Penelitian Sebelumnya TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai mantra melaut suku Bajo sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Uniawati 2006 dengan judul Fungsi Mantra Melaut Suku Bajo di Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian itu merupakan deskripsi mengenai penutur, bentuk, dan fungsi mantra melaut suku Bajo. Jadi, penelitian yang akan dilakukan kali ini merupakan sebuah penelitian lanjutan. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang berhubungan dengan mantra hingga saat ini belum penulis temukan. Namun demikian, penelitian mengenai suku Bajo itu sendiri sudah pernah dilakukan oleh beberapa ahli. Penelitian tersebut umumnya memfokuskan pada kondisi sosial dan budaya masyarakat suku Bajo, meskipun ada juga penelitian mengenai sastra. Di antara penelitian mengenai suku Bajo yang penulis temukan adalah Levis-Strauss di kalangan Suku Bajo: Analisis Struktural dan Makna Cerita Suku Bajo, yang dilakukan oleh Ahimsa pada tahun 1995. Hasil penelitian ini berupa analisis terhadap struktur cerita suku Bajo dan deskripsi makna terhadap cerita tersebut. Penelitian lainnya mengenai suku Bajo dilakukan oleh Soesangobeng pada tahun 1997 dengan judul penelitian Perkampungan Bajo di Bajoe. Hasil penelitian ini memaparkan kondisi sosial kemasyarakatan suku Bajo di lingkungan Bajoe. Masyarakat suku Bajo meskipun telah dapat membaur dengan masyarakat sekelilingnya, namun mereka tetap mempertahankan pola kehidupan mereka dengan tetap tinggal di atas laut dan mempertahankan komunitas mereka sebagai komunitas yang menguasai laut. Mereka merasa bangga dengan kebajoan dan superioritas mereka terhadap alam laut. Penelitian lain yang masih berhubungan dengan suku Bajo adalah penelitian yang dilakukan oleh Pendais Hag ix pada tahun 2004 dengan judul penelitian Suku Bajo: Studi Tentang Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo dengan Masyarakat Sekitarnya di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini menggambarkan pola hubungan masyarakat suku Bajo dengan masyarakat di sekitarnya yang tinggal di daratan. Masyarakat suku Bajo yang dulunya terkenal dengan sikapnya yang menutup diri terhadap lingkungan di luarnya, ditemukan telah mulai membiasakan diri mereka dengan kehidupan di daratan. Bahkan telah terjalin hubungan yang baik antara dua komunitas masyarakat ini terutama dalam hal perdagangan Berdasarkan ketiga penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat terlihat bahwa penelitian khusus mengenai mantra melaut sepanjang penelusuran penulis belum pernah dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, sangat terbuka peluang untuk melakukan penelitian terhadap mantra melaut tersebut. Mantra melaut yang digunakan oleh masyarakat suku Bajo ketika hendak melaut dikaji dengan menggunakan pendekatan semiotik dengan memanfaatkan teori semiotik Michael Riffaterre x . Mantra melaut ini berfungsi multiple, yakni memiliki fungsi lebih dari satu. Umumnya, mantra ini berfungsi untuk memohon keselamatan kepada yang di Atas, juga berfungsi untuk membantu mendapat hasil laut sesuai dengan yang diharapkan oleh si pemakai mantra.

2.2 Latar Belakang Sosial Budaya Suku Bajo di Sulawesi Tenggara