Kepemimpinan Nudge dalam Pengembangan Budaya Kerja Dosen

D. Kepemimpinan Nudge dalam Pengembangan Budaya Kerja Dosen

Peran lain yang dilakukan pimpinan puncak dalam pembinaan nilai-nilai budaya kerja adalah mengingatkan dosen yang dipimpinnya secara berulang-ulang dalam berbagai kesempatan dan forum. Nilai-nilai kerja yang relevan disampaikan, agar ada kesadaran dan keikhlasan dosen untuk berubah bekerja ke arah yang lebih baik. Motivasinya adalah hari ini lebih baik dari kemaren, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Kegigihan dan kemauan pimpinan puncak dalam memberikan pembinaan kerja pada dosennya, didukung oleh proposisi ―kepemimpinan puncak tidak bosan- Peran lain yang dilakukan pimpinan puncak dalam pembinaan nilai-nilai budaya kerja adalah mengingatkan dosen yang dipimpinnya secara berulang-ulang dalam berbagai kesempatan dan forum. Nilai-nilai kerja yang relevan disampaikan, agar ada kesadaran dan keikhlasan dosen untuk berubah bekerja ke arah yang lebih baik. Motivasinya adalah hari ini lebih baik dari kemaren, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Kegigihan dan kemauan pimpinan puncak dalam memberikan pembinaan kerja pada dosennya, didukung oleh proposisi ―kepemimpinan puncak tidak bosan-

Realitas membuktikan bahwa di awal kepemimpinan puncak di Univesitas ―X‖ menghadapi tantangan adanya resistensi terhadap kepemimpinannya. Namun

seiring dengan perjalanan waktu, kepemimpinan puncak melakukan pembinaan dosen tentang nilai-nilai kerja yang mesti mewarnai dinamika kampus. Pimpinan puncak selalu mengingatkan dosen yang merasa tidak mendapatkan sosialisasi tentang budaya kerja termasuk program dan capaian kerja institusi dalam berbagai kesempatan, yang pada akhirnya mereka merasakan juga manfaatnya. Pendekatan yang dilakukan pimpinan puncak universitas ―X‖ memiliki kedekatan dengan konsep manajemen memimpin dengan ―Nudge‖.

Istilah nudge memang belum populer di kalangan akademisi. Karena manajemen nudge pertama kali dipopulerkan oleh Cheef Executive Officer (CEO) Walt Disney, Michael Eisner. Menurutnya, manajemen nudge adalah salah satu peran yang bisa dilakukan pimpinan puncak (Fahmi, 2000;7). Nudge dalam kamus Webster dan Oxford diartikan sentuhan (dorongan) lembut dari pimpinan puncak dengan bantuan fisik untuk menarik perhatian dan membangun empati dosen yang dipimpin.

Eisner memaknai ―nudge‖ sebagai aktivitas pimpinan puncak mengingatkan orang yang dipimpinannya (kalau perlu berulang-ulang) akan suatu gagasan, program, ide dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan, sampai gagasan melekat di kepala orang yang dipimpinya dan akhirnya menjadi kenyataan. Penulis menilai, ini penting dilakukan oleh manajer pendidikan tinggi terutama pimpinan puncak untuk menjelaskan berbagai gagasan, program, nilai kerja yang baik agar mereka yang dipimpin tidak mudah melupakannya. Caranya, mengingatkan dan menanyakan berulang-ulang apa yang ingin dicapai pimpinan (Nudging).

Dengan kepemimpinan Nudging pimpinan puncak menjadi kunci sukses terpilihnya untuk periode kedua. Hal ini didukung pernyataan mantan dosen Universitas ―X‖ yang saat ini menjadi pejabat di salah satu perguruan tinggi negeri di

Provinsi Riau. Dalam wawancara ketika melakukan akreditasi jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNG di Gorontalo (2009) beliau menjelaskan bahwa pimpinan puncak

Universitas ―X‖ sering kali bertemu dan menyampaikan pesan-pesan moral untuk rajin menulis, dan meneliti bahkan bertanya kira-kira apa kesulitan yang dihadapinya. Inilah yang memunculkan energi simpati dan menjadi daya gerak melakukan kerja dosen lebih baik.

Kepemimpinan nudging yang diperankan pimpinan puncak Universitas ―X‖ selaras dengan filosofi ―tungku tiga sejarangan‖, yang memiliki makna kepemimpinan

partisipatif. Dimana keputusan, program kerja dan kegiatan institusi tidak hanya diputuskan oleh seorang pimpinan puncak melainkan melibatkan elemen pembantu pimpinan puncak lainnya. Realisasi filosofi “tungku tiga sejarangan” teramati dari tidak adanya pembantu dan staf yang diganti selama kepemimpinan puncak maupun yang mengundurkan. Ini indikasi kepemimpinan partisipatif di kalangan pimpinan puncak terjaga dan solid sehingga sulit untuk digembosi maupun dimasuki kekuatan yang tidak senang dengan kepemimpinannya. Ini terbukti kepemimpinan puncak