Jenis-jenis Pelanggaran Kode Etik

mengembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran tersebut. Selain itu sanksi tidak hanya bersifat sanksi punitif yang artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada seseorang, misalnya berupa denda administrasi, akan tetapi juga sanksi regresif yaitu sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang terdapat pada keputusan atau ketetapan yang diterbitkan. 15 Seiring dengan luasnya ruang lingkup dalam penegakan kode etik yang diatur dalam peraturan tentang kode etik, macam-macam sanksi dalam rangka penegakan peraturan itu menjadi beragam. Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat RI, adapun jenis sanksi yang diberikan kepada anggota yang dinyatakan bersalah berdasarkan putusan MKD berupa: 1. Sanksi ringan dengan teguran lisan atau teguran tertulis 2. Sanksi sedang dengan pemindahan keanggotaan pada alat kelengkapan DPR atau pemberhentian dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan alat kelengkapan DPR 3. Sanksi berat dengan pemberhentian sementara paling singkat 3 tiga bulan atau pemberhentian sebagai anggota. Tabel 2.1 Jenis Pelanggaran dan Penjatuhan Sanksi No. Jenis Pelanggaran Sanksi 1. Menjadi narapidana saat dilantik Berat 2. Sakit selama 1 tahun Berat 15 Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta: Kencana, 2014, h. 301 3. Menjadi terdakwa pada kasus tipikor Berat 4. Diindikasi adanya konflik kepentingan Sedang 5. Terbukti melanggar kode etik Ringan Berdasarkan Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kode Etik Terkait jenis pelanggaran dan penjatuhan sanksi di atas, terbagi menjadi tiga yaitu sanksi ringan, sanksi sedang, dan sanksi berat. Misalnya seperti kasus anggota dewan menjadi seorang narapidana ketika dilantik, dan sakit selama 1 tahun karena yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan sebagai anggota dewan, pelanggaran ini termasuk dalam kualifikasi sanksi berat dengan pemberhentian tetap sebagai anggota DPR RI. Menjadi terdakwa pada kasus tipikor termasuk dalam pelanggaran berat dan dikenakan sanksi pemberhentian sementara. Adanya konlik kepentingan dapat dikenakan sanksi sedang yaitu seperti pemindahan dari Alat Kelengkapan Dewan AKD. Sanksi pelanggaran ringan apabila terbukti melanggar kode etik seperti tidak menghadiri rapat 40 persen dalam 1 masa sidang tanpa keterangan yang sah dari pimpinan fraksi. Selain itu, sanksi ringan dapat dijatuhkan apabila suatu pelanggaran tidak mengandung pelanggaran hukum. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam hal Teradu tidak terbukti melanggar Kode Etik, putusan disertai rehabilitasi kepada Teradu.

D. Faktor Penjatuhan Sanksi Kode Etik

Seorang anggota dewan dikatakan telah melakukan pelanggaran kode etik ketika adanya laporan terhadap yang bersangkutan baik melalui perkara pengaduan maupun perkara tanpa pengaduan, selain itu adanya penyelidikan dari pihak MKD sendiri merupakan suatu tindaklanjut atas pengaduan yang ada. Diperlukan sebuah fakta-fakta untuk menjelaskan bahwa telah terjadi suatu pelanggaran kode etik oleh anggota dewan. Fakta adalah hal atau keadaan yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta bersifat objektif. Setiap orang akan memiliki kesamaan dalam pengamatan suatu fakta. Sebuah fakta mempunyai kebenaran mutlak dan tidak bisa dibantah. Sebelum adanya penjatuhan sanksi terhadap anggota dewan yang diduga telah melanggar kode etik maka, fakta- fakta diperlukan sebagai alat bukti dalam pelaksanaan perkara, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penjatuhan sanksi melalui putusan MKD. Bukti pelanggaran etik DPR terbagi atas 2 yaitu, bukti yang bersifat administrasi dan bukti yang bersifat materi. Bukti administrasi adalah bukti yang diajukan oleh Pengadu atas kelengkapan pengaduan seperti identitas Pengadu dan Teradu yang kemudian diserahkan kepada Sekretariat MKD untuk ditindaklanjuti. Sedangkan bukti yang bersifat materi terkait permasalahan yang diadukan dan berkaitan dengan fakta dan peristiwa pengaduan. Pembuktian menjadi dasar pengambilan keputusan dalam sidang verifikasi. Proses pengambilan keputusan adalah verifikasi terhadap risalah