UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
setelah anda menerima dengan memberi kese
penggunaan obat, 4 m masalah penggunaan o
pemahaman pasien. Ta tergantung pada guideline
Dari penelitian y persentase pelaksanaan t
menggambarkan hasil da
Gambar 5.3 Persenta
Dari grafik 5.3 te tinggi adalah tahap 1
melaksanakan pelayanan apoteker membuka kom
dan bertanya nama pas pasien dapat menciptak
untuk memberikan inform Tahap 2 memili
dituntut untuk menilai pe
93.00 94.00
95.00 96.00
97.00 98.00
99.00 100.00
hipertensi 98.07
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a terapi obat tersebut?, 3 menggali infomasi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplor
memberikan penjelasan kepada pasien untuk m obat, 5 melakukan verifikasi akhir untuk
Tahapan konseling akan berbeda-beda pada s line yang dianut oleh negara tersebut.
n yang telah dilakukan diperoleh data yang me n tahapan konseling di apotek kota Medan. Berikut
dari penelitian yang telah dilakukan.
ntase pelaksanaan tahapan konseling di apotek kot
5.3 terlihat persentase pelaksanaan tahapan konselin 1 sebesar 100. Pada penelitian ini semua a
nan konseling melakukan tahap 1. Pada tahap 1 s komunikasi dengan mengucapkan salam, memperke
asien. Pembukaan konseling yang baik antara ptakan hubungan baik, sehingga pasien akan me
ormasi tentang pengobatannya Depkes RI, 2006. iliki persentase terkecil yaitu 57,5. Pada taha
i pemahaman pasien melalui three prime questi
si asma
diabetes hiperlipidemia
98.07
95.63 98.75
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asi lebih lanjut plorasi masalah
uk menyelesaikan uk memastikan
a setiap negara
menggambarkan ikut grafik yang
k kota Medan
ling yang paling apoteker yang
1 sebagian besar perkenalkan diri,
ra apoteker dan merasa percaya
, 2006. ahap 2 apoteker
stion. Tahap ini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penting dilakukan sehingga apoteker mengetahui tingkat pengetahuan pasien terhadap terapi pengobatannya dan selanjutnya apoteker dapat menentukan hal-hal yang perlu
disampaikan kepada pasien untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Tahap 3 dan tahap 4 mempunyai nilai persentase yang sama sebesar 77.5.
Pada saat penelitian semua apoteker yang melakukan tahap 3 juga akan melakukan tahap 4. Hal ini disebabkan karena keduanya berkaitan. Pada tahap 3 terjadi proses
diskusi antara apoteker dan pasien untuk mengeksplorasi permasalahan pasien dan pada tahap 4 apoteker memberikan penjelasan terkait permasalahan yang
disampaikan pada tahap 3. Diskusi dalam konseling sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah. Pada sesi ini apoteker dapat
mengetahui berbagai informasi dari pasien tentang masalah potensial yang mungkin terjadi selama pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupun pasien yang
meneruskan pengobatan. Setiap alternatif cara pemecahan maslah juga harus didiskusikan dengan pasien Depkes RI, 2006.
Apoteker yang melakukan tahap 5 sebesar 65. Pada tahap 5 apoteker memastikan apakah informasi yang diberikan selama konseling dapat dipahami
dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien untuk mengulang informasi yang sudah diterima. Sementara itu hanya 35 apoteker yang melakukan
seluruh tahapan konseling. Tabel 5.2 Persentase Jumlah Tahapan Konseling yang Dilakukan Oleh Apoteker
Jumlah Tahapan Konseling yang Dilakukan
Persentase
1 tahapan konseling 15
2 tahapan konseling 2,5
3 tahapan konseling 40
4 tahapan konseling 2,5
5 tahapan konseling 52,5
persentase dihitung dari jumlah apoteker yang bersedia melakukan konseling
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari tabel di atas diketahui bahwa 52,5 apoteker yang bersedia melakukan konseling telah melakukan seluruh tahapan konseling sesuai dengan yang tertera pada
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kefarmasian di apotek.
5.3 Gambaran Penyampaian Isi Konseling di Apotek Kota Medan
Isi konseling adalah hal-hal yang disampaikan terkait obat pada saat konseling. Isi konseling akan bervariasi sesuai dengan kebijakan sistem kesehatan
dan prosedur, lingkungan, dan pengaturan praktek ASHP, 1997. Beberapa pedoman mengenai poin yang akan dibahas saat konseling dengan pasien telah dipublikasikan.
Omnibus Budget Reconciliation Act of 1990 OBRA ’90 menentukan bahwa apoteker harus mendiskussikan setidaknya hal-hal berikut saat konseling dengan
pasien: nama dan deskripsi obat, cara pemakaian, dosis, bentuk sediaan dan durasi pemakaian obat. Selain itu OBRA ’90 juga mengamanatkan kepada apoteker untuk
mendiskusikan tindakan khusus dan pencegahan untuk penyiapan, administrasi dan penggunaan obat oleh pasien, mendiskusikan efek samping atau efek yang parah atau
interaksi dan kontraindikasi yang mungkin terjadi termasuk pantangan dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi, teknik pemantauan terapi obat mandiri,
penyimpanan, informasi pengobatan kembali dan tindakan jika terjadi salah dosis OBRA,1990.
Pelayanan informasi obat PIO merupakan bagian dari isi pembahasan dalam kegiatan koseling. Oleh sebab itu isi konseling yang dibahas dalam penelitian ini
adalah informasi yang harus disampaikan pada PIO yang berasal dari Peraturan Menteri Kesehatan No 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di
Apotek. Isi konseling yang disampaikan oleh apoteker juga dinilai kualitasnya. Kualitas isi konseling bergantung pada ketepatan penyampaian isi konseling.
Semakin banyak isi konseling yang disampaikan dengan tepat maka kualitas penyampaian isi konseling semakin meningkat. Ketepatan tersebut dinilai
berdasarkan informasi yang diperoleh dari literatur.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan pe menggambarkan persent
konseling yang disampa yang menggambarkan ha
Gambar 5.4 Pers Keterangan :
A : Nama obat
B : Indikasi
C : Kontra indikasi
D : Onset obat
E : Rute obat
F : Bentuk sediaan
G : Waktu pengguna
H : Waktu pengguna
I : Jumlah frekuens
J : Jumlah obat seka
K : Jumlah obat yan
L : Efek samping
M : Interaksi obat
N : Makan, minuma
O : Penyimpanan ob
P : Pembuangan ob
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
A B
C 100
76.66
39.12
4.62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penelitian yang telah dilakukan diperoleh entase penyampaian isi konseling dan kualitas pen
paikan oleh apoteker di apotek Kota Medan. B n hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
ersentase isi konseling yang disampaikan oleh apot
kasi
an unaan pagisiangsore
unaan sebelumsesudahsedang makan kuensi pemberian
sekali minum yang diberikan
t numan, dan aktivitas yang harus diihindari
n obat n obat yang terkontaminasi atau yang telah dihentika
D E
F G
H I
J K
L M
N 39.12
4.62 8.75
39.12 100 100 100 100
97.87
26.46 64.58
41.66 21.66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
eh data yang penyampaian isi
n. Berikut grafik
poteker
ntikan.
O P
41.66 21.66
4.58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari grafik di ata disampaikan adalah n
penggunaan sebelums jumlah obat sekali minum
yang diberikan yaitu sebe dituliskan oleh dokter da
menyatakan bahwa info memang telah dituliskan
memberikan informasi te petugas menanggapaim
dengan ramah, membe informasi dengan bahasa
Pembuangan oba obat adalah isi konseling
kedua isi konseling terse obat perlu disampaikan
tepat sehingga terhindar sembarangan, bisa saja d
dijual kembali atau dapa tersebut.
Gambar 5.5 Rata-rata pe melayani res
50.77
10 20
30 40
50 60
70
hiper
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas diketahui bahwa persentase isi konseling palin nama obat, waktu penggunaan pagisiang
sesudahsedang makan, jumlah frekuensi pe num yaitu sebesar 100 kemudian diikuti dengan
ebesar 97,87. Informasi tersebut adalah inform dalam resep. Sejalan dengan Umi Athiyah, et a
nformasi obat terbanyak yang diberikan adalah inf kan oleh dokter dalam resep. Nita Yunita, et al
i tentang nama obat, kekuatan, kegunaan dan atura imenjawab dengan baik, melayani dengan sopa
berikan informasi yang dapat dipercaya dan asa yang mudah dimengerti.
obat yang terkontaminasi atau yang telah dihentika ling yang paling sedikit disampaikan. Persentase
rsebut adalah 4,58 dan 4,62. Informasi terkait an agar masyarakat mengetahui cara pembuang
ndar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Obat yang di a dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung
dapat merusak lingkungan akibat zat kimia yang di
persentase isi konseling yang disampaikan oleh a resep hipertensi, asma, diabetes, dan hiperlipidemi
50.77 59.89
58.25 62.5
ertensi asma
diabetes hiperlipidemia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ling tinggi yang ngsore, waktu
pemberian, dan ngan jumlah obat
ormasi yang telah t al 2014 yang
h informasi yang al 2008 dalam
turan pakai obat, opan, melayani
an memberikan
ntikan dan onset se penyampaian
kait pembuangan ngan obat yang
g dibuang secara ung jawab untuk
dikandung obat
h apoteker yang mia
mia