BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Tanah Bekas Tambang Pasir Besi Aktivitas penambangan pasir besi di pesisir Kutoarjo menyebabkan
kerusakan fisik maupun kimia. Kerusakan fisik yang utama adalah kerusakan bentang lahan gumuk pasir dengan terbentuknya bukit dan lembah akibat
pengambilan pasir pada kedalaman 10 meter dari permukaan gumuk di pesisir pantai. Lahan bekas tambang pasir besi tidak memiliki perlapisan yang jelas
karena solum tanah tercampur menjadi hamparan pasir yang membentang di areal bekas tambang. Kegiatan penambangan pasir besi yang dilakukan di daerah
penelitian mengakibatkan topografi yang tidak rata disajikan pada Gambar 9. Tanah bekas tambang mengandung unsur besi sebesar 25.20 ppm.
Keadaan tanah porous menyebabkan air mudah hilang serta N mudah tercuci sehingga kandungan N-Total sangat rendah yaitu 0.05 . Kapasitas tukar kation
dan C-organik sangat rendah yaitu 4.38 me100g dan 0.56 , disertai kesuburan tanah rendah seperti Ca 0.29 me100g, Mg 0.45 me100g, K 0.12 me100g dan Na
0.24 me100g. Hasil analisis awal terhadap sifat kimia pada tanah bekas tambang pasir besi disajikan pada Lampiran 1.
Gambar 9. Gambar lahan bekas tambang pasir besi di Kutoarjo
4.2. Pengaruh Bahan Humat dan Kapur Terhadap Sifat-Sifat Kimia Pemberian bahan humat dan kapur memberikan pengaruh terhadap
peningkatan P tersedia, Ca-dd, K-dd, dan Mg-dd Tabel 2, karena bahan humat mengandung C, N, H, O, S, P dan unsur-unsur lain seperti Na, K, Mg, Kononova
dalam Septriani, 2005.
Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Media Semangka Perlakuan P
Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd Fe ppm
-------------me100g ------------- ppm
K0H0 20.74 0.40
0.77 1.04
1.55 2.01
K0H1 41.22 0.46
1.02 1.86
2.05 2.39
K0H2 32.76 0.42
0.85 1.54
2.27 2.16
K0H3 10.14 0.53
0.91 1.56
1.97 1.81
K1H0 35.50 1.03
0.83 2.16
2.84 2.57
K1H1 36.35 1.74
0.80 3.21
3.38 1.97
K1H2 19.20 1.05
0.89 2.03
2.66 1.93
K1H3 34.30 1.05
0.84 2.50
2.63 2.12
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengembangan Fisik Lahan 2010
Hasil analisis tanah awal menunjukkan ketersediaan P sebesar 7.7 ppm termasuk dalam kategori rendah PPT, 1983 sedangkan setelah perlakuan 41.22
ppm termasuk dalam kategori tinggi PPT, 1983. Tan 1993 menyatakan bahwa gugus karboksil dan fenolik dalam bahan humat mempunyai sifat dapat mengikat
ion Al dan Fe dari larutan tanah, membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion Al dan Fe yang bebas dalam larutan akan
berkurang sehingga fosfat yang tersedia akan lebih banyak. Fosfat dalam tanah berada dalam keadaan tidak terlarut, serapan P oleh tanah relatif kecil yaitu 10
hingga 30 dari P yang ditambahkan Utami, 2009. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan P di dalam tanah adalah pH, kandungan Fe, Al, Ca,
dan Mn dan jumlah dekomposisi dari kegiatan mikroba Tisdale, 1985. Unsur kalsium berperan dalam pertumbuhan meristem, pertumbuhan
tanaman serta berfungsingnya ujung-ujung akar Sarief, 1985. Bahan humat dan kapur dapat meningkatkan basa-basa dalam tanah yaitu Ca-dd sebelum perlakuan
yaitu 0.29 me100g, setelah perlakuan meningkat menjadi 1.74 me100g pada
K1H1. Penambahan kapur meyebabkan ketersediaan kalsium dalam tanah meningkatkan Tim Studi Kapur, 1987.
Kandungan K-dd sebelum perlakuan yaitu 0.12 me100g, setelah perlakuan menjadi 3.21 me100g pada K1H1. Menurut Russel 1973 bahwa
kalium berperan membantu pembentukkan protein dan karbohidrat, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan.
Unsur magnesium merupakan unsur penting dalam tanah yang diperlukan oleh semua bagian hijau dari tanaman, karena merupakan bagian penyusunan
klorofil Sarief,1985. Kandungan Mg sebelum perlakuan 0.45 me100g setelah perlakuan menjadi 0.91 me100g.
Unsur Natrium berperan dalam mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan Leiwakabessy et al.,
2003. Kandungan Na-dd sebelum perlakuan yaitu 0.24 me100g, setelah perlakuan menjadi 3.38 me100g pada K1H1.
Unsur besi memiliki peran bagi tumbuhan untuk pembentukan klorofil, penyusun enzim dan protein. Akan tetapi ketersediaan besi dalam jumlah banyak
menyebabkan keracunan bagi tanah Leiwakabessy et al., 2003. Data analisis ketersedian unsur besi sebelum perlakuan 25.20 ppm, setelah perlakuan menjadi
1.81 ppm pada K0H3. Penurunan besi dalam tanah terjadi karena bahan humat memiliki gugus COOH yang menyediakan tapak pertukaran antara bahan humat
dengan Fe. Sehingga kandungan Fe dalam tanah dapat menurun. Menurut Amin 2002, semakin tinggi taraf bahan humat menyebabkan konsentasi Fe semakin
rendah. 4.3. Pengaruh Bahan Humat dan Kapur Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Bahan humat memiliki kadar nitrogen sebesar 2-5 N Tan, 1992. Nitrogen dalam tanah berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan bagian-
bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar Sarief, 1985. Pemberian bahan humat dan kapur dapat meningkatkan parameter pertumbuhan. Akan tetapi
pemberian bahan humat dan kapur secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata Tabel 3 dan Tabel 4. Berikut adalah grafik peningkatan panjang
sulur pertumbuhan tanaman semangka akibat pemberian bahan humat dan kapur
Gambar 10 dan grafik peningkatan jumlah daun tanaman semangka dengan adanya pemberian bahan humat dan kapur Gambar 11.
Gambar 10. Grafik panjang sulur tanaman semangka
Gambar 11. Jumlah daun tanaman semangka
Pengaruh bahan humat terhadap aktifitas mikroorganisme di atas tanah akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin, dan
giberelin. Hormon sitokinin untuk merangsang pembentukan tunas-tunas baru Anonim,2011. Salisbury dan Ross 1995 menyatakan bahwa fungsi utama
sitokinin adalah memacu pembelahan sel dan pembesaran sel sehingga mampu memacu pertumbuhan. Hal ini yang mempengaruhi peningkatan pada panjang
sulur dan jumlah ruas tanaman semangka.
Tabel 3. Pertumbuhan panjang sulur dan jumlah daun Perlakuan
Panjang Sulur cm
Jumlah Daun helai
10 HST
20 HST
30 HST
40 HST
10 HST
20 HST
30 HST
40 HST
K0H0 4a 50a 151a 228a 5a 12a 61a
88a K0H1 4a 39a 113a
208a 5a 10a 55a 75a
K0H2 4a 42a 137a 23s4a 5a 11a 60a
80a K0H3 5a
56a 150a
272a 5a
12a 65a
104a K1H1 5a 40a 106a
232a 5a 12a 46a 78a
K1H1 4a 54a 131a 261a 5a 12a 55a
86a K1H2 5a 47a 129a
266a 5a 13a 62a 93a
K1H3 5a 45a 122a 267a 5a 12a 55a
90a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
menunjukkan tidak beda nyata p0.05 dengan uji Duncan
Bahan humat yang diberikan berperan sebagai hormon pertumbuhan serta mengandung senyawa organik yang dapat mendukung proses fisiologis tanaman
Brady, 1990, tampak pada jumlah ruas 24 HST dan 36 HST menunjukkan hasil yang beda nyata. Gambar 12, 13 dan Tabel 4.
Gambar 12. Jumlah ruas tanaman semangka
a b
Gambar 13. a daun semangka dengan perlakuan bahan humat, b daun semangka tanpa perlakuan bahan humat
Tabel 4. Jumlah ruas, jumlah bunga jantan dan produksi bobot buah
Perlakuan Jumlah Ruas
Jumlah Bunga Jantan
Bobot Bobot
Buah 12
HST 24 HST
36 HST
33 HST
40 HST 60
HST kgHa
K0H0 49a
73d 77d
7a 9a
3.2a 6154
K0H1 49a
62bcd 66bcd
6a 9a
2.6a 5000
K0H2 55a
67bcd 71abc
9a 8a
3.2a 5769
K0H3 53a
83ab 88ab
7a 8a
4.1a 7885
K1H0 54a
59abc 63abcd
9a 6a
2.6a 5000
K1H1 58a
67cd 71cd
8a 6a
2.9a 5577
K1H2 61a
76bcd 80bcd
8a 6a
3.5a 6730
K1H3 62a
79a 82a
8a 7a
3.4a 6538
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama
menunjukkan beda nyata p0.05 dengan uji Duncan
Bahan humat menghasilkan hormon giberelin sehingga dapat meningkatkan pembungaan dan pembuahan Anonim, 2011. Pada Gambar 14
dapat dilihat bahwa peningkatan bahan humat cenderung meningkatkan produksi semangka. Perlakuan K0H0 menghasilkan buah semangka sebesar 6154 kgHa
sedangkan perlakuan K0H3 humat dosis 22.5 LHa tanpa kapur memiliki produksi sebesar 7885 kgHa. Bahan humat secara langsung merangsang
pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya dalam metabolisme dan sejumlah proses fisiologis Tan, 1992.
Gambar 14. Grafik produksi buah semangka
Hal ini sesuai dengan Lestari 2006 yang menyatakan semakin tinggi bahan humat diberikan maka akar tanaman akan semakin panjang sehingga
memberi efek yang baik bagi tanaman. Daya jerap dan jelajah akar akan semakin optimal untuk mencari unsur hara dalam tanah menyebabkan kebutuhan nutrisi
tanaman akan semakin terpenuhi sehingga semakin besar bobot buah yang diproduksi.
4.4. Prospek Lahan Bekas Tambang Pasir Besi Reklamasi lahan bekas tambang pasir besi yang dilakukan PT. Aneka
Tambang di pesisir pantai Kutoarjo sudah dilakukan melalui penanaman tanaman ketapang. Penanaman tanaman ketapang memiliki manfaat sebagai tanaman
peneduh. Selain itu tanaman ini mudah tumbuh di daerah pantai. Namun usaha itu tidak dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Daun ketapang sulit untuk terdekomposisi sehingga tidak meningkatkan kandungan bahan organik pada tanah.
Munculah ide untuk memperbaiki lahan bekas tambang dengan menanam tanaman semangka menggunakan bahan humat dan kapur. Ternyata penelitian ini
memperoleh manfaat, baik dalam hasil buah serta kandungan hara dalam tanah. Tanaman semangka memiliki karakteristik yang sesuai dengan lahan sehingga
pertumbuhan tanaman dapat optimal. Bahan humat dan kapur yang diberikan pada lahan bekas tambang pasir
besi menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, dan
K-dd. Hormon dalam bahan humat dapat meningkatkan kemampuan menyerap membran sel tanaman sehingga nutrisi mudah terserap ke dalam sel dan
mempercepat respirasi tanaman Anonim,2011. Secara tidak langsung bahan humat dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, dan
kimia dalam tanah Tan, 1991. Kapur memberi pengaruh sebagai sumber unsur Ca, menambah
ketersediaan unsur P, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al Hardjowigeno, 2007. Perbedaan antara bahan humat dan kapur yaitu bahan humat mengandung
senyawa organik yang merangsang perkembangan mikroorganisme dan hormon yang mempercepat pertumbuhan tanaman serta sistem perakaran yang
meningkatkan daya jerap dan jelajah akar sehingga metabolisme berjalan lancar Lestari, 2006.
Unsur-unsur P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi semangka. P-tersedia berfungsi dalam proses
fotosintesis. Ca-dd berperan dalam pembentukan dan peningkatan kadar protein dalam mitokondria. Mg-dd dibutuhkan untuk mengaktifkan enzim-enzim pada
tumbuhan. Sedangkan K-dd memiliki peran dalam proses metabolisme tumbuhan Leiwakabessy et al., 2003.
Pemberian bahan humat dan kapur meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman walaupun secara statistik tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata pada panjang sulur, jumlah daun, jumlah bunga jantan serta bobot buah. Beda nyata hanya terdapat pada jumlah sulur 24 HST dan 36 HST.
Posisi petakan mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman dan hasil produksi. Posisi paling selatan terdekat dengan pantai memiliki suhu lebih tinggi
dibandingkan posisi di utara. Suhu lahan yang tinggi menyebabkan evaporasi tanaman tinggi sehingga perkembangan tanaman tidak optimum. Penyebaran
penyakit bercak daun lebih cepat menyebar di daerah selatan. Penyakit ini menyebabkan nekrosis sehingga tanaman menjadi kering dan mati. Proses
pengendalian bercak daun dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan Antracol dengan dosis sesuai aturan. Contoh daun yang terserang penyakit bercak
daun pada Gambar 15.
Gambar 15. Tanda panah menunjukkan daun semangka terserang penyakit bercak daun
Selain itu terdapat penyakit yang menyerang buah semangka yaitu busuk lunak, disajikan pada Gambar 16. Pengendalian busuk lunak dilakukan dengan
cara mengusahakan buah agar tidak memarlecet serta kondisi jerami tidak terlalu lembab. Penyemprotan buah dengan fungisida sesuai dosis merupakan salah satu
usaha pemberantasan penyakit secara kimia Agromedia, 2007.
Gambar 16. Tanda panah dan lingkaran merah menunjukkan buah semangka terserang penyakit busuk lunak
Serangan hama bekicot diminggu awal dan pertengahan menyebabkan tanaman pada perlakuan kapur banyak terserang hama. Hama bekicot
mengakibatkan daun dan sulur yang muda habis dimakan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Hama bekicot sulit diberantas karena jumlahnya banyak dan
pemberantasannya secara manual. Hama bekicot lebih banyak menyerang tanaman terletak paling utara pada lahan. Hal ini karena pada posisi paling utara
tidak terlalu panas. Hama bekicot menyerang tanaman yang awal pertumbuhannya subur sehingga pertumbuhan berikutnya terhambat. Denah perlakuan penanaman
semangka disajikan pada Lampiran 2. Serangan hama dan penyakit yang berat dapat menurunkan kualitas buah, bahkan dapat mengagalkan panen.
Data penelitian oleh Bulu, dkk 2007 di Kulon Progo pada lahan pasir dengan luas 1700 meter persegi memperoleh 4072 kg atau 24 tonHa. Penanaman
semangka oleh masyarakat setempat 2005 sebanyak 4.5 tonHa. Produksi tersebut sangat rendah karena lahan kurang subur dan serangan hama penyakit
yang menggagalkan produksi. Sedangkan penanaman semangka di lahan bekas tambang pasir besi di Kutoarjo dengan aplikasi bahan humat dan kapur
menghasilkan 48.6 tonHa. Hal ini menunjukkan bahwa lahan bekas tambang dapat mengasilkan produksi tanaman yang tinggi apabila memperoleh pengolahan
lahan yang baik dan penanaman tanaman yang sesuai. Kandungan hara tinggi tidak menjamin tanaman tumbuh subur dan
memperoleh hasil baik. Faktor-faktor penunjang lainnya seperti kadar air tersedia, suhu udara, cahaya matahari, curah hujan, angin, posisitopografi, hama dan
penyakit serta sifat genetik dari benih tersebut. Apabila semua aspek terpenuhi, pada tanah yang subur tanaman akan tumbuh sehat terbebas dari hama penyakit
sehingga hasil yang diperoleh optimal. Perlakuan terbaik selama penelitian pada K0H3 yaitu perlakuan asam humat dosis 22.5 LHa tanpa kapur memiliki
ketersediaan magnesium dan nitrat yang tertinggi, kandungan Fe yang rendah menyebabkan tanaman tidak mengalami keracunan. Perlakuan ini memberikan
peningkatan panjang sulur, jumlah daun dan jumlah ruas terbaik yang memberikan pengaruh terhadap produksi mencapai 7885 kgHa.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN