Untuk melihat usaha apa saja yang digunakan oleh masyarakat Desa Cikedung bisa dilihat dalam tabel di bawah:
Tabel 4.2
Jumlah Usaha Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor di Desa Cikedung Tahun 2015
Subsektor Jumlah
Tanaman Pangan 1.247
Hortikultura 120
Perkebunan 57
Peternakan 334
Jumlah 1.758
Sumber :Kecamatan Cikedung Dalam Angka 2015
Berdasarkan data yang ada jumlah lahan pertanian tanaman pangan Desa Cikedung di bagi kedalam beberapa sub sektor. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Cikedung berada di sektor tanaman pangan, selanjutnya peternakan, kemudian berusaha di bidang hortikultura dan yang paling terendah adalah perkebunan.
Penghasilan yang diperoleh bersumber dari lahan yang mereka gunakan, karena tidak semua orang memiliki lahan untuk bertanam sehingga banyak juga yang hanya bekerja pada pemilik lahan.
(53)
d. Penduduk
Dari data yang di peroleh di ketahui bahwa jumlah penduduk Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu pada tahun 2016 adalah 8.118 jiwa, yang terbagi dalam 3.114 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut terdiri dari 3.945 berjenis kelamin laki-laki dan 4.173 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data monograf antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan lebih banyak jenis kelamin perempuan.
Di bawah ini adalah deskripsi penduduk Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu berdasarkan data yang di peroleh dari kantor Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu. Deskripsi berdasarkan kelompok umur yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Penduduk Desa Cikedung Menurut Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah
1 0-4 653
2 5-9 582
3 10-14 621
4 15-19 561
5 20-24 636
6 25-29 554
7 30-34 595
8 35-39 525
9 40-44 572
10 45-49 635
11 50-54 603
12 55-59 516
13 60-64 438
14 64+ 628
Jumlah 8.118
Sumber : Data Penduduk Desa Cikedung Bulan Juli 2016
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa kelompok penduduk terbanyak berada di umur 0-4 tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa tingkat kelahiran penduduk Desa Cikedung cukup tinggi.
(54)
Dalam suatu desa pasti ada penduduk yang datang dan pergi, selanjutnya pengelompokan penduduk berdasarkan mobilitas/mutasi yang terjadi di Desa Cikedung:
Tabel 4.4
Menurut Mobilitas/Mutasi
No. Jenis Jumlah
1 Lahir 16
2 Meninggal 2
3 Datang 6
4 Pindah 10
Jumlah 34
Sumber: Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di ketahui bahwa penduduk Desa Cikedung pada tahun 2016 jumlah kelahiran lebih banyak di bandingkan dengan jumlah meninggal dan jumlah penduduk yang pindah lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang datang. Ini menunjukan bahwa terdapat perpindahan penduduk baik itu yang datang atau yang pindah.
Searah dengan kebijakan bahwa sektor pendidikan mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu. Berdasarkan hal ini pula secara umum masyarakat Cikedung dapat dilihat berdasarkan tingkat pendidikan yang ada, agar lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Menurut Usia Sekolah
No. Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak 295
2 Sekolah Dasar 884
3 SMP/SLTP 513
4 SMA/SLTA 421
5 Perguruan Tinggi 89
Jumlah 2.202
(55)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa penduduk Desa Cikedung yang bersekolah berjumlah sebagaimana yang terbagi dalam berbagai jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, maka para orang tua menganjurkan anak-anaknya agar masuk sekolah ke jenjang berikutnya ke kota kecamatan, kabupaten atau ke kota lainnya sesuai cita-cita dan kemampuan masing-masing. Dengan adanya data penduduk berdasarkan usia sekolah menunjukan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan cukup tinggi sehingga banyak yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus keluar daerah bahkan kota lainnya.
Selain berdasarkan tingkat sekolah dalam kependudukan juga dicantumkan data mengenai sumber penghasilan penduduk berdasarkan jenis pekerjaannya yang sudah di bagi kedalam beberapa bagian, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat di bawah ini :
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS 143
2 TNI 8
3 POLRI 9
4 Pensiunan 140
5 Swasta 47
6 Petani 720
7 Buruh Tani 980
8 Pedagang 112
9 Industri Kecil 8
(56)
11 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)4 59
12 Lain-lain 3.690
Jumlah 8.118
Sumber :Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Cikedung secara keseluruhan beragam, namun mayoritas bekerja sebagai buruh tani, karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki lahan pertanian sehingga mereka kebanyakan hanya bekerja kepada pemilik lahan. Penghasilan yang diperoleh masyarakat Cikedung sebagian besar dari hasil petani dan pekerjaan lainnya seperti yang telah di jelaskan dalam tabel.
Masyarakat desa Cikedung juga dibagi berdasarkan Agama yang dianut oleh masyarakatnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah
1 Islam 8.104
2 Kristen 6
3 Hindu -
4 Budha 6
5 Lain-lain 2
Jumlah 8.118
Sumber :Data Penduduk Desa Cikedung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa agama di desa cikedung cukup beragam. Mayoritas penduduk desa cikedung memeluk dan meyakini agama Islam. meskipun kondisi agama yang beragam namun penduduk desa cikedung dapat menghormati pemeluk
4
(57)
agama satu dengan pemeluk agama lainnya sehingga masyarakat desa cikedung hidup rukun dan saling berdampingan.
Kegiatan keagamaan yang ada di wilayah Cikedung cukup baik, berarti itu dapat mencirikan masyarakatnya mempunyai pengetahuan agama. Di samping itu, seiring berjalannya waktu dan pengaruh yang datang melalui berbagai cara yang dapat menurunkan akhlak para remaja sehingga ajaran agama ditinggalkan sedikit demi sedikit yang menyebabkan krisis iman didalam diri mereka.
Oleh sebab itu di Desa Cikedung sering diadakan acara keagamaan dan acara adat setiap bulan atau setiap kali ada perayaan agar masyarakatnya tetap mengingta dan menjalankan sesuai adat yang ada di setiap Desa yang ada di Kecamatan Cikedung.
2. Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan 10 responden warga desa cikedung yang anggota keluarganya bekerja di luar negeri :
Tabel 4.8 Data Informan No
.
Nama Umur Negara
tujuan
Lama Bekerja
Tahun Penghasilan Per bulan
Jenis Pekerja an 1 Jaja 37 Taiwan 9 tahun
2007-2016
8 juta PRT
2 Margana 55 -Taiwan 6 tahun 5 bulan
2007-2016
8 juta PRT
3 Nina 35 -Taiwan
-China -8 tahun -1 tahun 2007-2015 2016 6 juta 6 juta PRT
4 Didi Carsidi
50 -Taiwan 4 tahun 5 bulan
2011-2016
(58)
5 Mudi 40 -Taiwan 4 tahun 2013-2016
5 juta Pabrik
6 Rasimen 40 -Taiwan 1,5 tahun
2015-2016
6 juta PRT
7 Cariman 28 -Taiwan 6 tahun 2010-2016
7 juta PRT
8 Fatonah 39 Malaysi
a
2 tahun 2014-2015
2,5 juta PRT
9 Asni 50 -Taiwan 4 tahun
2011-2016
5 juta PRT
10 Kibtiah 58 -Brunai Darussa lam
1 tahun 2015-2016
3 juta PRT
Sumber : Hasil wawancara dengan para informan
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Informan yang di wawancarai itu ada istrinya yang bekerja ke luar negeri dan bahkan ada yang pernah menjadi TKI itu sendiri yang kebetulan berada di rumah.
Menjadi TKI merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk merubah hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itu merupakan harapan besar bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
B. Hasil Penelitian
1. Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi
a. Kehidupan Ekonomi Sebelum Bekerja Ke Luar Negeri
Ekonomi merupakan masalah yang penting dalam kehidupan. Masalah ekonomi sering berhubungan dengan masalah pendapatan atau penghasilan. Dengan penghasilan yang cukup atau bahkan lebih, kita akan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mencari pekerjaan memang tidak mudah bagi orang yang hanya berpendidikan sampai SMP. Namun tidak dapat dipungkiri
(59)
bahwa untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih sangat sulit, walaupun kita mendapatkan pekerjaan tersebut tentunya dengan pendidikan yang tinggi.
Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya banyak masyarakat memilih bekerja di luar negeri, dari hasil wawancara diketahui bahwa faktor yang memotivasi untuk bekerja di luar negeri sangat beragam, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Margana (55 tahun) yang anaknya bekerja di Taiwan dengan jawabannya:
“di dalam negeri apalagi yang pendidikannya SMP, banyak yang sekolah tinggi aja masih susah, apalagi dulu saya dikejar-kejar hutang jadi anak saya memilih bekerja di luar negeri Alhamdulillah hutang saya jadi lunas”.5
Anak bapak Margana yang hanya lulusan SMP berani memutuskan bekerja ke luar negeri karena untuk membayar hutang dan ingin mencukupi kebutuhan orang tuanya.
Senada dengan jawaban Bapak Margana diatas, berikut jawaban yang dikemukakan oleh Bapak Carsidi (50 tahun):
“karena disini e,,, susah cari kerjanya, disana kan gampang terus gajinya kan agak besar gitu, sebenarnya dulu setelah lulus SMA punya keinginan untuk melanjutkan sekolah tapi saya gak punya modal”.6
Salah satu cara yang di tempuh oleh sebagian orang untuk mendapatkan uang yang banyak dan tidak perlu pendidikan tinggi adalah dengan menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri dan itu yang menjadi pilihan anak Bapak Carsidi, karena orang tuanya tidak bisa membiayai untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi sehingga memutuskan bekerja ke luar negeri.
Jawaban bapak Carsidi diatas diperkuat lagi oleh Bapak Jaja (37 tahun):
5
Wawancara Bapak Margana.
6
(60)
“iya masalahnya kan kalo di luar kan gajinya lebih besar cuman resikonya kan ninggalin keluarga di rumah”.7
Apa yang dikatakan oleh bapak Jaja bahwa memang segala sesuatu pasti ada resiko yang harus diambil seperti halnya yang dilakukan oleh istri bapak Jaja yang harus rela meninggalkan anak dan suami di rumah demi memenuhi kebutuhan ekonomi.
Selanjutnya Ibu Nina (35 tahun) mengatakan bahwa adiknya bekerja di luar negeri karena:
“untuk modal anak sekolah, untuk mewujudkan cita-cita anaknya dan juga untuk membiayai orang tua yang sedang sakit stroke jadi sekeluarga dia yang menanggung saya di rumah yang mengurusnya”.8
Keputusan yang diambil oleh adik dari ibu Nina ini untuk membiayai dan mewujudkan cita-cita anaknya juga membiayai orang tuanya yang sedang sakit stroke, sehingga semua beban ekonomi ditanggung oleh adiknya dan Ibu Nina yang mengurus orang tua serta anaknya di rumah.
Jawaban Ibu Nina juga tidak jauh berbeda dengan Ibu Fatonah (39 tahun) yang pernah bekerja di Malaysia:
“buat cari uang untuk kebutuhan hiduplah, buat beli susu biaya anak sekolah, suami saya kerjanya kadang-kadang petani ya kesana kesini saja lah”.9
Ibu Fatonah menceritakan bahwa faktor bekerja di luar negeri itu untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga beli susu biaya anak sekolah, sedangkan suaminya hanya bekerja serabutan yang tidak mempunyai gaji tetap.
Jawaban Ibu Fatonah di perkuat oleh jawaban Ibu Kibtiah (58 tahun):
“sebelumnya anak saya bekerja di salon, tapi kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari”.10
7
Wawancara Bapak Jaja.
8
Wawancara Ibu Nina .
9
(61)
Dengan bekerja di salon yang penghasilannya tidak seberapa sehingga anak Ibu Kibtiah memutuskan bekerja ke Brunai Darussalam untuk mencukupi kebutuhan keluarganya di rumah.
Ibu Rasimen (45 tahun) juga menuturkan bahwa anaknya bekerja ke luar negeri untuk:
“kepingin gaji besar kerja di Taiwan ingin ada hasilnya ingin bikin rumah, lumayan buat bantu-bantu suaminya yang juga kerja di Jakarta”.11
Keputusan bekerja di luar negeri dengan hanya bermodalkan ijazah SMP anak Ibu Rasimen meninggalkan suaminya, dengan gaji sekitar 6 juta perbulan membawa impian dapat membangun rumah yang ingin ditempatinya dengan keluarga untuk masa depannya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Cariman (28 tahun), alasan istrinya bekerja di luar negeri karena:
“karena lihat saya disini kerja kekurangan terus makanya dia ikut kerja”.12
Karena melihat keadaan ekonomi keluarganya serba kesusahan dan pekerjaan suaminya hanya sebagai buruh tani maka istri bapak Cariman memutuskan pergi bekerja ke Taiwan dengan niat ingin membantu mencukupi kebutuhan keluarganya dan dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan ekonominya.
Keputusan untuk menjadi TKI di luar negeri walaupun disana hanya menjadi pembantu rumah tangga dan buruh di pabrik tapi penghasilan yang di tawarkan memang cukup besar dibandingkan kita bekerja sebagai pembantu atau buruh pabrik di negara sendiri karena penghasilan yang didapat sangat sedikit.
Dilihat dari pendapatan yang diperoleh sebelum bekerja ke luar negeri memang pendapatan yang diperoleh sangat rendah jika
10
Wawancara Ibu Kibtiah. 11
Wawancara Ibu Rasimen .
12
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Eli karlina lahir di Indramayu, 22 Januari 1994, putri dari pasangan Bapak Durajak dan Karni. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Alamat email penulis [email protected].
Penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri Cikedung II Indramayu tahun 2000-2006, MTs Ciwaringin Cirebon tahun 2006-2009, MAN Ciwaringin Cirebon tahun 2009-2012 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, konsentrasi Geografi tahun 2012-2016.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Pengaruh Bekerja Di Luar Negeri Terhadap Tingkat Ekonomi Dan Perceraian (Studi Kasus di Desa Cikedung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Dr. Mohammad Arif, M. Pd dan Bapak Sodikin, M. Pd