Bahan Bakar Nabati TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 6. Hasil Akhir dan Perkiraan Analisis Bahan Bakar Sekam Padi Sumber : Albino, 2006. Tabel 6 menunjukan bahwa karbon yang dihasilkan dari proses pembakaran sekam padi sebesar 41,44. Angka tersebut cukup besar menyumbangkan karbon yang dilepas ke udara. Jika penggunaan sekam padi semakin meningkat dikhawatirkan akan meningkatnya jumlah karbon di atmosfir yang dapat menyebabkan perubahan suhu sebagai awal terjadinya global warming. Gas karbon hasil pembakaran sekam saat ini dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif dengan metode kavitasi.

4.2. Efisiensi Energi Tungku Sekam

Energi alternatif dengan menggunakan sekam padi lebih murah dibandingkan dengan energi yang lain. Nilai efisiensi tungku sekam untuk mendidihkan 1 liter air dengan tiga kali pengulangan berkisar antara 14.34 - 21.21 dengan waktu untuk mendidihkan air tersebut antara 7 – 13 menit. Pada penelitian sebelumnya, tungku sekam yang digunakan untuk mendidihkan air sebanyak 6 liter mempunyai efisiensi energi sebesar 18 , nilai efisiensi tungku sekam untuk mendidihkan 1 liter air mendekati nilai efisiensi tungku sekam untuk mendidihkan 6 liter air Maulana, 2009. Gambar 9. Grafik Efisiensi Energi Tungku Sekam Panas pembakaran sekam dapat mencapai 3300 Kkal dan bulk density 0,100 gml serta konduktivitas panas 0,068 Kkal Irzaman et al, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kompor sekam cukup prospektif untuk digunakan pada skala rumah tangga petani pedesaan ataupun industri.

4.3. Kompor Bahan Bakar Minyak dan Air dengan Metode Kavitasi

Dalam pembakaran bahan bakar atau limbah dimana komponen utamanya terdiri dari karbon dan hidrogen, pelepasan panas yang terjadi ditunjukan oleh reaksi berikut: C + O 2 CO 2 + Energi ............................................ 14 2H 2 + O 2 2H 2 O + Energi ...................................... 15 Dari reaksi di atas terlihat bahwa produk utama dari pembakaran bahan bakar adalah CO 2 , H 2 O dan energi Panas Maulana, 2009. Kompor bahan bakar minyak-air dengan metode kavitasi dapat dijadikan sebagai salah satu energi alternatif, metode ini dapat menghemat bahan bakar minyak karena ada penambahan air yang dicampur dengan minyak. Kompor dengan bahan bakar minyak-air dengan metode kavitasi mempunyai perbandingan maksimum antara minyak dan air adalah 240 ml : 460 ml atau 4 : 6, seperti pada gambar 10, kompor yang digunakan untuk memanaskan air sudah mati dalam waktu 18 menit dan suhu air hanya mencapai 72 o C. Hal ini menunjukan bahwa, 5 10 15 20 25 1 2 3 Efisiensi En ergi Ulangan minyak yang terlalu banyak dalam campuran minyak-air, tidak dapat teruraikan oleh gelombang ultrasonik yang dihasilkan oleh generator pembangkit gelombang, sehingga campuran minyak-air tersebut tidak dapat digunakan untuk bahan bakar karena pada perbandingan ini kompor kekurangan oksigen yang menyebabkan kompor mati.. Kompor dengan bahan bakar minyak-air dengan metode kavitasi mempunyai perbandingan minimum antara minyak dan air adalah 66 ml : 534 ml atau 1 : 8, seperti pada gambar 10 kompor yang digunakan untuk memanaskan air sudah mati pada waktu 20 menit dan suhu air hanya mencapai 75 o C. Hal ini menunjukan bahwa, Jika campuran air terlalu banyak kompor akan kelebihan oksigen dan kompor kekurangan minyak tanah sebagai pemicu proses pembakaran sehingga kompor tidak akan menyala. Pada Penelitian ini, kompor dengan bahan bakar minyak-air dengan metode kavitasi dibuat dengan perbandingan yang berbeda-beda untuk mengetahui perbandingan yang paling baik, dari hasil penelitian diperoleh perbandingan yang paling baik yaitu perbandingan minyak dan air 150 ml : 450 ml karena dapat mendidihkan 1 liter air 95 o C dalam waktu 13 menit. Gambar 10. Grafik Suhu Air Terhadap Waktu Pada Pada Kompor Bahan Bakar Air-Minyak Untuk mendidihkan 1 liter air 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 5 10 15 20 25 30 Suhu Air o C Waktu menit Minyak:Air 150:450 Minyak:Air 120:480 Minyak:Air 100:500 Minyak:Air 240:360 Minyak:Air 66:534