penampakan objek. Media embedding yang sejenis dengan gelatin adalah agar dan polycrylamide.
Paraffin embedding merupakan suatu metode yang paling umum digunakan. Metode ini banyak digunakan karena lebih mudah dan lebih cepat
serta material kering dapat disimpan lebih lama. Nitrocellulose embedding merupakan metode embedding yang menggunakan padatan dengan nama
celloidin, parlodion, necolloidin , dan low-viscosity nitrocellulose. Larutan
nitrocellulose ditempatkan pada botol dengan tutup memutar. Larutan ini
merupakan larutan yang mudah terbakar. Biasanya larutan ini dicampurkan dengan volume yang sama dengan etanol dan dietil eter Kiernan 1985.
Pembuatan preparat embedding juga dapat dilakukan dengan menggunakan double embedding. Metode ini menggunakan kombinasi
nitrocellulose dan lilin cair yang digunakan pada objek yang mengandung
jaringan keras dan lunak. Metode embedding dengan plastik resin merupakan metode embedding yang digunakan untuk mikroskop elektron. Prinsip pembuatan
preparat dengan metode ini sederhana, dimana objek diinfiltrasi dengan monomer reaktif molekul kecil dimana polymerized membentuk plastik molekul besar.
Bahan resin lebih keras dibandingkan dengan lilin atau nitrocellulose, sehingga memungkinkan memotong lebih tipis dengan mikroskop elektron Kiernan 1985.
2.5 Pembuatan Preparat dengan Metode Parafin
Proses pembuatan preparat dengan metode parafin terdiri dari beberapa tahap yaitu fiksasi, pencucian, dehidrasi, infiltrasi, embedding, pengirisan,
penempelan, pewarnaan, dan penutupan. Tahap fiksasi dilakukan agar jaringan tidak membusuk dan untuk mempertahankan struktur jaringan. Formalin-aceto-
alcohol digunakan sebagai bahan yang memberikan fiksasi sempurna yang
dilanjutkan dengan pencucian dan dehidrasi. Proses pencucian dilakukan untuk menghilangkan reagen yang masih ada pada obyek. Cairan yang digunakan dalam
proses pencucian ini tergantung pada reagen yang digunakan sebelumnya. Hampir semua larutan pengencer terutama yang mengandung chromic acid dapat dicuci
dengan air, jika proses pencucian dengan air mengalir sulit dilakukan dapat dilakukan dengan air dalam jumlah besar dan dikerjakan berulang kali. Apabila
air yang digunakan terlalu banyak mengandung udara, maka harus dilakukan proses penguapan dengan pemanasan atau menggunakan suction pump. Proses
pencucian dengan menggunakan larutan jumlahnya harus sama dengan larutan fiksasi Johansen 1940.
Tahap dehidrasi pada proses pembuatan preparat dengan metode parafin merupakan tahap pengambilan air dari jaringan. Jika pencucian dilakukan dengan
air maka dehidrasi dilakukan dengan 5 etanol pada air dan diteruskan dengan 11, 18, dan 30 etanol kemudian direndam setiap dua jam pada masing-masing
larutan. Jika pencucian dilakukan dengan alkohol diatas 70 maka harus menggunakan xilol, kloroform, atau larutan essensial setelah
proses dehidrasi pertama yang diikuti dengan alkohol absolut Johansen 1940. Komposisi larutan yang digunakan untuk proses dehidrasi dapat dilihat pada
Tabel 1. Tabel 1. Komposisi larutan tahap dehidrasi pada proses pembuatan preparat
dengan metode paraffin Persentasi alkohol pada larutan
50 70
85 95
100 Air
50 30 15 - -
Etanol 95 40
50 50
45 -
Tertier butil alkohol 10
20 35
55 75
Etanol 100
- - - - 25
Sumber: Johansen 1940
Tahap dehidrasi selesai dilanjutkan dengan infiltrasi. Tahap ini merupakan proses transfer butil alkohol ke parafin. Bahan ditransfer untuk campuran yang
sama pada minyak parafin dan tertier butil alkohol dilakukan selama 1 jam. Botol kecil diisi 34 cairan parowax dan didiamkan sampai cairan tersebut mulai
mengeras namun jangan sampai membeku. Setelah obyek terendam campuran minyak paraffin, parowax, dan alkohol diganti dengan cairan yang baru.
Pergantian cairan parafin yang baru dilakukan tiap 6 jam sekali sebanyak 3 kali Johansen 1940.
Proses penanaman dikerjakan dengan memasukkan obyek dalam parafin cair ke dalam kotakcetakan dan dibiarkan dalam air selama setengah jam sampai
dingin. Jika pendinginan parafin terlalu lambat maka akan terbentuk kristal yang meyebabkan cetakan bercak putih dan tidak dapat dilakukan pengirisan. Proses
penanaman selesai dan parafin telah dingin dan keras, akan dilakukan proses
pengirisan yang merupakan pembuatan sayatan atau pita dari blok parafin yang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom. Setelah itu dilakukan proses
penempelan pita yang telah dipotong ke dalam gelas obyek dan diberi beberapa tetes air Johansen 1940.
Tahap selanjutnya adalah pewarnaan yang merupakan proses pemberian warna pada gelas obyek. Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam melihat
jaringan pada tumbuhan. Pewarnaan ini dapat menggunakan satu pewarna atau beberapa kombinasi warna disesuaikan dengan tujuan pengamatan. Sebagai
contoh apabila pewarnaan ditujukan untuk melihat selulosa pada dinding sel maka dapat digunakan aniline blue, fast green CFC, light green, dan congo red. Untuk
melihat protein dapat digunakan safranin, sedangkan lemak menggunakan sudan III dan lain-lain Kiernan 1985. Sebelum pewarnaan ini dilakukan, parafin harus
dihilangkan terlebih dahulu dari obyek. Untuk proses ini dapat digunakan xilol dan campuran xilol dengan etanol. Sebelum diberi pewarna gelas preparat dibilas
terlebih dahulu dengan akuades kemudian dicelupkan ke dalam pewarna sesuai dengan tujuan pewarnaan. Setelah pencelupan dalam larutan pewarna selesai
dilakukan dehidrasi dengan alkohol 35, 70, dan 95 lalu ditutup dengan perekat seperti entelan canada balsam dan dilanjutkan dengan coverslip. Preparat
disimpan dengan suhu dibawah 60
o
C Johansen 1940.
2.6 Kandungan Gizi pada Sayuran