Relevansi Manajemen SDM Perguruan Tinggi Profesionl terhadap Budaya Kerja Dosen
C. Relevansi Manajemen SDM Perguruan Tinggi Profesionl terhadap Budaya Kerja Dosen
Profesionalisme kerja dosen merupakan salah satu tolok ukur dalam sistem penjaminan mutu akademik. Profesionalisme kerja dosen harus menjadi nilai kultural yang dimiliki dosen untuk selalu menampilkan karya terbaik dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai dosen. Namun demikian pencapaian profesionalisme kerja dosen bukan hanya menjadi tanggung jawab personal dosen, melainkan menjadi tanggungjawab institusional oleh manajemen SDM perguruan tinggi. Untuk itu, relevansi manajemen SDM perguruan tinggi terhadap Budaya kerja dosen menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan. Perecanaan, pengorganisasi, pengembangan, pembinaan dan penilaian dosen menjadi professional menjadi kewenangan sekaligus tugas dan fungsinya.
Dosen di suatu perguruan tinggi bisa berasal dari berbagai kultural dan latar belakang yang berbeda satu dan lainnya. Perguruan tinggi berkewajiban menciptakan kultur institusi dan kerja untuk menyelaraskan perbedaan yang ada di antara berbagai budaya yang dibawa oleh masing-masing individu dosen sehingga menjadi kultur yang diterima di lingkungan perguruan tinggi tersebut. Untuk itulah perlu tanamkan budaya kerja yang sesuai dengan misi, visi dan tujuan program kerja perguruan tinggi serta selaras dengan budaya yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya (adaptif).
Banyak orang cerdas yang berkumpul di perguruan tinggi bukan hanya memberikan percepatan dalam membangun budaya, melainkan menimbulkan perdebatan dan pertarungan nilai-nilai yang di introdusir dari masing-masing dosen yang menganggap dirinya ilmuwan, cendikiawan. Bahkan peluang konflik dan perbedaan pikiran dalam merespon gejala sosial maupun kebijakan yang berkembang dan diambil pimpinan tidak bisa dipungkiri sering menjadi realitas..
Namun kelompok orang cerdas seperti dosen kadang mereka juga sering lupa bahwa ada kekuatan untuk memberikan budaya kerja apa yang mau kita tanamkan. Selintas barangkali kita perlu membuka mata dan pikiran, bagaimana koorporasi besar sukses dalam usahanya dan beberapa instansi pemerintah mampu mengembangkan diri lebih progresif, tak lain ia belajar dari budaya kerja yang ditanamkan pada segenap anggotanya. Kita lihat koorporasi penerbangan nasional Garuda Indonesia, memperkenalkan budaya kerja perusahaan ―Smile „n care‖. Akronim yang ditanamkan memiliki pesan, S=sincere (tulus ikhlas), M=motivated (bermotivasi), I=innovative (inovatif), L=loyal (setia), E=emphaty (mempunyai sifat memahami), N=noble (mulia atau terhormat), C=competent & Committed (cakap dan berkomitmen), A=attentive (penuh perhatian), Reliable & Respected (dapat diandalkan & dihargai), E=effective & efficient (efektif & efektif).
Pegadaian pun terkenal dengan budaya koorporasinya ―mengatasi masalah tanpa masalah, turunan budaya kerjanya terkenal dengan SI INTAN yang memiliki
akronim Inovatif, nilai moral tinggi, terampil, adi layanan dan nuansa cipta. Disamping itu, kita bisa mengamati budaya kerja BNI 46 yang memiliki pegawai-pegawai yang beretos kerja tinggi menampilkan Perilaku Insan BNI, yang terdiri dari 4 (empat) nilai Budaya Kerja;
1. Profesionalisme;
2. Integritas;
3. Orientasi pelanggan,
4. Perbaikan tiada henti. Banyak lagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN yang sukses dengan budaya kerja yang dimilikinya. Lalu pertanyaannya bagaimana perguruan tinggi Indonesia, apakah sudah memberikan nilai-nilai yang kokoh pada dosennya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya?
Realitasnya belum, masih minim dosen yang berpikiran seperti rektor Universitasi Mercu Buana dalam pidatonya yang disampaikan pada acara pertemuan dosen dan karyawan pada acara tahun baru 2011 yang menjelaskan bahwa … ―Sebelum mengakhiri pidato saya ini, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan
terkait dengan budaya kerja yang ingin dikembangkan dalam 5 tahun mendatang di Universitas Mercu Buana ini, yaitu;
1. Budaya kerja disiplin, jujur dan tanggungjawab. Tiga hal ini harus menjadi nafas bagi insan UMB dalam melakukan aktivitas di UMB. Disiplin dimulai tidak telat masuk kantor, memberikan layanan, dan memberikan kuliah. Jujur dimulai dengan menjalankan prinsip akuntabilitas yaitu menjalankan pekerjaan sesuai dengan target dan cara kerja. Serta tanggungjawab yaitu memenuhi kewajiban setiap karyawan sesuai dengan tugas pekerjaan masing-masing dengan memberikan laporan secara berjenjang pada waktunya;
2. Mengembangkan budaya kerja yang kreatif. Seluruh unit, karyawan, dosen dan pimpinan diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam bidang masing-masing, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat. Kreativitas ini dapat dimulai dari kecil yaitu bagaimana memberikan layanan yang baik di tata usaha serta efisien dalam penggunaan sarana dan prasarana, memecahkan lama skripsi dan bimbingan tugas akhir, serta dalam jangka panjang dapat menghasilkan alumni yang memiliki jiwa wirausaha dan kompetensi sesuai kebutuhan industry;
3. Mengembangkan budaya kerja yang ramah lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masa depan adalah masalah ramah lingkungan. Seluruh unit kerja, karyawan dan dosen diharapkan peka terhadap masalah ramah lingkungan. Kegiatan ini dimulai dengan adanya kesadaran dan peran serta dari seluruh karyawan dalam menjaga kebersihan ruang kerja di lingkungan UMB, menggunakan sarana yang ramah lingkungan, mematikan listrik jika tidak diperlukan, dan peduli terhadap kebersihan kampus, larangan merokok. Gerakan ini harus menjadi kepedulian seluruh karyawan dan dosen;
4. Mengembangkan budaya kerja yang sadar nilai lokal. Membangun kreativitas local dengan melihat budaya local sangat diperlukan untuk memenangkan kompetisi global. Budaya lokal juga searah dengan kebijakan domestic resource based atau mengutamakan budaya lokal. Diharapkan bahwa setiap prodi dalam tugas mata kuliah, dan tugas akhir dapat memasukkan unsur kajian budaya lokal seperti batik, gaya kepemimpinan lokal dalam manajemen, serta komunikasi masyarakat lokal. Hal ini kedepan harus dikembangkan.
Perguruan tinggi lainnya masih banyak mengembangkan budaya kerja secara alamiah tanpa ada semacam skenario dan bentuk-bentuk konstruksi nilai-nilai budaya kerja yang ingin diwujudkan. Padahal out put pengembangan budaya kerja dosen ini Perguruan tinggi lainnya masih banyak mengembangkan budaya kerja secara alamiah tanpa ada semacam skenario dan bentuk-bentuk konstruksi nilai-nilai budaya kerja yang ingin diwujudkan. Padahal out put pengembangan budaya kerja dosen ini
Untuk menahan arus dan pengaruh globalisasi, serta infiltrasi budaya kerja yang berorintasi instan, materialitis, maka tugas pimpinan puncak yang didelegasikan kepada manajemen SDM dalam mengembangan dan menanamkan nilai-nilai budaya kerja dosen professional bersama-sama pimpinan puncak lainnya. Untuk mencapai itu tugas manajemen SDM perguruan tinggi semakin diharapkan bekerja dalam tingkat mutu yang terukur, seperti yang dilakukan Universitas Indonesia seperti di jelaskan dalam tabel 2.3.