b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja
c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan
d. Menaati peraturan prosedur kerja yang telah ditentukan
e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan
Purwoko, 2011. Berhasil atau tidaknya perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan selain
bergantung pada kepemimpinan dan gaya kepemimpinan juga bergantung pada sumber daya manusianya, yang ditunjukkan pada tingkat kedisiplinan kerja, sebab kemampuan yang
dimiliki tenaga kerja atau karyawan tanpa ditunjang dengan kedisiplinan kerja yang tinggi, maka tugas atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak akan mencapai hasil yang maksimal,
bahkan mungkin akan mengalami kegagalan yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan.
Kemudian berdasarkan penelitian terdahulu Sinta Febriana Tarigan 2010 yang berjudul “ Pengaruh kepemimpinan terhadap peningkatan disiplin kerja karyawan pada PT.
Telekomunikasi Tbk Indonesia Medan” bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja karyawan
pada PT Telekomunikasi Tbk Medan sebesar 35,3. Artinya semakin ada pengaruh yang baik antara kepemimpinan maka disiplin kerja karyawan juga semakin tinggi.
Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti“ Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja karyawan di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah
Medan. Karena belum pernah dilakukan penelitian di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan tentang Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan
Perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “ Sejauhmana Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin
Kerja Karyawan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan? ”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui tipe dan karakter Pemimpin di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan
2. Untuk mengetahui Disiplin kerja para karyawan di Perusahaan Asuransi AJB Bumi
Putera 1912 Wilayah Medan 3.
Untuk mengetahui Apakah Pemimpin berpengaruh terhadap Disiplin Kerja para Karyawan Asuransi AJB Bumi Putera Wilayah Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan referensi, bahan
penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU 2.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan para mahasiswa tentang pengaruh pemimpin dalam meningkatkan disiplin kerja
pegawai 3.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada para karyawan perusahaan bahwa disiplin kerja karyawan diperlukan oleh perusahaan.
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teori
Kerangka teori memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori yang dipakai dan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Penyusunan teori
merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti.
Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus diuji kebenarannya dalam suatu topik penelitian seorang peneliti kuantitatif harus memilih dan
menentukan teori yang cocok dengan permasalahan yang diteliti. Kejelasan landasan berpikir untuk memecahkan atau menyoroti masalah sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu
perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995: 39.
Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi konsep, defenisi proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi
diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2008: 6.
Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja.
2.1.1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga,
di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk
interaksi antar manusia untuk mendapatkan suatu informasi. Dalam melakukan suatu hubungan sosial diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, begitu pula dalam
berorganisasi. Pentingnya komunikasi tidak bisa dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi dalam organisasi sangatlah penting karena organisasi merupakan
salah satu kegiatan yang sulit dipisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial.
Selain komunikasi, sebuah sifat kepemimpinan juga penting dalam menjalankan sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Sejatinya
Kepemimpinan merupakan suatu bentuk sifat seseorang yang berkaitan dengan keterampilan dan kecakapan seseorang dalam mempengaruhi orang lainkelompok untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.Oleh sebab itu, dalam berorganisasi sifat kepemimpinan ini sangatlah penting agar tujuan dari organisasi tersebut dapat segera tercapai. Seseorang yang memiliki sifat
kepemimpinan, pasti mampu memimpin orang lain dan dirinya sendiri untuk bekerja atau melakukan sebuah aktifitas dan juga mengambil keputusan dengan tepat.
Di dalam organisasi memerlukan seorang pemimpin, pemimpin merupakan salah satu unsur terpenting dalam menentukan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan.
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau perusahaan banyaknya ditentukan oleh kualitas pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam
organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Bermacam – macam defenisi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan apa yang
dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari sudut mana mereka memandangnya.
Sementara itu Dalam Muhammad, 2009 Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan
umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karekteristik tertentu yaitu:
mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi
tersebut.
Kemudian Sendjaja 1994 menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi informatif, organisasi dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang- orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi, sedangkan karyawan bawahan membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan , di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu : a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen , yaitu mereka
yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberikan perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan
sebagaimana semestinya, b. Berkaitan dengan pesan, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi interagtif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Adapun saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut buletin, newsletter dan laporan kemajuan organisasi, b. Saluran komunikasi informal seperti
perbincangan antar pribadi selama istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Selain itu organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa
koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik.
Adapun fungsi organisasi adalah : 1.
Memenuhi kebutuhan pokok organisasi Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka
kelangsungan hidup organisasi tersebut. 2.
Mengembangkan tugas dan tanggung jawab Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini
berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini
memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak.
3. Memproduksi barang atau orang
Fungsi utama dari organisasi adalah Memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing.
4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang
memberikan ide-ide baru, program baru dan arahan baru Muhammad, 2009: 23-34.
Kemudian untuk membantu memahami organisasi tersebut maka diperlukan elemen- elemen organisai yaitu:
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan didalam suatu organisasi. Struktur organisasi menurut Davis Scott 1981 dapat
dipisahkan menjadi dua komponen yaitu: struktur normatif dan struktur tingkah laku. Di mana struktur normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai
adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku, sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam mengejar tujuan, peranan yang diharapkan digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya. Sementara struktur tingkah laku
ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku, tingkah laku diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai
karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku.
2. Partisipan
Partisipan organisasi adalah individu–individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan
ketelibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi.
3. Tujuan
Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan
dalam memahami organisasi.
4. Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.
5. Lingkungan
Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak
ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar untuk dapat terus hidup
Muhammad, 2009: 26-28.
Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karekteristik yang umum antara lain:
1. Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan dan perlu menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang selalu berubah tersebut.
2. Memerlukan informasi
Semua organisasi memerlukan informasi ntuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan.
3. Mempunyai tujuan
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-
sendiri. Tentu saja tujuan organisasi dengan organisasi lainnya bervariasi.
4. Terstruktur
Organisasi dalam mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan, undang- undang dan hirarki hubungan dalam organisasi. Hal ini dinamakan struktur organisasi
Muhammad, 2009: 30.
Barry Cushway mengakui meskipun ada bermacam-macam organisasi, hanya sedikit terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan
dan kekurangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas variasi, semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:
1. Satu tujuan bersama
2. Suatu struktur
3. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan Panuju, 2001: 23.
Kemudian organisasi mempunyai fungsi organisasi diantaranya: 1.
Memenuhi kebutuhan pokok organisasi 2.
Mengembangkan tugas dan tanggung jawab, ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh organisasi maupun standart masyarakat
dimana pun organisasi itu berada. 3.
Memproduksi barang atau orang. 4.
Mempengaruhi dan dipengaruhi orang Muhammad, 2009: 23-32.
Kemudian Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.
Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu seperti komunikasi dari bawahan dan atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan
yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya Muhammad, 2009: 66.
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu :
1. Pendekatan makro adalah suatu organisasi yang dipandang struktur global yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti : memproses informasi dari lingkungan, mengadakan
identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.
2. Pendekatan mikro: pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam
nit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi
dan latihan, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa
kepuasan kerja dalam organisasi.
3. Pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku komunikasi individual dalam
organisasi. Komunikasi individual ini ada beberapa bentuknya diantaranya berbicara dalam kelompok kerja, mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan
mengkonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya Muhammad, 2009: 75.
2.1.1.1. Pentingnya Komunikasi Organisasi
Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat
bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil dalam membangun iklim komunikasi. Jika ini kita pahami oleh pengelola organisasi maka
perbedaan – perbedaan individu dan ketidak mengertian missunderstanding dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar
itulah maka komunikasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap yang terlibat dalam organisasi. Apabila komunikasi yang terdapat didalam organisasi tersebut
efektif maka hal tersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan – tujuan organisasi.
Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarkaryawan merupakan suatu kegiatan yang penting sehingga semua karyawan yang terdapat didalam suatu
perusahaan harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik – baiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja perusahaan
meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai Suranto, 2005 : 35.
Judy C. Pearson mengemukakan ada dua alasan mengapa individu mengadakan komunikasi didalam suatu organisai yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran
manfaat individu, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memupuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu
kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memberi manfaat pada perusahaan tersebut,
misalnya dengan saling berkomunikasi karyawan perusahaan dapat menyelesaikan tugas – tugas perusahaan, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan
dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unit – unit kerja di dalam suatu perusahaan tersebut Mulyana, 2005: 4.
2.1.1.2. Jaringan Komunikasi Formal
Sejumlah orang – orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu di dalam suatu organisasi melakukan aktivitas pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu dapat terjadi melalui
jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi didalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Ada
dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat didalam suatu organisasi yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi.
Jaringan komunikasi formal merupakan proses penyampaian pesan melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan Muhammad,
2009: 107. Komunikasi formal memanfaatkan saluran formal yang tersedia di dalam suatu organisasi Sunarto, 2005: 39, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu,
posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda.
Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi 1.
Komunikasi ke bawah Downward Communication Komunikasi ke bawah memiliki arti bahwa informasi mengalir dari tingkatan manajemen
puncak ke menajemen menengah atau dari jabatan yang berotoritas lebih rendah Masmuh, 2008: 64. Fungsi komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi dapat berupa
menyampaikan informasi faktual dan non-kontroversial tidak menjadi pokok pertentangan, dan tujuannya hanya semata – mata memberikan informasi yang
berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan, bukan membujuk persuasive. Pesan – pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya biasanya berhubungan
pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebujakan umum. Dalam bukunya, Suranto 2005 menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah mempunyai
beberapa fungsi, antara lain:
a. Fungsi pengarahan
b. Fungsi perintah
c. Fungsi indoktrinasi
d. Fungsi inspirasi
e. Fungsi evaluasi
Menurut Lewis 1987 komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kerugiaan yang
timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer – manajer pada
setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring filter dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada
bawahannya. Di samping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebujaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, peraturan,
pembatasan, insentif, tunjangan, hak – hak karyawan.
Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Menurut R.Wayne Pace Don F. Paules 1998,
ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya adalah:
a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi
d. Informasi mengenai kinerja karyawan
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas sense of mission
Seluruh fungsi maupun jenis informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan yang telah dipaparkan di atas, Arni Muhammad dalam bukunya komunikasi
organisasi 2009 mengklasifikasikannya dalam lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu: a.
Instruksi tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat
berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tersebut, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan
sebagainya, instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang
minimal, biasanya digunakan tugas – tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya
Muhammad, 2009: 109.
b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan
bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi
pimpinan mengenai bawahannya. Bila atasan menganggap bawahannya pemalas maka pesan rasional yang diberikan sedikit sedangkan bila atasan menganggap
bawahan dapat memotivasi diri sendiri maka pesan rasional yang diberikan banyak.
c. Ideologi, yaitu perluasan rasional yang penekanannya ada pada penjelasan tugas dan
kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi ini, atasan berusaha mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat
loyalitas, moral, dan motivasi.
d. Informasi, yaitu informasi dari atasan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktik – praktik organisasi, peraturan – peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.
e. Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam
melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhananya adalah pembayaran gaji karyawan yang telah selesai melakukan pekerjaannya dan tidak ada informasi dari
atasannya yang mengkritik pekerjaannya. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan kepada
karyawan tersebut.
2. Komunikasi ke atas Upward Communication
Komunikasi ke atas merupakan aliran informasi dari hirarki wewnang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Biasanya mengalir di sepanjang rantai komandoMasmuh,
2008: 11. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan ini mempunyai
efek pada penyempurnaan moral dan dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan Muhammad, 2009: 117. Fungsi utama komunikasi ke atas antara lain
untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Pace 1989 menggambarkan fungsi
komunikasi ke atas seperti di bawah ini:
a. Komunikasi ke atas membuat atasan mengetahui kapan bawahannya siap untuk
memberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
b. Komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.
c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi
dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan
membiarkan atasan mengetahuinya. e.
Komunikasi ke atas menjadikan atasan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi ke bawah.
f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah masalah-masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibataan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi.
Kebanyakan dari hasil-hasil penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan
bahwa atasan mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut: a.
Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan recana masa yang akan datang.
b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin
memerlukan bantuan tertentu. c.
Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.
d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman
sekerjanya dan organisasi.
Masmuh 2008 dalam bukunya menyederhanakan bentuk-bentuk pesan yang dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan seperti dibawah ini:
a. Laporan prestasi kerja performance report
b. Saran-saran dan rekomendasi
c. Usulan anggaran
d. Pendapat dan opini
e. Keluhan
f. Permohonan bantuan
g. Instruksi
Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan yang berada dalam manajemen menengah bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Karyawan
manajemen menengah tersebut memadukan, memadatkan dan meringkas informasi mengenai kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkat karyawan yang lebih rendah.
3. Komunikasi ke samping Horizontal Communication
Komunikasi ke samping Horizontal Communication terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama Masmuh, 2008: 12.
Komunikasi ke samping secara teratur terjadi diantara karyawan yang bekerjasama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota
departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, begitu juga diantara lini dan staff. Peranan komunikasi ke samping ini dalam organisasi sesungguhnya sangat
penting, namun relatif sering diabaikan. Pertukaran informasi antarbagian sangat membantu menjadi satu kesatuan yang utuh. Komunikasi ke samping dalam jaringan
kerja komunikasi formal adalah sebagai alat utama dalam mengkoordinir dan mempersatukan semua bagian. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan
kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah.
Suranto 2005 dalam bukunya menyebutkan beberapa tujuan komunikasi yang dilakukan antar sesama karyawan dalam suatu organisasi:
a. Berbagai pengalaman dan perasaan
b. Solidaritas dan kerjasama
c. Menserasikan pelaksanaan kerja
d. Menghindari kekembaran kegandaan pengerjaan tugas
e. Menggalang kerukunan
f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul
g. Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan
h. Membina hubungan harmonis dan kemitraan
2.1.2. Iklim komunikasi organisasi
Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pemimpin organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada
tingkah laku karyawan. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik perlu memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.
Tagiuri 1968 mengatakan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi
tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. Selanjutnya Litwin dan Stringers 1968 memberikan dimensi iklim
organisasi sebagai berikut: 1.
Rasa tanggung jawab 2.
Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3.
Ganjaran atau reward 4.
Rasa persaudaraan 5.
Semangat tim dalam dalam Muhammad, 2009: 82.
Hillrieger dan Slocum mengemukakan defenisi iklim organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan iklim organisasi adalah
suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota
lingkungannya.
Kemudian Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan
pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikat diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat,
untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan utuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurna organisasi
dan operasinya, semua ini dipengaruhi oleh iklim organisasi.
Iklim yang negatif dapat merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi dapat
menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi. Usaha dalam hal ini merujuk kepada penggunaan
tubuh secara fisik dalam bentuk berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah. Usaha biasanya terdiri atas empat unsur :
1. Aktivitas yang merupakan pekerjaan tersebut
2. Langkah-langkah pelaksanaan kerja
3. Kualitas hasil
4. Pola waktu kerja.
Anggota organisasi memilih berbagai jumlah usaha yang mereka curahkan untuk kegiatan organisasi. Mereka membuat pilihan ini karena usaha-usaha yang diarahkan tidak
dibayar secara langsung sebagai bagian dari perjanjian untuk tenaga kerja dalam organisasi Pace, 2005: 155.
2.1.2.1 Kepuasan komunikasi organisasi
Kepuasan komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan iklim komunikasi organisasi. Di mana kepuasan komunikasi organisasi ini adalah semua tingkat
kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan anggota
organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan
anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana di terima, diproses dan apa respons orang yang menerima. Kepuasan komunikasi
adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan Muhammad, 2009: 87.
2.1.3. Kepemimpinan
Di dalam kegiatan manusia itu selalu membutuhkan kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efesien kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan
manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru Kartono: 2005: 31. Istilah “
Kepemimpinan “ sebagai terjemahan dari “ leadership “ sering kali kita jumpai didalam
kehidupan sehari – hari. Didalam pengertian umum, Kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran,
perasaan atau tingkah laku orang lain. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka berlangsung melalui kata – kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang
pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya Effendy, 1981: 1
Defenisi lainnya tentang Kepemimpinan adalah proses pemberian inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk menghasilkan yang diharapkan.
Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar, mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. b.
Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “ mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin,
dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. c.
Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapanketerampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Dari hubungan antara pemimpin sengan para bawahannya, secara lambat laun akan berkembang metode kepemimpinan. Metode adalah prosedur yang sistematis dan khusus
yang digunakan dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep, dilihat dari satu pandangan tertentu. Metode juga disebut sebagai cara bekerja, berbuat dan bertingkah laku khususnya
dalam kegiatan kejiwaanmental. Metode kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam
membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu. Maka metode kepemimpinan ini diharapkan bisa membantu keberhasilan pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya
sekaligus juga dapat memperbaiki tingkah laku serta kualitas kepemimpinannya.
Ordway Tead dalam bukunya The Art of Administration mengemukakan metode kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a. Memberi perintah
Perintah itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja, karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan perintah dan swasta, berbentuk
instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik atau perilaku yang harus dipatuhi. Perintah biasanya sudah tercakup dalam tugas, kewajiban, dan tanggung
jawab yang harus dilakukan oleh setiap individu anggota kelompok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian perintah antara lain:
-
Kondisi pribadi individu yang diberi perintah -
Situasi lingkungan sekitar yang harus ikut dipertimbangkan dalam pemberian perintah
- Perintah harus jelas, ringkas, namun tegas, dan tidak mengandung kemajemukan
arti sehingga bisa membingungkan, serta mudah dimengerti -
Penggunaan nada suara yang wajar, netral, tidak dipaksakan, cukup ramah, agar mudah dan enak ditangkap
- Kesopan santunan dalam penyampaian perintah memberi pengaruh pada
pelaksanaan perintah agar bisa dipatuhi -
Perintah tidak terlalu banyak diberikan sekaligus, untuk tidak membingungkan dan tidak menghambat pengambilan keputusan untuk memprioritaskan tugas atau
perintah yang paling penting b.
Memberikan celaan dan pujian Celaan harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat objektif. Juga tidak disertai
emosi-emosi yang negatif benci,dendam, curiga, dan lain-lain. Sebaiknya celaan itu berupa teguran dan dilakukan secara rahasia, tidak secara terbuka dimuka banyak
orang. Sebaliknya pujian supaya diberikan, sebab pribadi yang bersangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik, dan mampu berprestasi. Pujian ini bisa memberikan
semangat, kegairahan kerja, tenaga baru, dan mendorong emosional yang segar.
c. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar
Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhan diri dari rasa pilih kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota-anggota lainnya.
Menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan sosial. Juga bisa mengurangi respek anggota pada pemimpin.
d. Peka terhadap saran-saran
Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka,dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian
mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri. Dengan begitu dia bisa membangkitkan inisiatif kelompok untuk memberikan saran-saran yang baik.
e. Memperkuat rasa kesatuan kelompok
Untuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, perli pemimpin bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya,
dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.
f. Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok
Setiap kelompok akan mengembanhkan tata cara dan pola tingkah yang hanya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini penting
untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiplin kelompok. Disiplin kelompok bisa berhasil bila pemimpin bersikap arif bijaksana, memberikan
teladan, berdisiplin, dan menerapkan seluruh prosedur dengan konsekuen.
g. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar
Kesatuan dan efektivitas kerja dari kelompok bisa diguncangkan oleh gangguan kabar-kabar angin dan desus-desus yang tidak benar, beserta fitnahan-fitnahan dari
luar, yang diarahkan pada perorangan atau pada organisasi secara keseluruhan. Semua
itu ditujukan untuk mengacau dan mengganggu tatanan kerja yang sudah lancar. Maka pemimpin berkewajiban untuk mengusut sampai tuntas sumber kabar angin
tadi. Dan memberikan peringatan keras atau sanksi pada orang-orang yang mampunyai rasa dendam, mengalami frustasi, dan mungkin tengah terganggu
ingatannya, sehingga tanpa sadar menyebarkan kabar-kabar angin yang buruk Dalam Kartono, 2005: 62-66.
Selanjutnya G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain, sebagai berikut:
a. Teori otokratis dan pemimpin otokratis
Kepemimpinan menurut teori didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer sebagai wasit. Ia melakukan pengawasan yang ketat,
agar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinan berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
Ciri khasnya adalah: -
Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi -
Dia menentukan policieskebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para anggota
- Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang
akan datang, akan tetapi Cuma memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan
- Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya
dengan inisiatif sendiri b.
Teori psikologis Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dengan
mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesedian bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau
bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.
Maka kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan martabat, status sosial, kepastian emosional,
memperhatikan keinginan dan kebutuhan karyawan, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dan lain-lain.
c. Teori sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara
para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan- tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompokny. Pemimpin diharapkan dapat
mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.
d. Teori suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui
policy tertentu. Untuk maksud ini pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap
pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari
benar keinginan sendiri untuk maju.
e. Teori laissez faire
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta
pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin direktur, ketua dewan,kepala, komandan, dan lain-lain
dimungkinkan oleh sistem nepotisme, atau lewat praktik penyuapan.
f. Teori kelakuan pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola- pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu
selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus
mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, “tahu gelagat” dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling
tepat untuk sesuatu masalah. Sedang masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu berbeda.
Pola tiingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan: -
Bakat dan kemampuannya -
Kondisi dan situasi yang dihadapi -
Good-will atau keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan yang timbul
- Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya.
g. Teori sifat orang-orang besar
Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk
meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan memiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki
inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka,
kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.
h. Teori situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggiluwespada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntunan situasi, lingkungan sekitar dan
zamannya. Faktor lingkungan itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu menyelesaikan masalah-masalahaktual.
i. Teori humanistik populastik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin
dengan rakyat. Untuk hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat Dalam Kartono:
2005: 72-79.
2.1.3.1. Gaya kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan
orang lain.. Gaya kepemimpinan merupakan yang akan berpengaruh terhadap cara-cara berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan didalam organisasi atau perusahaan.
Terdapat macam-macam gaya kepemimpinan antara lain:
Menurut Stoner ada 2 gaya kepemimpinan yang biasa digunakan seorang pemimpin
dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahannya yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Dalam gaya kepemimpinan ini,
seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai harapannya. Manajer dalam gaya ini lebih mengutamakan
keberhasilan pekerjaan daripada pengembangan kemampuan bawahan.
2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikut sertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut tugas pekerjaan bawahan. Disini hubungan pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya,dan saling menghargai.
Menurut Koontz, O”Donnell dan Weihrich gaya kepemimpinan dapat digolongkan berdasarkan cara si pemimpin menggunakan kekuasaannya. Dengan demikian terdapat 3
kepemimpinan : 1.
Otokratik : pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut. Keputusan ada ditangan pemimpin
2. Demokratik atau partisipatif : pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan
melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya.pemimpin disini mengikut sertakan pendapat bawahan sebelum membuat
keputusan
3. Free rein : pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberikan banyak
kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Jadi disini pemimpin memberi keleluasaan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk
mencapainya. Pemimpin hanya sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhubungan dengan kelompok lain Dalam Kadarman, 2001:
143.
2.1.3.2. Pemimpin
Tidak ada organisasi tanpa adanya pemimpin, organisasi atau perusahaan yang tidak mempunyai pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau dan
anarkis. Jadi pemimpin merupakan unsur terpenting di dalam organisasi atau perusahaan. Pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi Robbins, 2002: 163. Adapun menurut beberapa ahli pengertian pemimpin adalah sebagai
berikut:
Kartini Kartono 1994: 33 Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono,
1994: 33 menyatakan defenisi Pemimpin adalah seseorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasif dan akseptansi penerimaan secara sukarela oleh
pengikutnya.
Selanjutnya Menurut Djanaid 1996 ada tiga teori lahirnya pemimpin yaitu sebagai berikut :
1. Teori keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang dibawanya sejak
lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
2. Teori pengaruh lingkungan, menurut teori ini pemimpin itu dibentuk karena
lingkungan hidupnya bukan keturunan. Ini berarti setiap anggota mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan.
3. Teori kelompok campuran, menurut teori ini pemimpin itu memiliki bakat yang
dibawa sejak lahir kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan orang lain dalam dalam Ardana, 2008: 90.
Banyak perusahaan, mereka terkenal bukan lain adalah karena memiliki sosok pemimpin yang baik. Bukan hanya seluruh perusahaan, tetapi pemimpin perusahaan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan. Bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan atau keberlangsungan
perusahaan itu sendiri. Upaya untuk melihat sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang
dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
Sementara itu menurut Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat pemimpin yaitu sebagai berikut:
1. Energi jasmani dan mental Physical and nervous energy
Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang
tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan- kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kerja, kesabaran,
ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah A sense of purpose and direction
Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan. Mengetahui kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan
manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.
3. Antusiasme Enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar
Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan
menimbulkan semangat serta esprit de corps, semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota
kelompok.
4. Keramahan dan kecintaan Friendlinessan affection
Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin
membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih-sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.
Sedang kerah tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut.
Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan kesediaan untuk menerima pengaruh pemimpin untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama, mencapai satu
sasaran tertentu.
5. Integritas Integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati
Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh barsatu, berjiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu
perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi
semakin percaya dan menghormat pemimpinnya. Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan,
agar dia dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
6. Penguasaan teknis Technical mastery
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Serta
memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga
manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan Decisiveness
Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya, selanjutnya dia mampu
meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus
menampilkan ketepatan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya.
8. Kecerdasan Intelligence
Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan u ntuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,
menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang
dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.
9. Keterampilan mengajar Teaching skill
Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Di
samping menuntun dan mendidik muridnya dia diharapkan juga menjadi palaksana eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari,
dan menilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, dia juga harus mampu menjadi manajer yang baik.
10. Kepercayaan Faith
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya
secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai Dalam Kartono, 2005: 44-47.
Sementara itu Menurut W.J Reddin dalam artikelnya what kind of manager, dan di sunting oleh Wahjosumidjo menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar yaitu:
- Berorientasikan tugas task orientation
- Berorientasikan hubungan kerja relationship orientation
- Berorientasikan hasil yang efektif effectivess orientation
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe deserter
Sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.
2. Tipe birokrat
Sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.
3. Tipe misionaris
Sifatnya terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. 4.
Tipe developer Sifatnya kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan
baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. 5.
Tipe otokrat Sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.
6. Benevolent autocrat
Sifatnya lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 7.
Tipe compromiser Sifatnya selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan,
berpandangan pendek dan sempit. 8.
Tipe eksekutif Sifatnya bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh,
tekun Dalam Kartono, 2005: 35.
Kemudian agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, seorang pemimpin paling sedikit harus menjalankan 2 fungsi utama yaitu :
1. Fungsi pemecahan masalah : fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan
yaitu memberikan jalan keluar, pendapat dan informasiterhadap masalah yang dihadapi kelompok.
2. Fungsi sosial : fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu
memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuandan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya Kadarman, 2001 : 143.
Selain itu Pemimpin memiliki dua peran penting yaitu:
1. Menyelesaikan tugas adalah tujuan utama dibentuknya kelompok di bawah pemimpin.
Para pemimpin harus memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai. 2.
Menjaga hubungan yang efektif, yaitu hubungan pemimpin dengan anggota kelompoknya maupun hubungan antara anggota kelompok. Suatu hubungan disebut
efektif apabila hubungan tersebut berkontribusi pada penyelesaian tugas. Dalam kaitannya dengan menjaga hubungan yang efektif, pemimpin dibagi dalam dua
ketegori: Pertama, golongan yang memberi perhatian pada semngat kerja dan pencapaian tujuan. Kedua, pemimpin yang memfokuskan perhatian pada individu dan
bagaimana memotivasinya Sunarto, 2007: 23. Sementara menurut Wadsworth 2005 karekteristik seorang pemimpin adalah:
1. Mempunyai kemauan untuk memimpin bukannya mengelola
Memelihara moral yang tinggi diantara pekerja mereka 2.
Menginspirasikan komitmen dan kerja sama tim 3.
Menunjukkan pada saat yang sama, energi,gairah, dan antusiasme 4.
Terfokuskan dan mampu memfokuskan orang yang mereka pimpin 5.
Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme.
2.1.4. Disiplin kerja
Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu disciplina, yang berarti atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Umumnya disiplin yang baik terdapat
apabila karyawan datang ke kantor dengan tepat waktu, apabila mereka mempergunakan peralatan dan perlengkapan dengan teratur dan baik, mereka menghasilkan jumlah dan
kualitas pekerja yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh perusahaan. Karena setiap pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar kebiasaan, dapat dikatakan
bahwa orang yang dilatih dalam kebiasaan yang baik adalah orang yang mempunyai disiplin yang baik Sulastri, 2004.
Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Betapa perlunya menegakkan
disiplin kerja terhadap karyawan Nitisemito, 1981: 199 . Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para pemimpin dalam berkomunikasi dengan karyawannya agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma yang berlaku
Rivai, 2009: 825.
Kemudian Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. Menurut Wahjono 2008: 135 Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu:
preventif dan korektif. 1.
Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan-
penyelewengan dapat dicegah, tujuannya adalah mendorong dan menguatkan disiplin diri.
2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut serta menjaga konsistensi standar kelompok Wahjono, 2008: 135.
Selanjutnya menurut Hasibuan 2007: 44 faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja seseorang karyawan adalah :
1. Seseorang karyawan harus mengerti tujuan dan kemampuannya dalam bekerja.
Tujuan pekerjaanyang dibebankan kepada karyawan yang bersangkutan, agar para karyawan bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Akan tetapi jika pekerjaannya diluar kemampuan karyawan maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan akan rendah.
2. Teladan pemimpin
Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, jujur,adil serta sesuai dengan kata dan perbuatan. Dengan pemimpin yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik.
3. Balas jasa
Balas jasa gaji dan kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
pemimpinpekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan karyawan akan semakin baik juga.
4. Keadilan
Keadilan mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia
yang lainnya. Keadilan dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasaatau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan.
5. Waskat pengawasan melekat adalah tindakan nyata yang paling efektik untuk
mencegahmengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan pretasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali
sistem-sistem yang paling efekfif, serta menciptakan sistem internal control yang baik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
6. Sanksi dan hukuman
Berat atau ringannya sanksi hukum yang diterapkan dalam suatu organisasi, berarti memelihara kedisiplinan karyawan. Karyawan akan takut untuk melanggar peraturan-
peraturan perusahaan dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pemimpin dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan. Pemimpin harus berani dan tegas dalam bertindak untuk menghukum
setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai dengan sanksi hukuman yang diterapkan.
8. Hubungan kemanusian
Pemimpin harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua karyawan.
Unsur-unsur Disiplin kerja anatara lain, menurut Dharma 2003: 397 unsur utama dalam pendisiplinan kerja karyawan yang efektif adalah:
1. Karyawan tahu adanya “ aturan main” disuatu perusahaan tempat ia bekerja dan
memahaminya dengan baik 2.
Pemimpin menerapkan pendekatan pemecahan masalah dalam pendisiplinan,bukan pendekatan yang menghukum
3. Tindakan pendisiplinan dilakukan sesegera mungkin
4. Tindakan pendisiplinan tidak memihak, fair, dan konsiten
5. Adanya tindak lanjut.
Ukuran disiplin kerja bagi karyawan menurut Simanjuntak 1998 dapat ditentukan melalui indikator- indikator berikut:
a. Kehadiharan karyawan sehari-hari kerja
b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja
c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan
d. Menaati peraturan prosedur kerjayang telah ditentukan.
e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan
Purwoko, 2011.
Dengan adanya disiplin kerja dapat diharapkan bahwa pekerjaan akan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin untuk menegakkan disiplin kerja. Untuk lebih
mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam rangka disiplin kerja perlu adanya teladan
pemimpin. Karena teladan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan disiplin kerja, sebab pemimpin merupakan suatu anutan dan sorotan kepada
bawahan.
Adapun macam-macam disiplin kerja yaitu: a.
Disiplin diri Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri.
Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin
diri karyawan merasa bertanggung jawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan perusahaan atau organisasi. Disiplin diri ini merupakan proses belajar
dari keluarga dan masyarakat. b.
Disiplin kelompok Di dalam kelompok kerja memiliki standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh
perusahaan atau organisasi. Hal itu berarti setiap karyawan akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Maka disiplin kelompok tercapai
apabila disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan, yang artinya, kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing kelompok dapat
memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya Helmi, 1996.
2.2. Kerangka konsep
Teori yang dijadikan landasan dalam kerangka teori harus dapat menghasilkan beberapa konsep. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dalam mengantar penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 1995: 33. Kerangka konsep yang
dapat dikemukakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1.
Variabel bebas X Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menenntukan atau
mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat Nawawi, 1995: 57.
variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemimpin 2.
Variabel terikat Y Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
Bungin, 2011: 72. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Disiplin Kerja 3.
Karakteristik responden: jenis kelamin, masa bekerja, usia.
2.3. Model Teoritis