4. Kehidupan TKI di Luar Negeri
Tenaga kerja Indonesia atau yang lebih di kenal dengan sebutan TKI bukanlah hal baru di kalangan masyarakat Indonesia.
banyak hal yang membuat mereka mengambil pekerjaan ini jadi salah satu penopang hidup bagi keluarga. Salah satunya adalah
tingginya gaji yang diterima oleh seorang tenaga kerja dibandingkan penghasilan di dalam negeri.
“Tenaga Kerja Indonesia TKI di luar negeri memiliki sifat konsumerisme yang tinggi, mereka mengikuti gaya hidup
meropolitan di negara-negara tersebut. Mereka sangat suka berganti HP dan warna rambutnya, mereka tidak mau kalah
dari temannya. Mereka juga suka nongkrong di cafe-cafe sehingga gaya hidupnya cenderung boros”.
5
Bekerja di daerah orang lain memang tak lepas dari kebudayaannya, apalagi beda negara itu yang membuat para TKI
mau tidak mau akan terbawa budaya negara tempat dia bekerja. Dengan penghasilan yang diperoleh setiap bulannya dan berada di
lingkungan dimana serba baru, adaptasi baru dan kebudayaan yang baru dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini yang biasanya
menjadi alasan kenapa setelah bekerja di luar negeri terjadi perubahan hal sangat terlihat adalah perubahan pada cara berpakai.
“Tenaga Kerja Indonesia TKI telah membantu pemerintah dalam hal keuangan, di mana TKI merupakan penghasil
devisa bagi keuangan Negara. Namun tidak semua orang mengetahui kerja keras mereka telah memberikan
sumbangsih kepada negara berupa devisa negara yang dapat di jadikan sumber dana pembangunan”.
6
Peluang bekerja di luar negeri hasil yang diperoleh juga dirasakan oleh negara yaitu devisa yang diperoleh dari para tenaga
kerja yang ada di luar negeri merupakan penghasil devisa yang bisa
5
M. Republika.co.idberitanasionalumum141108nept3c-gaya-hidup-tki-di-empat- negara-ini-lebih-gaul. Di akses pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00.
6
Heny Yuningrum. Polemik Tenaga Kerja Indonesia Sebagai Sumber Devisa Negara Problematika Tenaga Kerja Indonesia Dari Segi Islami. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
Ekonomi Islam Nomor IIEdisi II November 2010.
menjadi sumber dana bagi pembangunan yang dilakukan didalam negeri. Seharusnya dengan devisa yang mereka berikan kepada
negara setara dengan perlindungan yang mereka dapatkan ketika bekerja di luar negeri.
5. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Kehidupan Ekonomi
Salah satu dampak bekerja di luar negeri adalah berkembangnya aset yang dimiliki oleh keluarga TKI, pendapatan,
penampilan, dan kepemilikan. Penduduk yang menjadi TKI mempunyai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
dengan pendapatan yang lebih tinggi. Pada umumnya peran mereka adalah menghimpun dana yang
di gunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyekolahkan anak- anaknya sampai tingkat SMASMK bahkan sampai ke perguruan
tinggi. Walau demikian pendidikan mereka umumnya tidak terlalu tinggi, kebanyakan hanya sampai tingkat SMPSMA, serta jarang
yang ingin kuliah ke perguruan tinggi. Kemudian dana yang terkumpul juga untuk membangun rumah, serta memperbaiki
kehidupan keluaga. Keberadaan TKI di Desa juga menyebabkan munculnya sifat
konsumtif, artinya mereka membelanjakan uang yang ada untuk barang-barang yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Rumah
tempat tinggal para TKI tersebut pada umumnya sangat megah. Sudah jarang di jumpai rumah-rumah gubugreyot di kantong TKI
tersebut.
7
Setelah bekerja ke luar negeri hasil yang diperolah biasanya digunakan untuk membangun rumah, membeli sawah dan
membuka usaha. Rumah yang megah dan bagus biasanya yang menjadi ciri khas jika dia telah sukses bekerja di luar negeri
sehingga mampu membangun rumah yang bagus. Sedangkan
7
Yuniastuti. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI Dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1,
Februari 2014.
kepemilikan barang berharga lainnya yang bisa dilihat adalah perabotan rumah dan kepemilikan kendaraan.
6. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perubahan Gaya Hidup life style
“Engel mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup
adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya
hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen”.
8
Istilah gaya hidup memilki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup khas dari berbagai kelompok
status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri
yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan
hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.
Gaya hidup adalah suatu titik tempat pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam
bertindak, yang tertuang dalam norma-norma kepantasan. Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dengan
simbol untuk menampakan identitas diri. Gaya hidup TKI di pengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan
kehidupan sosial yang dialami tenaga kerja itu sendiri, hal itu mereka lakukan demi menunjukan identitas diri melalui ekspresi
tertentu yang mencerminkan perasaan. Sampai akhirnya gaya hidup yang dijalani oleh TKI saat ini telah menghilangkan batas-
batas budaya lokal, daerah, maupun nasional karena terbawa arus gelombang gaya hidup global yang dengan mudahnya berpindah-
8
Dian Ayu Puspita Ardy, Pengaruh Gaya Hidup, Fitur, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Blacberry Curve 9300. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
pindah tempat melalui perantara media massa dan dengan cepat mempengaruhi TKI.
Gaya hidup yang semulanya sederhana berubah menjadi gaya hidup yang cenderung mengikuti tren di kalangan TKI. Perubahan
gaya hidup tersebut mencakup sandang, pangan, dan papan. Sandang adalah segala sesuatu yang di pakai mulai dari ujung
kepala sampai dengan ujung kaki, sedangkan papan yaitu segala sesuatu yang di rasa menjadi kebutuhan TKI seperti rumah,
peralatan elektronik maupun gadget. Dan yang terakhir adalah pangan yang mencakup selera sampai pada kebiasaan makan.
7. Pengaruh Menjadi TKI Terhadap Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka
bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak, dan bagaimana mereka menerima biaya
dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu
dapat menyelesaikannya ke pengadilan. “Tingginya peceraian ini sebab utamanya adalah masalah
komunikasi antara TKI dengan pasangannya tidak dilakukan secara konsisten. Perceraian menjadi masalah serius dalam
sebuah rumah tangga, ini tidak boleh diremehkan. Dampak dari perceraian bukan hanya melibatkan kedua belah pihak,
suami dan istri, tetapi juga anak dan keluarga”.
9
Para perempuan bekerja ke luar negeri dan meninggalkan anak serta suaminya. Posisi dan peran seorang suami yang
seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tiba-tiba berubah. Penghasilan yang diperoleh perempuan yang bekerja di luar negeri
9
Sulthon Miladiyanto. Pengaruh Profesi Tenaga Kerja Indonesia TKI Terhadap Tingginya Perceraian Di Kabupaten Malang. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 1, No.1, Juni
2016.
dibanding dengan suaminya sebagai petani terpaut cukup jauh. Lambat laun, peran suami berganti tidak lagi bekerja di bidang
pertanian melainkan hanya menikmati hasil keringat istrinya dan mengasuh anak-anaknya.
B. Tingkat Ekonomi
1. Definisi Ekonomi
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam
masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan
seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi. Sebelum beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut
perlu untuk menelaah kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri sebagai arti dasar pembentukan tingkatan atau pelapisan yang
terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan tersebut. Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada
individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan ekonomi terdiri dari dua suku kata bahasa yunani yaitu oikos dan
nomos yang berarti tata laksana rumah tangga. Ekonomi dalam Islam dapat di defnisikan sebagai perilaku
individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya;harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan
dan menjaga magashid syariah agama, jiwa, akal, nasab dan harta.
10
“Ilmu ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan
sumber daya-sumber daya yang langka dengan dan tanpa uang, dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya”.
11
10
Nur Rianto. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011, h.12.
11
Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro ekonomi dan Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008, h. 3.
Di dalam struktur sosial masyarakat banyak terdapat ukuran- ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam
masyarakat tersebut yang lebih di kenal dengan sebutan tingkat ekonomi. “Keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara
rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu di sertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh seorang pembawa status”.
12
Dari uraian tentang ekonomi di atas penulis menyimpulkan bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang
mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan
masyarakat, kemampuan akses tersebut di wujudkan melalui pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk
pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginanya tersebut. Aspek-aspek yang mendukung ke arah pemenuhan
kebutuhan tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
2. Stratifikasi Sosial Dengan Ukuran Ekonomi Tingkat Ekonomi
Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan- tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam
masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat
heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan
masyarakat yang berstrata.
12
Basrowi dan Siti Juariyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Ekonomi Dan Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010.
Istilah stratifikasi berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Karena itu Social Statification sering di
terjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan status yang sama menurut ukuran
masyarakatnya, di katakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
Beberapa Teori yang membahas pelapisan masyarakat: 1
Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali,
mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Di sini Aristoteles membagi
masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya, menengah dan melarat.
2 Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.
MA. Menyatakan sebagai berikut: selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang di hargai olehnya dan
setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang di hargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat
menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
3 Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan bahwa ada
dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia
pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas
yang berbeda-beda.
4 Karl Marx di dalam menjelaskan secara tidak langsung
tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada dua macam di dalam
setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk di sumbangkan di dalam proses produksi.
13
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ukuran atau kriteria yang biasa di pakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam pelapisan sosial adalah sebagai berikut: a.
Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak
termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
13
Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. h.204-205.
misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara menggunakan
pakaian serta bahan pakaian yang di gunakannya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
b. Ukuran kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan teratas
dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang
paling di segani dan di hormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak di jumpai pada masyarakat-
masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran
tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal demikian memacu segala
macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.
14
Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa seseorang itu termasuk ke dalam status ekonomi tinggi, sedang dan
rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari
kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut di dalam masyarakat,
dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan berdasarkan uraian sebelumnya, maka ukuran yang di pakai untuk melihat
tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaanmata
pencaharian, pemenuhan tingkat kebutuhan.
14
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatau Pengantar.Jakarta: Rajawali Press, 2015h. 208.
Berasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik menggolongkan tingkat ekonomi berdasarkan penghasilan menjadi
4 golongan: 1
Golongan pendapatan sangat tinggi jika pendapatan rata- rata lebih dari 3.500.000 per bulan.
2 Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-
rata antara 2.500.000 – 3.500.000 per bulan. 3
Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata- rata antara Rp. 1.500.000 – 2.500.000 per bulan.
4 Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-
rata di bawah Rp.1.500.000 per bulan.
15
Berdasarkan penggolongan tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi
seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.
Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan.
C. Perceraian
1. Definisi Perceraian
Perceraian dalam bahasa Arab di kenal dengan sebutan ‘thalaq’. “Talaq secara etimologi adalah melepaskan ikatan,
sedangkan secara terminologi berarti melepaskan tali atau ikatan pernikahan baik oleh suami atau permintaan sang istri”.
16
Menurut Subekti perceraian adalah “penghapusan
perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu”. Sedangkan menurut Pasal 1
UU No. 1 Tahun 1974 adalah “putusnya perkawinan”.
17
Perceraian divorce merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami istri dan mereka berketepatan
untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
15
Badan Pusat Statistik. Penggolongan Pendapatan Tahun 2012.
16
Hasbi Indra. Potret Wanita Shalehah. Cet ke 2.Jakarta:Penamadani,2004, h. 226.
17
Muhammad, Syaifuddin dkk. Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika, 2014,h. 18- 20.