22 b.
Berat Isi Kering ρ
d
ρ
d
= W
t
100 100
......................................................................................... 32
c. Berat Isi Jenuh
ρ
sat
ρ
sat
= .
100 1
1 2
W Gs
m m
............................................................................... 33 d. Berat Isi Kering Zero Air Void
ρ
dzav
ρ
dZAV
= GsW
w Gs
1
................................................................................. 34
dimana : m
1
= Berat cetakan dan piringan dasar, kg
m
2
= Berat tanah padat, cetakan dan piringan dasar, kg
v = Kapasitas cetakan, cm
3
Gs = Specific Gravity
W = Kadar air
5. California Bearing Ratio CBR
Pengujian CBR rendaman menggunakan metoda JIS A-1211. Untuk
pengambilan contoh tanah pada pengujian ini pada kedalaman 0 – 110 cm yang disesuaikan dengan pengambilan contoh tanah di lokasi untuk bahan tanah dasar
Subgrade. Nilai CBR merupakan ukuran daya dukung tanah yang dipadatkan
dengan daya pemadatan tertentu dan kadar air tertentu dibandingkan dengan beban standard pada batu pecah. Dengan demikian besaran CBR adalah
prosentase atau perbandingan antara daya dukung tanah yang diteliti dibandingkan dengani daya dukung batu pecah standard pada nilai penetrasi yang
sama 0.1 inc dan 0.2 inci.
CBR laboratorium diukur dalam 2 kondisi, yaitu pada kondisi tidak terendam disebut CBR Unsoaked dan pada konsisi terendam atau disebut CBR
Soaked, pada umumnya nilai CBR Soaked lebih rendah dari CBR Unsoaked.
Namun demikian kondisi Soaked adalah kondisi yang sering dialami di lapangan, sehingga di dalam perhitungan konstruksi bangunan, nilai CBR Soaked yang
dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam kenyataannya air selalu mempengaruhi konstruksi bangunan atau jalan. Langkah kerja pengujian CBR
rendaman dapat dilihat pada lampiran 7. 6. Pipa PVC
Pengujian pipa PVC mengacu kepada standar AASHTO T 280 American Association of State Highway and Transportation Officials
. Pengujian ini untuk mendapatkan kekuatan maksimum gaya tekan tegak lurus pipa terhadap panjang
pipa, dimana benda uji pada kondisi elastis, dengan pengertian pada saat beban tekan dihilangkan maka benda uji akan kembali ke bentuk semula. Pada Lampiran
8 diperlihatkan langkah pengujian pipa PVC
7. CBR Tanah Dasar di Lapangan dengan Alat DCP
Pengujian ini mengacu kepada SNI 03-4153-1996, ”Metode Pengujian Penetrasi dengan Standard Penetration Tests SPT, dan dari Jurnal Itenas yang
berjudul Penyelidikan Perkerasan Jalan Dengan Alat Dynamic Cone Penetrometer
23 DCP untuk Pemantauan Pelaksanaan, oleh A. Tatang Dachlan. Pada penelitian
ini titik pengambilan contoh diambil sebanyak dua titik. Adapun pengambilan data DCP Dynamic Cone Penetrometer Gambar 5. Perhitungan DCP Dynamic
Cone Penetrom
dimaksudkan untuk mendapatkan nilai CBRCalifornia Bearing Ratio
yang ada dilapangan. Perhitungan CBR California Bearing Ratio dari nilai DCP Dynamic Cone Penetrometer dibagi atas tiga bagian kedalaman,
yaitu bagian A, bagian B dan bagian C.Pada perhitungan CBR California Bearing Ratio
menggunakan rumus dari Transport Road Research TRL, Road Note 8. 1990, konus 60
.
24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah Gs
Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs Spesific Gravity dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam Tabel 7, dan perhitungan secara lengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 7 Nilai berat jenis partikel tanah,Gs
Kedalaman cm 0 – 25
25 – 55 55 – 110
Nilai Berat Jenis Partikel Tanah, Gs Spesific Gravity 2,66 2,73
2,81 Nilai Berat Jenis Partikel Tanah, Gs Spesific Gravity rata-rata 2,73
Nilai Berat jenis partikel tanah dari tiga kedalaman yang ditinjau dan diuji nilainya berbeda, ini disebabkan komposisi kandungan tanah setiap kedalaman
cenderung berbeda. 2. Ukuran Butir Tanah
Pada Gambar 13 diperlihatkan Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman 0 – 25 cm.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0,0001 0,0010
0,0100 0,1000
1,0000
D mm L
o lo
s
Analisa Ayak Analisa Hidrometer
Gambar 13 Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman tanah 0 – 25 cm
Pada Gambar 14 diperlihatkan Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman 25- 55 cm.
25
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0,0001 0,0010
0,0100 0,1000
1,0000
D mm Lol
o s
Analisa Ayak Analisa Hidrometer
Gambar 14 Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman tanah 25 – 55 cm
Pada Gambar 15 diperlihatkan Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman 55-110 cm.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0,0001 0,0010
0,0100 0,1000
1,0000
D mm Lol
o s
Analisa Ayak Analisa Hidrometer
Gambar 15 Kurva distribusi partikel contoh tanah pada kedalaman tanah 5 – 110 cm
Dari Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15 diperoleh nilai-nilai koefisien keseragaman dan koefisien gradasi Tabel 8.
Tabel 8 Koefisien keseragaman dan koefisien gradasi
Kedalaman cm 0-25
25-55 55-110
Ukuran maksimum dari sampel 10, d
10
mm 0.0014
0.003 0.001
Ukuran maksimum dari sampel 30, d
30
mm 0.005
0.007 0.005
Ukuran maksimum dari sampel 60, d
60
mm 0.02 0.03 0.03 Koefisien keseragaman, C
u
=d
60
d
10
14.3 10.0 30.0 Koefisien gradasi, C
c
=d
30 2
d
60
d
10
0.89 0.54 0.83 Katagori tanah
Bergradasi baik
26 Mengenai perincian perhitungan ukuran butir tanah dapat dilihat pada
Lampiran 2. 3. Konsistensi Tanah Batas Cair dan Batas Plastis
Konsistensi batas cair dan batas plastis dari kedalaman tanah 0-25 cm, 25- 55 cm dan 55-110 cm disajikan dalam Tabel 9. Perhitungan konsistensi tanah
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan pada Lampiran 4 ditampilkan grafik batas cairnya.
Tabel 9 Konsistensi batas cair dan batas plastis
Kedalaman cm Kadar Air
0 - 25 25 - 55
55 - 110 Batas Cair , LL
78,85 72,95
78,71 Batas Plastis , PL
50,23 44,73
42,76 Indek Plastik , IP
28,62 28,22
35,95
Nilai konsistensi tanah pada Tabel 9 kemudian dimasukkan dalam Grafik plastisitas untuk klasifikasi tanah Das, 1994 Lampiran 5. Hasilnya
menunjukkan bahwa tanah untuk subgrade termasuk pada klasifikasi A-7-5 yaitu kelompok jenis tanah lanau dan lempung.
4. Kompaksi Pemadatan Tanah