Simulasi Perubahan Harga dan Pendapatan Rumah Tangga

untuk kelompok komoditi energi di wilayah perkotaan. Adapun hal yang bisa diungkap di sini adalah bahwa proporsi pengeluaran komoditi energi cenderung mengalami peningkatan, baik di wilayah perdesaan maupun wilayah perkotaan selama tahun 2007 – 2010. Hal ini bisa mengindikasikan tingkat kebutuhan energi yang mengalami peningkatan ataupun tingkat harga kelompok komoditi energi yang mengalami peningkatan. Tabel 4.1 Proporsi pengeluaran sebulan rumah tangga menurut kelompok komoditi dan status wilayah di Pulau Jawa tahun 2007 – 2010 persen Tahun Kelompokkomoditi persen Total ribu rupiah makanan listrik lpg, gas kota, dan batu bara minyak tanah bensin dan solar non makanan lainnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Perdesaan 2007 55,71 2,62 0,28 2,01 3,78 35,60 100 614 2008 56,34 2,46 0,29 1,87 4,39 34,64 100 567 2009 55,49 2,46 1,10 1,20 4,50 35,25 100 638 2010 55,87 2,51 2,42 0,32 4,94 33,93 100 706 Perkotaan 2007 41,13 3,32 0,84 1,90 5,28 47,52 100 1 279 2008 42,82 3,11 0,98 1,65 6,11 45,33 100 1 159 2009 42,90 2,93 1,95 0,75 5,91 45,58 100 1 265 2010 44,04 3,10 2,52 0,25 6,32 43,77 100 1 346 Perdesaan dan Perkotaan 2007 45,96 3,09 0,66 1,94 4,78 43,57 100 1 279 2008 47,41 2,89 0,75 1,73 5,52 41,70 100 1 159 2009 47,25 2,76 1,65 0,90 5,42 42,01 100 1 265 2010 47,45 2,93 2,49 0,27 5,93 40,94 100 1 346 Sumber: Susenas Panel 2007 – 2010, diolah. Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa baik di wilayah perdesaan, perkotaan, maupun secara total, proporsi pengeluaran yang terbesar adalah untuk sub kelompok komoditi bensin dan solar. Adapun penggunaan bensin dan solar pada data ini adalah selain untuk kebutuhan transportasi juga untuk bahan bakar generator, namun proporsi penggunaan bensin dan solar untuk bahan bakar generator masih relatif kecil. Menurut perkembangannya selama tahun 2007 – 2010, bisa dilihat bahwa proporsi pengeluaran rata-rata sub kelompok komoditi lpg, gas kota, dan batu bara baik di perdesaan, perkotaan, ataupun secara total, terus mengalami peningkatan sedangkan proporsi pengeluaran rata-rata sub kelompok komoditi minyak tanah terus menurun. Hal ini sejalan dengan adanya program konversi minyak tanah ke lpg yang dilakukan oleh pemerintah. Bisa dilihat juga pada Tabel 4.1 bahwa rata-rata pengeluaran sebulan rumah tangga di perdesaan di Pulau Jawa untuk semua kelompok komoditi lebih rendah dibandingkan rata-rata pengeluaran sebulan di perkotaan. Dari tahun 2007 hingga tahun 2010, rata-rata pengeluaran sebulan menurut komoditi cenderung mengalami peningkatan, kecuali komoditi minyak tanah yang terus mengalami penurunan. Baik nilai absolutnya maupun nilai relatifnyaproporsinya, rata-rata pengeluaran rumah tangga di Pulau Jawa mengalami penurunan. Namun, jika dilihat menurut wilayah, proporsi rata-rata pengeluaran untuk komoditi minyak tanah di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan, meskipun secara absolut adalah sebaliknya. Tingkat pengeluaran kelompok makanan dan non makanan lainnya perkapita antar provinsi disajikan pada Tabel 4.2. Jika dilihat dari rata-rata pengeluaran per kapitanya, baik untuk kelompok komoditi makanan maupun non makanan lainnya selain energi, rata-rata pengeluaran per kapita terbesar adalah rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga di DKI Jakarta. Sedangkan rumah tangga di Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata pengeluaran per kapita yang terrendah untuk kedua kelompok komoditi tersebut. Pada Tabel 4.2 nampak bahwa pada tahun 2007 – 2010, rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta menempati urutan teratas dari semua provinsi dalam rata- rata pengeluaran per kapitanya untuk semua komoditi energi kecuali minyak tanah pada tahun 2009 dan 2010. Secara umum, pada tingkat harga energi yang relatif sama tidak berbeda jauh, bisa dikatakan bahwa penduduk yang tinggal di Provinsi DKI Jakarta lebih banyakboros dalam menggunakan energi. Tabel 4.2 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan rumah tangga menurut kelompok komoditi dan provinsi di Pulau Jawa tahun 2007 – 2010 ribu rupiah Provinsi makanan listrik lpg, gas kota, dan batu bara minyak tanah bensin dan solar non makanan lainnya 1 2 3 4 5 6 7 2007 DKI Jakarta 178 17 4 6 25 276 Jawa Barat 114 8 2 6 9 99 Jawa Tengah 89 5 1 3 9 74 DI Yogyakarta 145 8 2 3 22 157 Jawa Timur 93 6 1 4 11 80 Banten 121 8 2 5 13 111 2008 DKI Jakarta 177 16 5 5 30 263 Jawa Barat 107 6 2 5 9 84 Jawa Tengah 85 4 1 3 10 63 DI Yogyakarta 90 5 2 2 17 96 Jawa Timur 94 5 1 4 12 75 Banten 115 7 2 4 14 101 2009 DKI Jakarta 205 18 10 1 33 288 Jawa Barat 120 7 5 2 10 101 Jawa Tengah 92 5 2 2 10 70 DI Yogyakarta 105 5 4 1 18 108 Jawa Timur 105 6 3 3 13 81 Banten 130 8 6 1 18 118 2010 DKI Jakarta 215 19 10 1 35 292 Jawa Barat 137 8 8 0 14 105 Jawa Tengah 106 6 6 1 12 82 DI Yogyakarta 123 7 6 0 22 132 Jawa Timur 117 6 5 2 15 88 Banten 157 10 8 0 26 156 Sumber: Susenas Panel 2007 – 2010, diolah. Secara umum, rata-rata pengeluaran per kapita di semua provinsi mengalami peningkatan untuk semua komoditi, kecuali minyak tanah. Rata-rata pengeluaran per kapita di semua provinsi untuk komoditi minyak tanah mengalami penurunan yang cukup besar kecuali untuk rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta yang mengalami penurunan kurang dari 50 rupiah per orang. Penurunan ini seiring dengan peningkatan pengeluaran per kapita untuk komoditi lpg, gas kota, dan batu bara. Dari sini terlihat bahwa terjadi peralihan konsumsi dari minyak tanah ke komoditi lpg, gas kota, dan batu bara.