32 dijadikan korban kekerasan seksual, baik untuk dipekerjakan sebagai PSK, maupun
kepentingan perbudakan yang dibungkus dengan kedok perkawinan. 4. Pratik penculikan anak untuk diperjualbelikan di luar negeri, baik untuk dimanfaatkan organ
tubuhnya maupun untuk dijadikan anak adopsi oleh keluarga tertentu yang menginginkan anak angkat Suyanto, 2013: 302.
i. Anak Korban Fedofilia
Secara garis besar, sejumlah faktor yang menyebabkan pedofilia semakin marak mengancam anak – anak Indonesia adalah: 1. Berkaitan dengan ancaman
hukuman yang sangat longgar, di mana para pelaku pedofil yang tertangkap dan diproses di pengadilan umunya hanya diganjar hukuman – hukuman dalam hitungan
bulan, sehingga di mata para pedofil Indonesia ibaratnya adalah surga dunia bagi mereka untuk memuaskan nafsu mereka. 2. Kesempatan yang bercampur dengan daya
tarik eksotisme anak – anak Indonesia di mata para pedofil. 3. Meski tidak langsung, tetapi makin maraknya kasus pedofilia sedikit banyak adalah implikasi dan ekses dari
meluasnya gaya hidup permisif yang biasanya selalu dikunjungi wisatawan dari mancanegara. 4. Konsekuensi dari perkembangan jaringan pedofil yang makin rapi,
dan lintas negara. Dua bentuk ancaman yang biasanya dihadapi anak – anak lokal dari para
pedofil asing adalah: 1. Untuk memenuhi kebutuhan nafsu bejat dari sebagian warga asing mengidap kasus penyimpangan seksual. 2. Untuk kepentingan bisnis komersial
pornografi Suyanto, 2013: 319.
j. Pengungsi Anak
Secara garis besar, ada tiga kelompok anak pengungsi yang membutuhkan terapi yang berbeda – beda. 1. Kelompok anak – anak yang telah kehilangan sebagian
atau seluruh orang tua dan keluarganya, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat
33 untuk bergantung. 2. Kelompok anak yang menjadi korban langsung tindak kekerasan.
3. Anak – anak yang dipaksa terlibat sebagai pelaku tindak kekerasan seperrti layaknya orang dewasa yang tengah berperang melawan musuh.
k. Anak Putus Sekolah dan Rawan DO
Ketika tekanan kemiskinan makin meluas, dan kondisi keuangan pemerintah terbatas, maka dampaknya bagi anak – anak adalah 1. Akses yang kesempatan anak –
anak dari keluarga miskin untuk memperoleh pelayanan pubik di bidang pendidikan jelas makin berkurang, dan bahkan tidak mustahil sama sekali pupus karena terpaksa
masuk dalam situasi yang teramat sulit dan dilematis antara meneruskan sekolah atau membantu orang tua untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin mencekik akibat
krisis. 2. Bersamaan dengan terjadinya gelombang anak putus sekolah dan tingginya angka siswa yang tidak meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tidak
mustahil menyebabkan anak – anak dari keluarga miskin potensial terpuruk dalam kondisi hubunngan kerja yang merugikan, eksploitatif, dan bahkan tidak menutup
kemungkinan mereka terpaksa terperangkap pada kegiatan produktif atau sektor yang sesungguhnya sangat tidak dapat ditoleransi. 3. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
bukan tidak mungkin menyebabkan batas toleransi kasus eksploitasi dan pelibatan anak dalam kegiatan produktif menjadi makin longgar, sebab situasi dan kondisi yang
ada dinilai sebagai faktor pendorong yang tidak terelakkan.
2.1.3 Hak Anak
Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dilindungi, dan dipenuhi baik oleh keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah, maupun negara.berikut
ini adalah hak – hak anak yang dijabarkan di dalam Undang – Undang Republik Indonesia sebagai jaminan atas pelaksanaan hak anak di Indonesia, antara lain :
34 1.
Deklarasi Hak – Hak Anak PBB 20 November 1959, sedikitnya ada 10 asas tentang hak anak dalam Gultom, 2014:54 yaitu :
a. Anak berhak menikmati semua hak – haknya sesuai ketentuan yang
terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian harus dijamin hak – haknya tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, pandangan politik, kebangsaan, tingkatan sosial, kaya miskin, kelahiran, atau status lainnya baik yang ada pada diri maupun
pada keluarganya. b.
Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lainnya, agar
menjadikannya mampu mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan, moral, spiritual, dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal sesuai
dengan kebebasan dan harkatnya. Penuangan tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus merupakan pertimbangan utama.
c. Anak sejak dilahirkan berhak akan nama dan kebangsaan.
d. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh
kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan ibunya. Anak
berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, dan pelayanan kesehatan.
e. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat
keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan perlakuan khusus.
f. Agar kepribadian anak tumbuh secara maksimal dan harmonis, ia
memerlukan kasih sayang dan pengertian. Ia harus dibesarkan dibawah
35 asuhan dan tanggungjawab orang tuanya sendiri, dan bagaimanapun harus
diusahakan agar tetap berada dalam suasana yang penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani. Anak di bawah usia lima tahun tidak dibenarkan
terpisah dari ibunya. Masyarakat dan pemerintah yang berwenang berkewajiban memberikan perawatan khusus kepada anak yang tidak
mampu. Diharapkan agar pemerintah atau pihak lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak – anak yang berasal dari keluarga besar.
g. Anak berhak mendapat pendidikan wajib cuma – cuma sekurang –
kurangnya di tingkat dasar. Mereka harus mendapat perlindungan yang dapat meningkatkan pengetahuan umumnya, dan yang memungkinkan, atas
dasar kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya , dan perasaan tanggungj awab moral dan sosialnya,
sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna. Kepentingan anak haruslah dijadikan pedoman oleh mereka yang bertanggungjawab
terhadap pendidikan dan bimbingan anak yang berangkutan: pertama – tama tanggungjawab tersebut terletak pada orangtua mereka. Anak harus
mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang diarahkan untuk tujuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah yang
berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak ini. h.
Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan.
i. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan, penghisapan.
Ia tidak boleh dijadikan subyek perdagangan. Anak tidak boleh bekerja sebelum usia tertentu, ia tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat
36 merugikan kesehatan atau pendidikannya, maupun yang mempengaruhi
perkembangan tubuh, jiwa, dan akhlaknya. j.
Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial, agama, maupun bentuk – bentuk diskriminasi lainnya.
Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian, toleransi, dan persahabatan antar bangsa, perdamaian, serta persaudaraan semesta
dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan sesama manusia.
2. Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1
menentukan bahwa : “Kesejahteraan Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan
wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan
pokok anak.” 3.
Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 2 menentukan bahwa: a.
Anak berhak atas kesejahteraan , perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar b.
Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,
untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna c.
Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan
37 d.
Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar. 4.
Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 3 menentukan bahwa dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama – tama berhak mendapat
pertolongan, bantuan, dan perlindungan. 5.
Undang – Undang Nomor 4 tahun 1979 Pasal 6 menentukan bahwa anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan
menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pelayanan dan asuhan juga diberikan kepasa anak yang
telah dinyatidakan bersalah melakukan perlanggaran hukum berdasarkan keputusan hakim.
6. Undang – Undang Nomor 1 tahun 1979 tentang Pokok – Pokok Perkawinan
menentukan : a.
Perlindungan dan jaminan hak anak untuk tetap memperoleh pemeliharaan dan pendidikan dalam hal perceraian, dengan pembebanan biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak pertam – tama dan terutama kepada bapak Pasal 41.
b. Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya Pasal 43 ayat 1 c.
Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak – anak mereka sebaik – baiknya Pasal 45 ayat 1
d. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan
barang – barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18
38 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan,
kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya Pasal 48 e.
Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan
orang tua, berada di bawah kekuasaan wali, perwalian ini mengenai peribadi anak yang bersangkutan maupun hartabendanya Pasal 50
f. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah
perwalian serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelaliannya Pasal 51 ayat 5
g. Wali yang telah menyebabkan kerugian kepada harta benda anak yang
berada di bawah kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut denga keputusan pengadilan yang berangkutan dapat diwajibkan
untuk mengganti kerugian tersebut Pasal 54. 7.
Undang – Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mentukan:
a. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan,
atau penjatuhan hukuman – hukuman yang tidak manusiawi b.
Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak
c. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasanya secara melawan
hukum d.
Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir
39 e.
Setiap anak dirampas kebebasannya berhak mendapat perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi
sesuai dengan uasianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya
f. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan
hukum dan bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku
g. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan
memperoleh keadilan di depan pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
8. Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menentukan: a.
Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 4 b.
Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan Pasal 5
c. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan ornagtua Pasal 6 d.
Berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan di asuh oleh orang tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat
menjadmin tumbuh kembang anak, atau anak anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak
angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku Pasal 7
40 e.
Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial Pasal 8
f. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, khusus bagi anak yang menyandang cacat juga memperoleh
pendidikan khusus Pasal 9 g.
Berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai – nilai kesusilaan dan kepatutan Pasal 10
h. Berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
anak sebaya, bermain, berekreasi, sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri Pasal 11
i. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial Pasal 12 j.
Berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, dan penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah lainnya pasal 13
k. Berhak untuk di asuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
danatau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak merupakan pertimbangan terakhir
Pasal 14 l.
Berhak untuk memperoleh perlindungan dari: penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam
kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan pelibatan dalam peperangan Pasal 15
41 m.
Berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; berhak untuk memperoleh
kebebasan sesuai dengan hukum; penangkapan, penahanan atau pidana penjara hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan
hanya dapat dilakukan sebagai upaya terkahir Pasal 16 n.
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk; mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang
dewasa; memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. Setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan Pasal 17
o. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana mendapat
bantuan hukum dan bantuan lainnya Pasal 18.
Secara singkat Konvensi Hak anak merangkum Hak Anak sebagai berikut : a.
Hak atas kelangsungan hidup, yaitu hak – hak anak dalam KHA meliputi hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak – hak untuk
memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan sebaik – baiknya. b.
Hak perlindungan, yaitu hak – hak anak dalam KHA yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan ketelantaran bagi anak
yang tidak mempunyai keluarga bagi anak – anak pengungsi. c.
Hak tumbuh kembang, yaitu hak – hak anak dalam KHA yang meliputi segala bentuk pendidikan formal maupun nonformal dan hak untuk
mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental spiritual, moral, dan sosial anak.
42 d.
Hak untuk berpartisipasi, yaitu hak – hak dalam KHA yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempegaruhi anak.
2.1.4 Kesejahteraan Anak
Anak merupakan individu yang belum dapat berdiri secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Anak juga belum memahami hak – hak mereka sebagai
individu. Untuk itu perlu adanya keterlibatan lembaga untuk memenuhi kebutuhan anak, seperti keluarga, masyarakat, maupun pemerintah setempat.
Keluarga merupakan lembaga terdekat yang menjadi tempat anak untuk pertama kalinya berinteraksi sebagai suatu kesatuan dari sistem sosial. Keluarga juga
merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan, serta mendapatkan kasih sayang. Bahkan karakteristik anak banyak diperngaruhi oleh pola asuh dalam
keluarga. Untuk mencapai taraf kesejahteraan anak, perlu di adakan adanya usaha –
usaha untuk menjamin pemenuhan hak anak. Adapun penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial anak adalah suatu upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat, dalam bentuk pelayanan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial khususnya bidang anak.
Defenisi kesejahteraan Sosial menurut Undang – Undang nomor 11 tahun 2009 adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar, baik jasmani rohani maupun sosial. Dasar dari Undang – Undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir
miskin dan anak terlantar dipeihara oleh negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak pasti
akan terjamin.
43
2.1.5 Nilai – Nilai Anak
Banyak masyarakat yang meyakini bahwa setiap anak mempunyai nilai kehidupan yang sangat penting. Selain penerus keturunan, anak juga sering dianggap
sebagai investasi masa depan. Bahkan tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan desa, anak dianggap mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi karena bisa menjadi
tenaga kerja gratisan yang dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk melakukan pekerjaan mereka, seperti menggarap sawah, melakukan pekerjaan rumah tangga dan
yang lainnya. Berikut adalah nilai – nilai anak yang sering kita jumpai di dalam kehidupan
masyarakat yaitu: a.
Nilai - nilai Ekonomis Banyak masyarakat tradisional yang meyakini bahwa anak memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Orang tua melahirkan, mendidik, dan membina anak agar kelak di kemudian hari mereka tumbuh kembang menjadi orang dewasa yang dapat
membalas budi dengan cara member uang kepada orangtuanya. Pandangan nilai – nilai ekonomis erat kaitannya dengan pola pikir yang bersifat materialistis. Bila anak – anak
sudah menjadi besar dan dewasa maka mereka dapat bekerja dan menghasilkan pendapatan finansial yang memadai. Banyak orang tua yang berharap dari anak –
anaknya supaya dapat menjadi orang yang sukses secara materi Dariyo, 2007: 83. Namun pandangan nilai anak secara ekonomis pada saat menunggu anak
dewasa, hanya terdapat pada masyarakat yang berdomisili di kota. Orang tua mengaggap anak sebagai investasi masa depan. Pandangan ini sangat berbeda dengan
masyarakat yang tinggal di desa yang telah memanfaatkan anak sebagai pekerja. Baik itu untuk membantu pekerjaan rumah tangga, ataupun menggarap ladang. Mereka
dipekerjakan untuk membantu meringankan pekerjaan rumah dan tidak jarang pula
44 menambah penghasilan keluarga. Anak yang bekerja untuk menambah penghasilan
keluarga umumnya bekerja di tanah garapan petani dan mereka diupah sesuai dengan besaran jasa yang mereka berikan.
b. Nilai – nilai Psikososio-antropologis
Melahirkan dan memiliki anak merupakan sebuah prestasi reproduksi bagi pasangan suami istri. Mereka merasa bangga dan percaya diri bahwa mereka dapat
menjalankan fungsi reproduksi sampai melahirkan anak kandungnya sendiri, sehingga tidak perlu mengadopsi anak lain. Perasaan bangga ini akan ditindak lanjuti dengan
pemberian kasih sayang dan perhatian penuh sebagai orang tua kepada anak – anaknya. Anak – anak pun memperoleh lingkungan keluarga yang hangat, penuh
perhatian dan kasih sayang secara maksimal Dariyo, 2007: 84. c.
Nilai – nilai Spiritual Orang tua yang berpandangan puritanisme mempercayai bahwa anak
merupakan anugerah dari Tuhan. Orangtua yang memperoleh anak berarti mereka memperoleh karunia Tuhan untuk melahirkan, memelihara, mendidik, dan membina
anak agar menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab di masa depan. Banyak pasangan suami istri yang tidak dikaruniai anak oleh Tuhan sehingga sampai menjadi
tua mereka tetap berdua tanpa kehadiran anak kandung. Dengan demikian, anak mempunyai nilai – nilai spiritual yaitu nilai yang berhubungan erat dengan kekuasaan
Tuhan Dariyo, 2007: 85. d.
Nilai – nilai Bio-Fisiologis Tujuan perkawinan adalah memperoleh keturunan. Kehadiran anak dalam
keluarga merupakan tanda kesuburan bagi pasangan suami istri. Mereka merasa tidak sia – sia menjalani kehidupan berumah tangga karena mereka merasa berhasil yaitu
dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang suami dan juga fungsi sebagai seorang
45 istri. Hubungan seksual bukan hanya memberi kepuasaan libido fisiologis, akan tetapi
juga sebagai fungsi reproduktif. Oleh karena itu, anak mengandung nilai yang sangat tinggi dalam kaitannya dengan nilai – nilai bio-fisiologis.
2.2 Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga berasal kata sansekerta “kaluwarga” “ras” dan “warga” yang berarti anggota sumber : http:www.id.wikipedia.org diakses tanggal 28 Mei 2015 pukul
10.52 . Keluarga merupakan suatu unit kelompok primer masyarakat terkecil di dalam masyarakat. Secara sederhana, keluarga terdiri dari seorang kepala rumah tangga, istri,
dan anak yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan, dan ikatan lainnya. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan
sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi
hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan
yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah.
Keluarga berdasarkan dimensi sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis Shochib:2010, 17.
Dalam pengertian psikologis, Soelaeman mengungkapkan dalam Shochib, 2010: 17 keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan
diri. Sedangakan dalam arti pedagodis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang
46 dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan itu terkandung perealisasikan peran dan
fungsi sebagai orang tua. Dalam kehidupan masyarakat, keluarga merupakan unit terkecil dalam
kehidupan masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak – anak serta kerabat lainnya dan merupakan suatu sistem. Goode mengartikan keluarga sebagai suatu unsur
dalam stuktur sosial dimana setiap anggotanya terikat dalam jaringan kewajiban dan hak. Hak dan kewajiban setiap anggota keluarga tentunya berbeda dan mempunyai
proposi tertentu, dan terikat dalam peran setiap anggota keluarga. Keberfungsian keluarga sebagai suatu sistem sosial agar dapat terwujud di masyarakat tergantung
pada berbagai faktor, salah satunya adalah kemampuan kerja sama para anggota keluarga untuk melaksanakan fungsi – fungsi keluarga.
2.2.2 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga menurut Friedman 1998 dalam Setiawati dan Santun 2008 diantaranya :
a. Fungsi afektif yaitu fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai satu dengan yang lain.
b. Fungsi Sosialisasi yaitu fungsi yang mengembangkan interaksi dalam
keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan seorang individu belajar bersosialisasi untuk pertama kalinya pasti di dalam lingkungan
keluarga.
47 c.
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia di dalam suatu masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi yaitu fungsi untuk pemenuhan seluruh kebutuhan
anggota keluarga, yang terdiri dari sandang, pangan, papan. e.
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan baik fisik, psikis, mental dan perilaku.
f. Fungsi Pendidikan yaitu fungsi untuk mendidik anak – anak dengan
menyekolahkan mereka ke sekolah formal, dan informal ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di samping fungsi keluarga ada juga peranan keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.3 Ekonomi 2.3.1 Pengertian Ekonomi
Secara etimologi istilah ekonomi bersala dari bahasa yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi
berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namu seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat pengertian ekonomi
juga berkembang lebih luas. Dalam perkembangan ekonomi, kita dapat membedakan dua lingkup ekonomi,
yaitu :
48 a.
Microeconomics ekonomi mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas berbagai unit ekonomi, ada perusahaan dan rumah tangga.
b. Macroeconomics ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang
menjelaskan tentang perilaku ekonomi secara keseluruhan economic aggregates. Hal ini terkait akan income pendapatan, output,
employment dalam kerangka dan skala nasional. Manusia sebagai mahluk sosial dan mahkluk ekonomi pada dasarnya selalu
menghadapi masalah ekonomi. Inti dari permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat terletak pada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pada kenyataannya
manusia adalah makhluk sosial yang dinamis yang mempunyai segudang kebutuhan yang kompleks. Sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia sangat terbatas.
Kebutuhan manusia pada dasarnya berbeda antara satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Faktor ekonomi
b. Faktor Lingkungan Sosial dan Budaya
c. Faktor Fisik
d. Faktor Pendidikan
e. Faktor Moral
2.3.2 Aktivitas Ekonomi
Manusia memiliki kebutuhan yang sangat beragam, mulai dari makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, hiburan, pendidikan, layanan kesehatan, dan
sebagainya. Karena kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut sendiri, kita sering memerlukan uang untuk membiayai berbagai kebutuhan hidup. Untuk
49 mendapatkan penghasilan atau uang, manusia harus bekerja. Kegiatan manusia yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, disebut kegiatan ekonomi. Ada banyak sekali jenis pekerjaan yang dilakukan penduduk Indonesia, ada
orang yang bekerja sebagai dokter, guru, perawat, teknisi bengkel, teknisi komputer, berjualan makanan, menjalankan industri, bekerja di bank, nelayan, petani, hingga
menjadi pembantu rumah tangga. Berdasarkan lapangan usahanya, kegiatan ekonomi dapat dikategorikan menjadi: kegiatan pertanian, kerajinan dan industri, perdagangan,
usaha ekstraktif, dan jasa. Kegiatan ekonomi ada tiga yaitu, kegiatan Produksi, kegiatan Distribusi, dan
Kegiatan Konsumsi. Pada dasarnya kegiatan ekonomi merupakan suatu aktivitas atau usah yang dilakukan manusia untuk mewujudkan kemakmuran. Untuk mencapainya
maka kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi senantiasa selalu berhubungan.
1. Kegiatan Produksi adalah suatu usaha untuk menghasilkan atau
menambah daya guna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Kegiatan distribusi adalah suatu usaha menyalurkan atau
menyebarluaskan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dalam hal ini peranan pedagang sangat penting karena penghubung antara
produsen dan konsumen. Kegiatan distribusi banyak dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang dan jasa.
3. Kegiatan Konsumsi menyangkut tindakan manusia baik secara individu
maupun kelompok dalam memakai atau menghabiskan barang dan jasa yang diproduksi. Kegiatan konsumsi banyak dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, kebiasaan, dan budaya.
50 Agar suatu aktivitas ekonomi dapat berlangsung dibutuhkan tiga unsur yaitu:
keinginan manusia, sumber – sumber daya, dan cara – cara berproduksi. Dalam penelitian ini ibu rumah tangga melakukan aktivitas ekonomi dalam rangka
pemenuhan hak – hak anak. Adapun aktivitas ekonomi ibu rumah tangga adalah sebagai berikut:
1. Pertanian Pertanian atau usaha agraris adalah kegiatan produksi yang menjadikan tanah
sebagai faktor utama. Jadi pertanian dalam arti luas tidak hanya berupa kegiatan bercocok tanam, termasuk di dalamnya adalah :
a. Peternakan Kegiatan peternakan adalah kegiatan memelihara berbagai hewan ternak, untuk
diambil manfaatnya. Hewan peternakan dapat digolongkan menjadi ternak hewan besar, dan ternak hewan kecil. Ternak hewan besar contohnya sapi, kerbau, kuda,
kambing, unta, atau babi. Sedangkan Peternakan hewan kecil misalnya kelinci, ayam, burung, dan sebagainya.
b. Perikanan Usaha perikanan sering dibedakan menjadi perikanan air tawar dan perikanan
air laut. Hasil dari perikanan air tawar misalnya ikan nila, ikan mas, ikan patin, juga termasuk di dalamnya ikan hias seperti ikan arwana, atau ikan mas koi. Sedangkan
hasil dari perikanan air laut misalnya ikan kerapu, ikan hias, juga kerang dan mutiara.
c. Perkebunan Pertanian dalam arti sempit dan kegiatan perkebunan adalah sama-sama
kegiatan membudidayakan tanaman, namun salah satu hal yang membedakan antara
51 kegiatan perkebunan dengan kegiatan pertanian adalah jenis tanamannya. Tanaman
yang dibudidayakan di perkebunan umumnya adalah tanaman yang menghasilkan bahan baku industri, seperti kelapa, kelapa sawit, kopi, coklat, karet, dan lain - lain.
Sedangkan kegiatan pertanian biasa membudidayakan tanaman-tanaman yang dapat langsung dikonsumsi, seperti: padi, jagung, sayur-mayur, dan buah-buahan. Di
samping itu, lahan yang digunakan untuk perkebuanan luas, sedangkan untuk kegiatan pertanian lebih sempit.
2. Kerajinan dan Industri Kegiatan kerajinan dan industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi dan barang setengah jadi. Barang jadi adalah barang-barang yang dapat langsung digunakan, sedangkan barang setengah jadi adalah barang yang harus
diolah lagi sebelum dapat digunakan. Contohnya adalah hasil olahan kapas. Kapas dapat dibuat menjadi kain barang setengah jadi, kain untuk dapat digunakan perlu
diolah lagi dalam pabrik garmen, hingga menjadi pakaian barang jadi. Contoh yang lain adalah hasil pengolahan kelapa sawit, kelapa sawit biasanya diolah menjadi CPO
Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah. CPO kemudian dijual ke pabrik lain untuk diolah menjadi minyak goreng minyak sayur.
Perbedaan terletak pada besarnya modal dan jumlah karyawan, Badan Pusat Statistik memberi batasan bahwa yang termasuk industri kecil jika jumlah karyawan
tidak lebih dari 19 orang, sedangkan mesin yang digunakan maksimal berkekuatan 20 PK, sedangkan usaha kerajianan adalah usaha industri kecil yang hanya merupakan
pekerjaan sampingan. Penghasilan utama si perajin lebih banyak didapatkan dari pekerjaan yang lain.
52 3. Usaha DagangPerdagangan
Usaha dagang adalah usaha mengumpulkan dan menyalurkan barang-barang hasil produksi dari produsen ke konsumen. Banyak penduduk Indonesia yang bekerja
sebagai pedagang. Ada pedagang kaki lima, pedagang asongan, hingga importir dan eksportir.
a. Pedagang Besar Distributor Agen Tunggal Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk barang
dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya diberikan hak wewenang wilayah daerah tertentu dari produsen. Contoh dari
agen tunggal adalah seperti ATPM atau singkatan dari agen tunggal pemegang merek untuk produk mobil.
b. Pedagang Menengah Agen Grosir Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya
dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan penjualan perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan distributor.
Contoh seperti pedagang grosir beras di pasar induk Kramat Jati.
c. Pedangan Eceran Pengecer Peritel Pengecer adalah pedangan yang menjual barang yang dijualnya langsung ke
tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran. Contoh pedangang eceran seperti alfamart dan indomaret.
53 d. Importir Pengimpor
Importir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari luar negeri ke negaranya. Contoh seperti import jeruk lokam dari Cina ke Indonesia.
e. Eksportir Pengekspor Exportir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari
dalam negara ke negara lain. Contoh seperti ekspor produk kerajinan ukiran dan pasir laut ke luar negeri.
f. Pedagang kaki lima Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah pedagang yang menjajakan
dagangan yang menggunakan gerobak. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “kaki” gerobak yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu
kaki. Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.
g. Pedagang Asongan Pedagang asongan mempunyai arti seorang pedagang yang membawa
dagangan mereka dengan cara di “asong” yaitu selalu dibawa- bawa dan diangkat untuk di tawarkan kepada para pembeli. Pedagang asongan biasa berjualan di terminal,
stasiun kereta, atau berkeliling di dalam pasar.
2.4 Status dan Peran Ibu Dalam Keluarga
Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam satu kelompok dalam suatu kelompok, atau dari satu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.
Adapun peran diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau
54 tugas seseorang. Dengan demikian tindakan status dan peran merupakan dua hal yang
saling berkaitan. Status menunjukkan siapa orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu.
Hampir di sebagian Negara menunjukkan bahwa kaum perempuan yang mempunyai status yang lebih rendah dan kesempatan yang lebih sedikit dari pada laki
– laki hampir di semua aspek ekonomi maupun dalam kegiatan sosial. Pada dasarnya status perempuan berdasarkan konsep dapat dijabarkan ke dalam dua tingkat yaitu,
pada tingkat mikro adalah status perempuan sebagai ibu rumah tangga, dan tingkat makro adalah status perempuan di masyarakat. Lebih jauh, indikator status perempuan
relatif terhadap laki – laki memiliki otoritas untuk membuat keputusanyang berkaitan dengan kegiatan ekonomi maupun produksi termasuk wewenang untuk membuat
keputusan mengenai pemenuhan hak – hak dasar anak. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan indikator dari status perempuan dalam rumah tangga harus
menggambarkan kedudukan perempuan relatif terhadap laki – laki dalam hal – hal yang berkaitan dengan sumber daya sosial seperti pengetahuan, hak, dan kekuasaan
maupun materi penghasilan, makanan sehingga kebutuhan dasar anak dapat terpenuhi.
2.5 Motivasi Ibu Rumah Tangga Bekerja