Erosi Kendala Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur menurut lapangan usaha periode tahun 2006- 2010. Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2010 Sumber : BPS Kab. Cianjur Tahun 2010 Angka Perbaikan Angka Sementara

4.11. Erosi

Kerusakan yang timbul karena erosi dapat terjadi di dua tempat yaitu di lokasi erosi sendiri dan ditempat mengendapnya tanah karena erosi. Dampak di tempat kejadian erosi dapat berupa kehilangan lapisan tanah yang kaya akan hara sehingga terjadi penurunan kesuburan tanah. Turunnya kesuburan tanah berakibat turunnya produktivitas tanah, sehingga untuk menghasilkan output yang sama deiperlukan energy yang lebih besar. Akhirnya erosi mengakibatkan pemiskinan petani penggarap dan atau pemilik lahan Arsyad, 2006. Tingkat erosi aktual di Kabupaten Cianjur umumnya berada di bawah 14 tonhatahun. Sedangkan tingkat erosi yang dapat ditoleransikan maksimum mencapai angka 12 tonhatahun. LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 01. Pertanian 8.06 8.01 5.97 5.08 5.33 1.1 Tanaman bahan makanan 7.56 7.53 4.19 5.97 3.81 1.2 Perkebunan 15.50 15.28 14.82 3.21 11.06 1.3 Peternakan 8.08 7.53 8.71 1.39 12.96 1.4 Kehutanan 14.44 14.08 12.89 3.11 21.18 1.5 Perikanan 12.61 13.26 20.33 4.03 6.86 02. Pertambangan dan penggalian 16.96 17.68 17.79 5.23 0,38 03. Industri pengolahan 17.78 19.19 19.42 4.43 12,25 04. Listrik, gas dan air bersih 15.44 16.71 10.96 11.30 11,44 05. Bangunan 15.11 16.27 16.73 6.55 7,84 06. Perdagangan, hotel dan restoran 15.30 15.50 18.22 10.72 19,06 07. Pengangkutan dan komunikasi 22.42 16.97 24.58 2.49 2,70 08. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 13.89 14.54 12.90 1.01 0,54 09. Jasa-jasa 16.78 15.53 20.12 14.02 13,17 Produk Domestik Regional Bruto 12.78 12.45 13.56 7.19 9,66 Gambar 10. Peta Erosi Aktual di Kabupaten Cianjur Sumber:hasil analisis V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Derajat Kesesuaian Metode Boolean dan WLC 5.1.1. Aspek Biofisik Wilayah Sub faktor evaluasi kesesuaian lahan untuk sawah tanaman pangan lahan basahTPLB menunjukkan sebaran kesesuaian lahan secara biofisik dimana untuk lahan sawah sebaran kelas S sesuai dan agak sesuai terdapat di bagian selatan dan utara kabupaten Cianjur serta sebagian lagi terdapat di bagian barat Gambar 11a. Pada metode bolean combination, Kelas S dan diberi nilai 1 dan N diberi nilai 0, sedangkan pada metode WLC kelas S diberi nilai 5 dan dalam hal ini diberi nilai 3 yang keduanya menunjukkan derajat kesesuaian. Sedangkan kelas N tidak sesuai diberi nilai 0. Sub faktor akses lahan ke sumber air dihitung dengan kriteria jarak ke sungai. Hasil analisis menunjukkan nilai jarak terdekat - terjauh ke sungai adalah 20 m – 2000 m Gambar 11b. Derajat kesesuaian pada metode boolean dibatasi dengan memberi nilai 1 untuk nilai =jarak maksimum, sedangkan pada metode WLC dinilai dengan klasifikasi equal interval 5 kelas dengan nilai minimum 20 m dan maksimum 2000 m. Aspek keberlanjutan dapat ditunjukkan salah satunya dengan jumlah erosi aktual A yang lebih kecil dari nilai erosi yang dapat ditoleransi tolerable soil lossTSL. Secara teknis peta area dengan erosi aktual yang lebih kecil dari TSL diperoleh dengan melakukan operasi aritmatika spasial pembagian antara peta erosi aktual Gambar 13a dengan TSL. Jika hasil yang diperoleh ATSL = 1, maka unit pengamatan dianggap sesuai untuk ketersediaan lahan, sebaliknya jika ATSL 1, maka unit pengamatan dianggap tidak sesuai Gambar 13b. Pada metode Boolean derajat kesesuaiannya menjadi 1 ATSL = 1 yang berarti sesuai, sedangkan untuk untuk ATSL 1 nilainya menjadi 0, yang berarti tidak sesuai. Untuk metode WLC derajat kesesuaian diklasifikasikan dengan skala 1-5 pada peta erosi aktual A. a b Gambar 11. Peta Kesesuaian Lahan Sawah a dan Peta Akses Lahan ke Sumber Air b Secara spasial, tingkat erosi aktual yang tinggi tersebar di wilayah dengan bentuk lahan cenderung berbukit bergunung seperti yang pada gambar 12.a direpresentasikan dengan warna merah muda-merah, seperti di kaki gunung gede dan sebagian tersebar di bagian selatan dengan kondisi lahan yang berbukit. Gambar berikut ini menunjukkan grafik sebaran tingkat erosi, dimana erosi aktual dibawah 14 tonhatahun merupakan erosi aktual yang dominan terjadi di Kabupaten Cianjur. Gambar 12. Sebaran Statistik Tingkat Erosi Aktual di Kabupaten Cianjur a b Gambar 13. Peta Erosi Aktual a dan Peta Status Erosi b

5.1.2. Aspek Sosial Ekonomi

Sub faktor penggunaan lahan yang terdiri dari 11 tipe penggunaan lahan, yang memiliki nilai bobot tertinggi 5 adalah sawah dan sawah tadah hujan, sedangkan yang memiliki nilai bobot terendah adalah hutan dan perkebunan. Gambar 14 menunjukkan peta penggunaan lahan dan hasil reklasifikasi-nya berdasarkan kesesuaian terhadap lahan pertanian. Gambar tersebut menunjukkan representasi peta dengan pewarnaan dari hijau – merah yang berarti semakin mendekati warna merah menunjukkan derajat kesesuaian yang semakin rendah. Sebaran penggunaan lahan dengan derajat kesesuaian yang rendah banyak terlihat di bagian selatan yang merupakan daerah dengan tipe penggunaan lahan hutan. Sedangkan warna hijau dibagian Utara, Tengah dan Selatan menunjukkan derajat kesesuaian yang tinggi dimana umunya berupa tipe penggunaan lahan sawah dn sawah tadah hujan. Sub faktor akses lahan ke pasar, dengan asumsi pusat pasar berada di pusat kecamatan dan pusat kota kabupaten, menunjukkan nilai jarak lahan pertanian dengan jarak terjauh kurang lebih 20.5 km. Sub faktor akses lahan pertanian ke jalan dinilai dengan mengukur jarak lahan pertanian dengan jarak terjauh lahan pertanian ke jalan sekitar 7.5 km.

5.1.3. Aspek Legal

Sub faktor RTRW yang memiliki nilai tertinggi 5 adalah pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, sedangkan tipe alokasi yang terendah nilainya 1 diantaranya adalah kawasan perkebunan. Sub faktor perijinan terdiri dari dua, yaitu kawasan hutan dan HGU perkebunan. Untuk kawasan hutan yang diberi nilai tertinggi 5 adalah areal penggunaan lain, sedangkan untuk HGU perkebunan, semuanya diberi nilai 5 kecuali yang telah dilalokasikan untuk perkebunan diberi nilai 0. Kedua data ini kemudian digabungkan menjadi sub faktor perijinan seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Sub faktor tanah adat untuk kabupaten Cianjur tidak ditemukan sehingga dapat diabaikan. Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan dan Statusnya terhadap Ketersediaan Lahan Pertanian

5.2. Kendala

Kendala menunjukkan kondisi yang tidak sesuai bernilai nol untuk semua sub faktor yang ada. Kendala yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah tubuh air danausitusungai dan bangunanpermukiman dari sub faktor penggunaan lahan; kawasan lindung dari sub faktor RTRW, hutan lindung dari sub faktor perijinan kawasan hutan.

5.3. Hasil Analisis AHP untuk Nilai W dari Sub Faktor