Induksi Pembungaan Dengan Pemberian Paclobutrazol

34 jeruk jambu dan banyak tanaman buah lainnya. Dimana kadar air media yang rendah merupakan salah satu cara untuk menginduksi pembungaan. Panjang tangkai spika berbeda nyata antar media yang dapat menginduksi bunga. Perlakuan media dengan kapasitas lapang yaitu 48-49 mempunyai panjang tangkai spika mencapai 13.35 cm karena bunga terinduksi tidak langsung dari rimpang tetapi terbentuk tunas vegetatif terlebih dahulu. Waktu yang dibutuhkan untuk terinduksi juga lebih lama. Pada perlakuan kadar air media 45-46, spika yang terbentuk dalam waktu yang lebih pendek. Tabel 3 Pengaruh kadar air media terhadap waktu bunga teridentifikasi, jumlah bunga dan jumlah rumpun yang berbunga KAM Waktu spika teridentifikasi MSP Jumlah spikarumpun Jumlah rumpun yang berbunga Panjang tangkai spika cm 48-49 9.62 0.35 1 13.35 a 45-46 8.3 0.6 0.25 3.83 b 42-43 0 c 39-40 0 c 36-37 0 c 33-34 0 c

2. Induksi Pembungaan Dengan Pemberian Paclobutrazol

Pertumbuhan tanaman dan produksi Data pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah tunas. Perlakuan paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sampai akhir pengamatan 14 MSP. Tinggi tanaman cenderung meningkat sampai 10 MSP dan kemudian menurun. Walaupun tinggi tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan tetapi penambahan tinggi tanaman antar perlakuan berbeda, semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol yang diberikan semakin rendah laju pertumbuhan tinggi tanaman Gambar 6. 35 Gambar 6. Tinggi tanaman pada konsentrasi paclobutrazol yang berbeda Keterangan : Garis vertikal merupakan batas pemberian aplikasi perlakuan MSP : minggu setelah perlakuan, BST : bulan setelah tanam. Pada perlakuan tanpa penambahan paclobutrazol kontrol terjadi penambahan tinggi tanaman tertinggi sampai 19.32 cm dibandingkan perlakuan lainnya. Penambahan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan paclobutrazol 100 ppm yaitu 14.27 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan dosis yang berbeda belum menghambat tinggi tanaman tetapi memperlambat tinggi tanaman. Paclobutrazol merupakan zat penghambat pertumbuhan vegetatif, hal tersebut tercapai apabila konsentrasi aplikasi retardan sesuai, adakalanya penambahan paclobutrazol meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun dan jumlah cabang. Pengamatan sampai 14 MSP menunjukkan bahwa tanaman jahe belum mengalami luruh walaupun tanaman sudah berumur 7.5 bulan, dapat dilihat dari tinggi tanaman yang masih tinggi. Yadafa 2001 menyatakan bahwa menambahan paclobutrazol 50 dan 100 ppm dapat meningkatkan tinggi tanaman Physalis peruviana L. Menurut Thohirah 2005, penambahan paclobutrazol 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm pada Zingiberaceae Curcuma alistifolia dapat menurunkan tinggi tanaman secara nyata antar perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol yang diberikan semakin pendek tanaman yang dihasilkan. Diameter batang tidak berbeda nyata antar perlakuan dari awal aplikasi paclobutrazol sampai akhir pengamatan Gambar 7. Pertambahan diameter 36 batang tetap terjadi sampai 4 MSP setelah itu mengalami penurunan. Penambahan diameter batang tersebut terdapat pada semua perlakuan dan tidak berbeda nyata dengan tanpa aplikasi paclobutrazol. Hal tersebut diduga karena pertumbuhan vegetatif sudah mulai melambat, sehingga tidak terjadi penambahan pada diameter batang. Terjadinya penurunan diameter batang disebabkan oleh mengeringnya lapisan terluar batang semu Diameter batang pada 14 MSP mengalami penurunan dibandingkan awal pengamatan kecuali pada kontrol. Gambar 7. Diameter batang pada kosentrasi paclobutrazol yang berbeda Keterangan : Garis vertikal merupakan batas pemberian aplikasi perlakuan MSP : minggu setelah perlakuan, BST : bulan setelah tanam. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas antar perlakuan sampai 14 MSP Gambar 8. Jumlah tunas mengalami kenaikan dari awal pengamatan sampai 6 MSP. Jumlah tunas terbanyak cenderung terjadi pada 6 MSP pada semua perlakuan dan setelah itu mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi pada saat telah dilakukan 4 kali aplikasi penambahan paclobutrazol. Diduga pemberian paclobutrazol mulai berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif yaitu dengan memperlambat tumbuhnya tunas baru. 37 Gambar 8. Jumlah tunas pada kosentrasi paclobutrazol yang berbeda Keterangan : Garis vertikal merupakan batas pemberian aplikasi perlakuan MSP : minggu setelah perlakuan, BST : bulan setelah tanam. Berkurangnya tunas pada 8 MSP sampai akhir pengamatan disebabkan oleh penambahan paclobutrazol yang menghambat pertumbuhan tunas baru dan pengaruh lingkungan rumah kaca terutama suhu. Pada tabel lampiran 1 dapat dilihat bahwa suhu pada rumah kaca cukup tinggi yaitu mencapai 35.48 C pada pk 12.00, sehingga tunas-tunas yang baru tumbuh mengalami kekeringan. Sampai akhir pengamatan 14 MSP jumlah tunas masih cukup tinggi, tertinggi pada perlakuan kontrol dan yang terendah pada perlakuan 100 ppm. Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun sebelum aplikasi paclobutrazol tidak berbeda nyata antar perlakuan demikian juga pada akhir perlakuan. Luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol, sedangkan pemberian paclobutrazol menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan mempunyai kecendrungan luas daun semakin kecil pada akhir pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan dengan pemberian paclobutrazol, tetapi belum menyebabkan pertumbuhannya terganggu. Paclobutrazol merupakan zat penghambat pertumbuhan dimana dalam kondisi yang tepat dapat menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau pada daun tanpa menyebabkan pertumbuhan 38 tanaman menjadi abnormal. Weaver dalam Mursal 2004 menyatakan bahwa paclobutrazol diserap oleh tanaman melalui daun, akar atau pembuluh batang, kemudian akan ditranslokasikan ke bagian lain. Pada meristem sub apikal senyawa ini akan menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif. Thohirah et al. 2005 melakukan penelitian mengenai pemberian konsentrasi paclobutrazol yang berbeda pada Curcuma roscoeana menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi paclobutrazol yang diberikan akan menurunkan luas daun. Tabel 4. Pengaruh paclobutrazol terhadap luas daun cm 2 pada awal dan akhir perlakuan Konsentrasi PerlakuanP Luas daun cm 2 Awal perlakuan 4 BST Akhir perlakuan 6.5 BST 41.79 22.14 P1 41.57 19.68 P2 44.49 21.07 P3 37.27 20.37 P4 40.07 20.31 P5 40.72 19.73 KK 10.83 13.06 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf ά =0.05 Perlakuan penambahan paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap produksi rimpang berat rimpang dan tebal rimpang yang dihasilkan saat panen pada dengan umur jahe 9 BST. Berat rimpang tertinggi didapatkan pada perlakuan aplikasi paclobutrazol 80 ppm Tabel 5, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan 20 ppm. Data tersebut menunjukkan tidak adanya kecendrungan terhadap berat rimpang yang dihasilkan. Terjadinya perbedaan berat rimpang pada perlakuan disebabkan oleh adanya rimpang yang keropos karena terkena serangan lalat rimpang sehingga kesulitan untuk menyimpulkan pengaruh perlakuan penambahan paclobutrazol terhadap produksi rimpang pada saat jahe berumur 9 BST Lampiran 5. Rosita et al. 1993 menyatakan penambahan 39 paclobutrazol 250 ppm dan 500 ppm tidak berpengaruh terhadap produksi rimpang kunyit yang dipanen pada saat 6 BST. Tabel 5 Pengaruh paclobutrazol terhadap produksi rimpang berat rimpang , tebal rimpang dan kadar air rimpang. Konsentrasi Perlakuan Berat rimpang g Tebal rimpang mm Kadar air rimpang P0 520 ab 24,90 a 83.35 cd P1 359.59 b 26.05 a 84.18 bcd P2 450.21 ab 25.39 a 87.14 ab P3 508.75 ab 25.22 a 85.31 abc P4 565 a 23.92 a 88.72 a P5 409 ab 24.33 a 81.27 d KK 23.25 8.45 2,14 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf ά =0.05 Serangan lalat rimpang tersebut biasanya terjadi pada rimpang yang tidak tertutup tanah. Januwati et al. 1991 menyatakan bahwa tanaman jahe dapat terserang lalat rimpang Mimegralla coerulifrons setelah tanaman berumur 5 bulan pada saat rimpang sudah terbentuk. Rimpang akan rusak, tetapi kulit rimpang terlihat seperti utuh, sementara bagian dalamnya sudah rusak keropos. Tebal rimpang tidak berbeda nyata antar perlakuan Tabel 5. Pemberian paclobutrazol yang berbeda tidak mempengaruhi ketebalan rimpang jahe. Hal tersebut sama halnya dengan parameter pertumbuhan yang lainnya dimana tidak secara nyata mempengaruhi pertumbuhan. Pemberian pacobutrazol 20-100 ppm belum menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman jahe. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Pinto et al 2006 yang menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol 35 ppm pada Curcuma alismatifolia tulip thai dapat mengurangi tinggi tanaman, memperkecil daun dan memperpendek tangkai bunga tanpa mempengaruhi panjang perbungaan dan menunda siklus produksi. Kadar air rimpang antar konsentrasi paclobutrazol tidak menunjukkan kecendrungan, kadar air tertinggi didapatkan pada perlakuan paclobutrazol 80 ppm dan yang terendah pada paclobutrazol 100 ppm. Hal tersebut terjadi bukan 40 disebabkan oleh pengaruh paclobutrazol yang diberikan, diduga karena kondisi tanaman di lapang, dimana tanaman yang lebih awal luruh dan belum muncul tunas baru kembali akan mempunyai kadar air yang rendah. Tanaman yang mengalami luruh lebih awal yang dipengaruhi oleh kondisi tanaman sendiri bersifat kondisional. Berdasarkan pengamatan di lapang pada 9 BST ditemukan rumpun yang telah mempunyai tunas baru pada saat panen sehingga pada saat pengamatan kadar air rimpang dilaksanakan tunas-tunas baru cenderung untuk mempunyai kadar air yang tinggi pada rimpangnya, karena rimpang jahe yang bertunas menjadi muda kembali dan tentu saja mengandung kadar air yang tinggi. Selain itu tidak adanya trend dalam kadar air rimpang bisa juga disebabkan karena ketidak seragaman dalam pengambilan sampel untuk pengujian kadar air rimpang. Rosita et.al 2006 menyatakan bahwa penggunaan macam benih jahe tunas ke- 1, tunas ke-2, tunas-3 dan tunas ke-4 akan mempengaruhi produksi rimpang jahe. Pembungaan Respon pembungaan yang diamati adalah waktu awal munculnya spika, akhir munculnya spika, jumlah spika yang terbentuk per rumpun dan panjang tangkai spika. Awal dan akhir munculnya bunga Awal munculnya spika dipengaruhi oleh konsentrasi paclobutrazol yang diberikan pada tanaman Tabel 6 Spika yang paling awal muncul didapatkan pada perlakuan paclubutrazol 100 ppm, yang berbeda nyata dengan perlakuan paclobutrazol 40 ppm. Awal munculnya spika belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada paclobutrazol dengan konsentrasi yang lain. Spika terakhir muncul pada perlakuan paclobutrazol 100 ppm dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol tanpa penambahan paclobutrazol, tetapi penambahan paclobutrazol konsentrasi lainnya belum menunjukkan perbedaan yang nyata. Spika pertama pada perlakuan paclobutrazol 100 ppm muncul pada 6.33 MSP, hal itu terjadi pada saat aplikasi paclobutrazol telah dilakukan 3 kali. Terjadinya inisiasi bunga tersebut diduga setelah aplikasi paclobutrazol 2 kali, sedangkan pada perlakuan yang lain insiasi bunga terjadi setelah aplikasi 41 paclobutrazol 3 kali. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol konsentrasi 100 ppm mampu menginduksi bunga lebih awal dan waktu pembungaan yang lebih panjang dibandingkan perlakuan yang lainnya. Hasil penelitian Banko dan Birr 1999; Burnett et al., 2000 menunjukkan bahwa penambahan paclobutrazol dapat mempercepat munculnya bunga dan meningkatkan jumlah bunga bawang. Tabel 6 Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap waktu munculnya spika Konsentrasi Perlakuan Awal muncul Spika MSP Akhir Muncul Spika MSP Lama fase pemunculan spika MSP P0 7.33 ab 8.00 b 0.7 P1 7.00 ab 10.00 ab 3.0 P2 7.66 a 9.66 ab 2.0 P3 7.00 ab 9.66 ab 2.7 P4 7.33 ab 9.33 ab 2.0 P5 6.33 b 10.66 a 4.4 KK 7.1 11.56 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf ά =0.05 MSP = Minggu Setelah Perlakuan data tidak diolah Paclobutrazol merupakan zat penghambat tumbuh yang banyak diberikan pada tanaman, diharapkan zat ini dapat memicu munculnya bunga tidak pada waktunya atau munculnya bunga lebih dini dibandingkan jika tanaman tumbuh secara alami. Paclobutrazol diharapkan dapat mengalihkan pertumbuhan vegetatif menjadi pertumbuhan generatif. Hasil penelitian Thohirah et.al 2005 pada tanaman Curcuma roscoeana menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol 20 ppm dan 40 ppm belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap munculnya spika. Jumlah Spikarumpun Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga per rumpun jahe secara statistik. Jumlah bunga per rumpun yang paling banyak 42 didapatkan pada perlakuan penambahan paclobutrazol konsentrasi 100 ppm yaitu 3.4. Tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan walaupun nilai tengahnya jauh berbeda karena sampel yang berbunga tidak seragam, yang dapat dilihat dari koefisien keragamannya yang cukup tinggi. Tabel 7 Pengaruh konsentrasi paclobutrazol terhadap jumlah spika per rumpun dan panjang spika Konsentrasi Spikarumpun Panjang tangkai spika cm P0 1.53 a 7.40 a P1 1.73 a 7.03 a P2 1.46 a 8.11 a P3 2.06 a 7.70 a P4 1.80 a 6.86 a P5 3.40 a 8.43 a KK 17.43 21.32 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf ά =0.05 Sampel yang posisinya di tengah rumah kaca cenderung bunganya sedikit dibandingkan sampel yang posisinya di pinggir. Suhu disekitar tanaman yang berada di tengah lebih tinggi dibandingkan suhu disekitar tanaman yang berada di pinggir, sehingga mengganggu inisiasi bunga yang telah terjadi untuk berkembang ke tingkat yang lanjut sehingga menyebabkan tunas generatifnya tidak berkembang mati. Hal ini dapat diamati juga dari pertumbuhan vegetatif tanaman yang posisinya di tengah banyak yang daunnya mengering pada bagian pinggirnya. Panjang Tangkai Spika Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai spika Tabel 7. Perlakuan pemberian paclobutrazol 100 ppm menunjukkan panjang tangkai spika sampai 8.43 cm, paling panjang dibandingkan panjang tangkai spika pada perlakuan yang lainnya. Spika yang terbentuk pada pemberian paclobutrazol 100 ppm 43 diantarnya berasal dari peralihan tunas vegetatif bukan merupakan spika yang tumbuh langsung dari rimpang seprti biasanya. Hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas bunga jahe, karena bunga jahe tidak dimanfaatkan sebagai jahe hias yang harus kelihatan kompak yaitu dengan tangkai bunga yang pendek. Penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh Thohirah et.al 2005 pada tanaman Curcuma alismatifolia bahwa pemberian paclobutrazol 20 – 100 ppm dapat memendekkan tangkai bunga, semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol yang diberikan semakin pendek tangkai bunga. Biologi Bunga Jahe Putih Besar Zingiber officinale Rosc