II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sistem Ekskresi dan Pencernaan Ikan
II.1.1. Sistem Ekskresi Ikan Alat utama pengeluaran pada ikan adalah ginjal, kulit, dan insang. Ginjal
ikan berwarna cokelat dan bentuknya memanjang. Pengeluaran zat dari ginjal umumnya bermuara di kloaka. Namun, pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas,
pengeluaran tersebut bermuara di saluran urogenital. Saluran urogenital merupakan tempat bersatunya saluran ginjal dengan saluran kelenjar kelamin di
belakang anus Herlina, 2000.
Gambar 2.1. Sistem ekskresi pada ikan II.1.2. Sistem Pencernaan Ikan
Salah satu contoh ikan adalah ikan mas Cyprinus carpio. Saluran pencernaan ikan mas terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.
Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi dan lidah. Ikan mas tidak memiliki kelenjar ludah, tetapi
memiliki kelenjar lendir yang berguna untuk membantu menelan makanan. Pada proses pencernaan, makanan dari rongga mulut masuk ke
kerongkongan dan selanjutnya ke lambung. Dari lambung, makanan masuk ke usus. Di usus bermuara cairan empedu yang membantu proses pencernaan. Di
usus halus, sari-sari makanan diserap dan selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikeluarkan melalui
anus Mikrajuddi et al., 1998.
Gambar 2.2. Sistem pencernaan pada ikan
II.2. Kegiatan Pemberokan Ikan
II.2.1. Pemberokan Ikan yang baru ditangkap dari perairan umum hasil budidaya sistem jala
apungkerambahampang pada umumnya masih kotor dan berbau lumpur ataupun kotoran-kotoran lainnya yang ada di perairan. Keadaan ini dapat menyebabkan
konsumen kurang menyukai. Oleh karena itu, ikan yang telah dipanen harus dibersihkan dari segala kotoran. Pembersihan ikan yang telah dipanen dapat
dilakukan di dalam bak atau kolam yang airnya bersih dan mengalir selama 3 hari. Setelah bersih dari segala kotoran, ikan diberokan selama 6 jam atau lebih.
Selama pemberokan, ikan tidak diberi makan agar dalam pengangkutan tidak mabuk dan tidak mengeluarkan kotoran terlalu banyak pada bak-bak
pengangkutan. Dengan demikian, pemberokkan dapat mencegah atau mengurangi kematian ikan selama pengangkutan.
Selama dalam bakkolam penampungan, keadaan ikan harus selalu diamati. Jika ada ikan yang sakit atau mati harus segera dipisahkan agar tidak
menular kepada ikan lainnya yang sehat. Jika penampungan ikan yang dilakukan dalam bak yang airnya tidak mengalir, maka bak tersebut harus dilengkapi aerator
untuk menciptakan gelembung-gelembung air. Dengan demikian, udara dapat masuk ke dalam air sehingga kandungan oksigen di dalam air cukup untuk
kehidupan ikan. Di samping itu, aerator juga berfungsi untuk menjaga suhu air tetap rendah Cahyono, 1997.
II.2.2. Kolam Pemberokan Kolam pemberokan berupa kolam tanah atau kolam semen dengan air
yang mengalir sebagai tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Tujuannya agar ikan tidak mengandung kotoran dan tidak berbau lumpur. Tidak ada ukuran
baku untuk kolam pemberokan, yang penting ketinggian air dan luas kolam membuat ikan nyaman untuk hilir mudik.
Gambar 2.3. Kolam Pemberokan Ikan Kolam pemberokan umumnya memiliki saluran pemasukan air, saluran
pengeluaran air, serta pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Gambar 2.4. Saluran pengeluaran air Saluran pemasukan air berfungsi unuk mencegah kekeringan pada kolam
sekaligus menjaga kualitas air kolam. Saluran pengeluaran air berfungsi untuk
menjaga kestabilan ketinggian air dalam kolam. Pintu pemasukkan air berguna untuk menjaring masuknya hewan liar ke dalam kolam. Pintu pembuangan air
berguna untuk menjaga ikan agar tidak hanyut keluar kolam Redaksi Agro Media, 1997.
Gambar 2.5. Pintu pembuangan sistem monik kiri dan sifon kanan
II.3. Konduktivitas