Integrasi ASEAN: Pembelajaran dari Uni Eropa

II. Integrasi ASEAN: Pembelajaran dari Uni Eropa

Dalam dokumen deklarasi pendirian ASEAN yang ditandatangani pada

8 Agustus 1967 di Bangkok, disebutkan dalam butir pertama dari tujuh butir, tujuan berdirinya ASEAN adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial budaya dalam kawasan melalui kerjasama dengan semangat kesetaraan dan kebersamaan untuk memperkuat dasar bagi terbentuknya sebuah komunitas masyarakat yang makmur dan damai. Dengan kata lain, b erawal dari suatu wadah untuk meningkatkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara, ASEAN kemudian meningkat dengan menjadikan kerjasama ekonomi sebagai alat mempererat hubungan regional. Pada tahun-tahun awal berdirinya ASEAN, perkembangan kerjasama ekonomi berjalan dengan sangat lambat. Baru pada ASEAN Summit ke-4 pada 1992 dicapai kesepakatan untuk kerjasama ekonomi yang semakin luas di antaranya dengan mengambil bentuk ASEAN Free Trade Area atau disingkat dengan AFTA. Jika perdagangan intra ASEAN pada 1980 hanya 15% dari total perdagangan ASEAN, maka porsi ini pada 1994 mencapai 20.52% dan meningkat lagi menjadi 22.61% pada 2004 (Hidayat, 2008).

Integrasi ekonomi dalam kerangka AFTA merupakan embrio lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community - AEC) yang merupakan salah satu dari tiga pilar utama integrasi negara- negara anggota ASEAN. AEC-blueprint ditanda tangani pada ASEAN Summit ke-13 di Singapura November 2007, Instrumen utama dalam AFTA adalah Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Berdasarkan data statistik ASEAN, kerjasama dalam kerangka AFTA

secara signifikan memiliki kontribusi meningkatkan trade-creation di antara negara-negara anggota ASEAN (Hidayat, 2008).

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) baru disepakati pada 2008. Inti dari AEC adalah transformasi ASEAN ke dalam sebuah pasar tunggal sekaligus sebagai basis produksi (a single market and production base), kawasan dengan keunggulan kompetitif tinggi (a highly competitive economic region), kawasan yang memiliki kesetaraan dalam pembangunan ekonomi (a region of equitable economic development), dan kawasan yang sepenuhnya terintegrasi dalam ekonomi global (a region fully integrated into the global economy). Semuanya ini akan diwujudkan pada tahun 2015 (Hidayat, 2008).

Integrasi ekonomi pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan akses pada pasar yang lebih luas untuk mencapai skala ekonomi yang

menguntungkan dengan melaksanakan pula diversifikasi produk. Di antara negara-negara di mana struktur ekonomi dan kemampuan teknologinya hamper sama, maka korporasi dengan kinerja, skala usaha dan kemampuan teknologi yang memadai akan meningkatkan perdagangan luar negerinya; membuka peluang untuk proses

integrasi yang aktif dan kumulatif. Jika syarat ini dipenuhi maka integrasi ekonomi akan mudah dipercepat.

Sampai saat ini integrasi regional yang dianggap paling berhasil adalah Uni Eropa (UE), jadi tidak ada salahnya jika hal ini dijadikan pembelajaran. Integrasi Uni Eropa juga memakan waktu yang cukup lama untuk sampai kepada bentuknya yang sekarang. Cikal bakal UE adalah Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang berdiri pada 1957, kemudian baru setelah berselang 35 tahun pada 1992 dibentuk UE dengan Maastricht Treaty. Bagi Uni Eropa waktu yang relatif lama ini diperlukan untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan di antara mereka dan menciptakan suatu pasar tunggal di mana barang, jasa, manusia dan modal bebas bergerak di dalamnya. Single European Act yang ditanda tangani pada 1 Juli 1987 baru lengkap secara formal pada akhir 1992. Integrasi perdagangan merupakan sarana terpenting dalam integrasi wilayah ini (Salazar & Das, 2007).

Kini Uni Eropa telah menjadi kekuatan ekonomi dan politik terbesar

Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 87

di dunia. Ia merupakan pasar tunggal terbesar dengan kebijakan perdagangan, kebijakan pertanian dan kebijakan wilayah yang sama untuk membantu wilayah-wilayah yang miskin. Kerjasama ekonomi dibina mulai dengan menurunkan hambatan-hambatan perdagangan (trade barriers), penggunaan nilai tukar yang sama, dan bergerak ke arah standar kehidupan yang convergence. Sejak 2003 wilayah ini mengalami penurunan pertumbuhan karena sedikit kesulitan anggaran. Berdirinya MEE ini didorong oleh kenyataan geopolitik dengan dipengaruhi oleh Amerika Serikat pada awalnya.

Proses integrasi ini melalui banyak kesulitan, karena anggota- anggota saling tidak percaya satu sama lain. Proses ini dipimpin oleh Perancis dan Jerman yang mendirikan Masyarakat Batubara dan Baja (European Coal and Steel Community - ECSC) pada 1951. Motivasi yang semula politik berubah menjadi motivasi ekonomi. ECSC menghapus rivalitas lama antara Jerman dan Perancis dan member dasar bagi pembentukan ‘Federasi Eropa’. Kemudian pada 1-2 Juni 1955, menteri luar negeri dari 6 negara penandatangan ECSC memutuskan untuk memperluas integrasi ke semua bidang ekonomi; tahun 1957 ditandatangani European Atomic Energy Community (EAEC) atau dikenal juga dengan Euratom. Selain itu juga disepakati European Economic Community (EEC) yang bersama dengan EAEC mulai berlaku sejak 1958.

Kemudian pada 1985, Belanda, Belgia, Jerman, Luxemburg dan Perancis melalui Schengen Agreement bersepakat untuk secara bertahap menghapuskan pemeriksaan di perbatasan mereka dan menjamin pergerakan bebas manusia, baik warga mereka maupun warga negara lain. Perjanjian ini kemudian diperluas dengan memasukkan Itali (1990), Portugal (1991), Yunani (1992), Austria (1995), Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia (1996).

Dalam hal lamanya waktu, tampaknya ada kesamaan antara Uni Eropa dan ASEAN. Kurun waktu yang diperlukan ASEAN untuk mencapai kesepakatan AFTA adalah 25 tahun, AEC blueprint setelah

40 tahun dan ASEAN Charter 41 tahun. Transformasi ASEAN menjadi wilayah di mana arus barang, jasa, tenaga terampil (skilled labour) dan modal bergerak bebas akan dilakukan melalui AEC. Tantangan berat akan terjadi karena sekalipun Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar, tetapi secara ekonomi ia bukanlah pimpinan dalam perdagangan di kawasan ini. Selain itu, berbagai tantangan ekonomi mikro membatasi potensi Indonesia sebagai ‘hub’ untuk FDI yang mencari tempat menaruh jangkar di pasar ASEAN yang terdiri dari 10 negara, 620 juta penduduk dan US$ 1.8 trilyun GDP gabungan. Tabel 1 berikut memperlihatkan kondisi umum negara- negara anggota ASEAN yang telah bersepakat untuk mempercepat proses integrasi dari tahun 2020 ke tahun 2015.

Tabel 1 Kondisi Umum Negara-negara Anggota ASEAN, 2008

s (000) u ah sk N

egar ta) gk g-

ed K u T P en ib k emi P Ek gar n as (2003-2008) d (%, 2007)

- Brunei Darussalam

10.1 2,125 - Indonesia

5.7 6,234 16.58 Lao PDR

7.4 1,731 - Malaysia

5.3 661 - Philippines

5.5 3,139 - Singapore

6.9 10,116 - Thailand

4.7 14,932 - Vietnam

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2008, diolah.

Keanggotaan ASEAN yang tahun ini berusia 44 tahun dimulai dengan hanya lima negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) yang dengan berjalannya waktu bertambah sehingga saat ini telah beranggotakan 10 dengan masuknya Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam. Hubungan antarnegara yang semula informal ini kemudian diperkuat lagi dengan Piagam ASEAN

Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 89

dengan AEC sebagai pilar integrasi ASEAN, terdapat dua pilar lainnya yaitu ASEAN Political Security Community (APSC) dan ASEAN Socio- Cultural Community. Pada ASEAN Summit ke-12 Januari 2007, realisasi komunitas ASEAN (ASEAN Community) dipercepat menjadi tahun 2015. ASEAN berusaha berubah menjadi lebih berorientasi pada manusia (people-oriented) dengan one vision, one identity, dan one community.

Uni Eropa membuat kebijakan yang sama dalam beberapa bidang: pertanian, consumers affairs, lingkungan, energi, transportasi, dan perdagangan. ASEAN juga telah mengambil langkah-langkah konkrit

mengenai hal ini 2 , seperti dalam mengatur agar aliran barang menjadi bebas melalui penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, penyatuan kepabeanan (custom integration), ASEAN single window, harmonisasi standar danan pengaturan teknis penghambat perdagangan.