Mantra untuk Mengikat Pancing

Posisi di tengah ini merepresentasikan pada keadaan yang strategis. Artinya, nabi dapat menjadi mediator atas permohonan manusia yang ditujukan kepada Tuhan dan sebaliknya, nabi juga bertindak sebagai penerima wahyu dan menyampaikannya kepada manusia. Mantra di atas merepresentasikan pada pemahaman mengenai konstruksi “pemikiran” keagamaan seperti yang telah diuraikan. Permohonan untuk memperoleh keselamatan dan rezeki yang baik tidak secara langsung ditujukan kepada Tuhan, melainkan dengan menyinggung terlebih dahulu mediatornya. Mediator yang dimaksudkan dalam hal ini adalah Muhammad SAW.

3.1.2 Mantra untuk Mengikat Pancing

Bismillahirrahmanirrahim E - Papu Batingga niqmatnya Pasitummuanna Adam baka Hawa Battiru pun niqmatnya Passitummuanna umpang itu baka dayah 1 Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik a. Pembacaan Heuristik Mantra ini berisi perumpamaan yang menggambarkan suasana yang terjalin erat. Hal ini berkaitan dengan fungsi mantra ini sebagai mantra yang digunakan ketika hendak mengikat pancing. Mantra ini dimulai dengan kata Bismillahirrahmanirrahim yang disusul dengan susunan kata-kata yang menggambarkan sebuah permohonan. Seperti mantra melaut lainnya, kata Bismillahirrahmanirrahim mempunyai pengertian “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Kalimat ini mencerminkan isi mantra yang berupa suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah SWT. Kata Bismillahirrahmanirrahim memiliki hubungan makna yang erat dengan kata E-Papu “Ya Allah” pada larik kedua. Larik kedua mempertegas makna larik pertama yang menggambarkan permohonan kepada Allah SWT. Larik ketiga dan keempat batingga nikmatnya pasitummuanna Adam baka Hawa merupakan sebuah metafora yang meggambarkan keeratan hubungan yang tercipta antara Hawa dan Adam. Maksud dari isi larik ini menggambarkan suatu hubungan yang manis sehingga dari hubungan itu akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kata Batingga niqmatnya secara harfiah memiliki arti “bagaimana nikmatnya” terdiri dua kata, yaitu batingga dan niqmatnya. Kata batingga berarti “seperti” merupakan kata pembanding yang dipakai untuk membandingkan secara tidak langsung antara dua benda atau lebih. Kata batingga dapat pula diartikan dengan bagai, ibarat, dan semisal. Kata niqmatnya berarti “nikmatnya”. Dalam hubungannya dengan rasa, kata niqmatnya menggambarkan suatu keadaan yang memberikan perasaan nyaman, indah, enak, dan sedap. Pasitummuanna Adam baka Hawa merupakan rangkaian dari larik sebelumnya batingga nikmatnya yang tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya memiliki keterkaitan sintaksis yang jika dimaknai secara terpisah akan kehilangan keutuhannya. Pasitummuanna Adam baka Hawa artinya “pertemuan Adam dan Hawa”. Kata pasitummuanna berarti “pertemuan”, terjadi antara dua orang atau lebih. Pertemuan juga sesungguhnya bukan hanya terjadi pada manusia, tetapi juga dapat terjadi pada benda. Misalnya, pertemuan dua aliran sungai, dan sebagainya. Adam baka Hawa artinya Adam dan Hawa. Dua nama ini adalah pasangan yang sengaja diciptakan untuk menjadi penghuni bumi. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin di bumi dan Hawa adalah pendampingnya. Mereka adalah nenek moyang bangsa manusia. Larik kelima dan keenam Battiru pun niqmatnya Passitummuanna umpang itu baka dayah masih memiliki hubungan yang erat secara semantik dengan larik sebelumnya pada mantra ini. Frase battiru pun niqmatnya berarti “begitu pun nikmatnya”. Kata battiru pun berarti “begitu pun”. Kata ini dapat pula diartikan dengan seperti itu, demikian itu, atau sama seperti itu. Kata niqmatnya berarti nikmatnya. Kata ini juga terdapat pada larik ketiga. Passitummuanna umpang itu baka dayah berarti “pertemuan umpan dengan ikan”. Kata pasitumuuanna berarti “pertemuan”. Kata ini juga terdapat pada larik keempat. Kata umpang berarti “umpan”. Umpang merupakan sesuatu benda biasanya berupa makanan yang digunakan untuk menarik perhatian sesuatu hewan yang hendak ditangkap. Kata baka berarti “dengan”, “dan”. Kata ini menunjukkan dua hal yang disejajarkan. Kata dayah berarti “ikan”, hewan yang hidup dan berkembang biak di air. Umumnya hewan ini terdapat di laut, sungai, atau di danau. Dengan demikian, terlihat bahwa sasaran mantra ini adalah ikan. Mengingat bahwa mantra ini adalah salah satu dari jenis mantra melaut, maka mantra ini khusus digunakan ketika hendak menangkap ikan di laut.

b. Pembacaan Hermeneutik