Beban Mati Beban Hidup

14 Pembebanan Terhadap Pipa Saluran tersier pipa yang ditempatkan di bawah jalan usahatani akan mengalami pembebanan akibat beban yang ada di atasnya. Beban-beban tersebut adalah seperti berikut :

1. Beban Mati

Beban mati akibat berat sendiri tanah timbunan atau pembebanan arah vertikal, menurut teori Marston-Spangler dapat dihitung dengan rumus : PM = γ H Bc Ke ........................................................................................ 18 dimana : PM = Beban mati total per-unit panjang kgm. γ = Berat isi tanah kgm³. H = Tinggi timbunan di atas puncak pipa m. Bc = Diameter pipa m. Ke = Koefisien tekanan tanah pada kondisi perletakan pipa tergantung faktor rasio penurunan atau rsd, jika pipa diletakkan pada batuan atau tanah keras, maka rsd = 1 Jika pipa diletakan pada tanah teguh, maka rsd = 0.8 – 1.5 Dan jika diletakkan pada tanah biasa, maka rsd= 0.5 – 0 Pembebanan arah horizontal dapat diabaikan karena pada umumnya relatif kecil.

2. Beban Hidup

Beban hidup adalah beban bergerak atau kendaraan yang ada di atas jalan usahatani. Boussinesq dan Newmark menyatakan beban hidup untuk beban terpusat dipermukaan adalah sbb PH = Q Cb H² ........................................................................................... 19 dimana : PH = Beban hidup rata-rata lalu-lintas pada tepi atas pipa kgm Q = Beban roda terpusat di permukaan jalan kg Cb = Koefisien Boussinesq lihat pada Gambar 7 koefisien Bussinesq H = Tinggi timbunan di atas puncak pipa m Gambar 7 Koefisien Boussinesq 15 Beban vertikal kombinasi beban mati dan beban hidup yang diterima puncak pipa adalah : Pk = Cp PM + PH................................................................................... 20 dimana : Pk = Beban kombinasi yang bekerja pada pipa Cp = Koefisien reduksi, untuk struktur kaku Cp = 2 dan untuk struktur lentur lebih kecil dari Gambar 8 Koefisien transfer Cp untuk pipa lentur 16 3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan pertanian milik Institut Pertanian Bogor di Desa Cikarawang Bogor Gambar 9, sedangkan pengujian karakteristik tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, Institut Pertanian Bogor. . Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Oktober 2011. Gambar 9 Lokasi penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah yang berasal dari Pengembangan model lahan pertanian Institut Pertanian Bogor di desa Cikarawang Bogor dan pipa PVC berukuran 6 inci. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. pengambil contoh tanah. 2. pengukur kadar air. 3. pengukur berat jenis. 4. saringan pengukur butir tanah. 5. penguji konsistensi tanah. 6. pengujian kompaksiproktor standar . 7. penguji California Bearing Ratio CBR. 8. Universal Testing Machine UTM. 9. Dynamic Cone Penetrometer DCP. Alat pemadatan tanah timbunan yang digunakan pada proses pembuatan prototipe jalan usahatani di lapangan adalah Model Tamping Rammer MT 75 H Gambar 10, dengan spesifikasi alat seperti terlihat pada Tabel 6. 17 Tabel 6 Spesifikasi Model Tamping Rammer MT 75 H Model MT-75H Tinggi Lebar Panjang Telapak Tumbukanmenit Gaya tumbukan Berat sendiri 1010 mm 390 mm 710 mm 285 mm x 340 mm 690 1300 kgtumbukan 64 kg Gambar 10 Alat pemadat tanah Model Tamping Rammer MT 75 H Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan seperti yang ditampilkan pada Gambar 11. Gambar 11 Skema penelitian Kriteria Desain Konstruksi Jalan Usahatani Di Petakan Tersier Lahan Sawah: 1. Spesifikasi Kendaraan Alat Angkut yang Direncanakan. 2. Kriteria Jalan Usahatani. 3. Kriteria Saluran Tersier Pengujian Tekan Pipa PVC. 4. Karakteristik Tanah Dasar Subgrade Jalan Usahatani Pengujian Karakteristik Tanah Bahan Timbunan. Mulai Desain Jalan Usahatani Di Petakan Tersier Lahan Sawah Selesai 18 Desain Jalan Usahatani yang Terintegrasi dengan Saluran Tersier Lahan Sawah

1. Spesifikasi Kendaraan atau Alat Angkut yang Direncanakan