Pasar Entitas Rantai Pasok

Tabel 5 Perhitungan nilai tambah pada bagian pemasok No. Variabel Nilai Output, Input dan Harga. 1. Outputtotal produksi kgbulan 21 000 2. Input bahan baku kgbulan 28 600 3. Input tenaga kerja haribulan 30 4. Faktor Konversi 0.73 5. Koefisien tenaga kerja 6. Harga produk Rpkg 35 000 7. Upah rata-rata tenaga kerja Rphari 300 000 Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rpkg 19 000 9. Harga input lain RpKg 14.69 10. Nilai output Rpkg 25 699.3 11. a. Nilai tambah RpKg 6 684.62 b. Rasio nilai tambah 26.01 12. a. Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 314.69 b. Pangsa tenaga kerja langsung 4.71 13. a. Keuntungan Rpkg 6 369.93 b. Tingkat keuntungan 24.79 Balas jasa pemilik fakor produksi 14. Marjin Rpkg 6 699.3 a. Pendapatan tenaga kerja langsung 4.7 b. Sumbangan input lain 0.22 c. Keuntungan perusahaan 95.08 Analisis Nilai Tambah pada Bagian Pengolahan Bagian pengolahan merupakan anggota rantai pasok yang bertanggung jawab dalam mengolah daging ayam dari pemasok menjadi produk yang diinginkan, yaitu sosis. Kegiatan pengolahan daging ayam di PT BP terdiri dari pencampuran bahan- bahan, pengemasan adonan sosis dalam casing, pemasakan sosis, pendinginan sosis, dan pengemasan sosis. Produk sosis pada PT BP terbagi menjadi 4 macam, yaitu sosis ayam 1, sosis ayam 2, sosis sapi 1, dan sosis sapi 2. Analisa nilai tambah pada bagian pengolahan berkaitan dengan jumlah input daging ayam per bulan, jumlah output produk sosis per bulan, waktu operasional kerja, harga produk sosis yang dijual, dan upah rata-rata tenaga kerja. Perhitungan nilai tambah keempat produk sosis pada bagian pengolahan selama rata-rata 6 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai tambah yang dihasilkan dari keempat sosis tersebut berbeda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan komposisi bahan baku yang digunakan, serta perbedaan penambahan input pada pengolahannya. Rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan dari masing-masing sosis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai tambah pada produk sosis PT BP Produk sosis Nilai tambah Tingkat keuntungan Sosis ayam 1 51.3 38.08 Sosis ayam 2 65.81 37.21 Sosis sapi 1 64.77 59.21 Sosis sapi 2 68.49 53 Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa produk sosis jenis 1 memiliki rasio nilai tambah yang lebih rendah dibandingkan produk sosis jenis 2. Hal ini terjadi karena faktor konversi yang berbeda, dimana faktor konversi produk sosis jenis 1 lebih rendah dibandingkan produk sosis jenis 2. Perbedaan komposisi bahan baku utama daging ayam juga mempengaruhi terjadinya perbedaan faktor konversi, dimana produk sosis jenis 1 memiliki komposisi daging ayam yang tinggi, sehingga penambahan input yang dilakukan untuk memberi nilai tambah pada daging ayam sedikit. Komposisi daging ayam pada sosis jenis 2 lebih rendah dibanding jenis 1, sehingga penambahan input lain dilakukan dengan jumlah yang besar. Umumnya, produk sosis sapi memiliki rasio nilai tambah yang tinggi dibandingkan produk sosis ayam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan daging ayam yang lebih sedikit pada produk sosis sapi dibandingkan produk sosis ayam untuk menghilangkan kesan ayam pada produk sosis sapi tersebut. Tingkat keuntungan pada masing-masing produk sosis PT BP pun beragam. Hal ini terjadi karena perbedaan faktor konversi dan harga produk pada masing- masing produk sosis PT BP. Perbedaan tersebut akan menciptakan nilai output yang beragam sehingga mempengaruhi tingkat keuntungan. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP Pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP perlu dilakukan mengingat PT BP belum pernah melakukan pengukuran terhadap kinerja rantai pasoknya. Selain itu, PT BP sendiri baru saja menerapkan manajemen baru terkait rantai pasoknya. Pengukuran harus dilakukan secara tepat sesuai dengan karakteristik aktivitas yang ada pada rantai pasok tersebut serta didukung atas observasi lapangan. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan pengembangan metode SCOR Supply Chain Operation Refferences yang dikembangkan oleh SCC Supply Chain Council pada tahun 2012. Metode tersebut diawali dengan merancang matrik kinerja rantai pasok, menganalisis kinerja, menentukan target kinerja perusahaan, dan merancang strategi peningkatan kinerja. Pembobotan Matrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP Pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pengukuran kinerja rantai pasok terbagi menjadi 5 level, yaitu tujuan, proses bisnis, parameter kinerja, atribut kinerja, dan matriks kinerja. Struktur hierarki pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembobotan matrik dilakukan melalui sintesis opini para pakar dengan bantuan software Expert choice. Hasil sintesis pembobotan matrik pengukuran kinerja dapat dilihat pada Gambar 10.