Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Mekong

IV. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Mekong

Asia Tenggara memiliki banyak sungai besar di mana masyarakat menggantungkan hidup. Sungai besar yang akan dibahas dalam tulisan ini, Sungai Mekong melewati daerah yang luas dan mencakup beberapa negara. Sungai Mekong adalah salah satu sungai utama di dunia. Sungai Mekong merupakan sungai terpanjang ke-12 di dunia, dan ke-10 terbesar dalam volume (melepas 475km³ air setiap tahun), mengisi wilayah seluas 795.000 km². Dari Tibet, Sungai Mekong mengalir melalui China propinsi Yunnan, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam (Sunchindah, 2003). Daerah aliran sungai (DAS) Mekong sering disebut Subkawasan Mekong Besar (Greater Mekong Subregion).

Gambar 1. Peta Subkawasan Mekong

Sumber: Wikimedia, 2011. Subkawasan Mekong adalah bidang ekonomi alami yang diikat

bersama oleh Sungai Mekong, mencakup 2,6 juta km² dan memiliki jumlah penduduk gabungan sekitar 326 juta orang. Subkawasan ini mencakup flora dan fauna yang telah berkembang di sepanjang utara Semenanjung Malaysia ke Thailand, merambah pegunungan tinggi mulai dari Himalaya, atau sepanjang lembah-lembah sungai yang luas sebagai hutan gugur daun kering mirip dengan India. Sepuluh juta tahun perubahan permukaan air laut telah meninggalkan warisan yang kaya, yaitu bentuk kehidupan unik yang telah berevolusi dalam isolasi di Gunung Cardamom dan Annamite di Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.

Sumber daya ini merupakan sumber penghidupan untuk sebagian besar manusia di subkawasan ini yang sebagian besar bercorak pertanian. Tanah di kawasan tersebut menghasilkan kayu, mineral, batubara, dan minyak bumi. Sedangkan air sungai Mekong mendukung pertanian dan perikanan serta menyediakan energi dalam bentuk

Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 77

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Cadangan batubara, minyak dan gas di subkawasan ini juga melimpah, sebagian besarnya terdapat di Myanmar, Thailand dan Vietnam. Sumber daya energi yang melimpah ini relatif masih terbengkalai.

Saat ini, modernisasi dan industrialisasi menyebabkan negara-negara yang dilalui sungai Mekong secara bertahap beralih dari pertanian ke ekonomi yang lebih beragam dan terbuka. Sejalan dengan ini adalah hubungan komersial yang tumbuh di antara enam negara Mekong, terutama dalam hal perdagangan lintas-perbatasan, investasi, dan mobilitas tenaga kerja. Selain itu, sumber daya alam, khususnya tenaga air, mulai dikembangkan dan dimanfaatkan secara bersama oleh negara-negara di subkawasan Mekong. Anugerah sumber daya alam dan manusia di wilayah Sungai Mekong telah menjadikannya sebagai kawasan baru pertumbuhan ekonomi Asia (Asian Development Bank, 2010:14).

Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam pada tahun 1995 membentuk Komisi Sungai Mekong (Mekong River Commision - MRC) untuk membantu pengelolaan dan penggunaan sumber daya Mekong secara terkoordinasi. MRC merupakan sebuah organisasi yang menerapkan program terpadu antara pengentasan kemiskinan dan pengurangan resiko bencana yang disebabkan masalah lingkungan. Pada tahun 1996, China dan Myanmar menjadi “mitra dialog” dari MRC dan enam negara sekarang bekerja sama dalam suatu kerangka kerja sama (Sackler, 2006:256). Setelah banjir besar di Vietnam dan Kamboja pada tahun 2000, MRC mengembangkan strategi menyeluruh untuk manajemen dan mitigasi banjir yang menekankan perencanaan penggunaan lahan, langkah-langkah pencegahan struktural, kesiapsiagaan dan tanggap darurat banjir (Asian Disaster Preparedness Center, 2004:28).

Kerusakan lingkungan adalah tantangan terbesar bagi negara-negara di Subkawasan Mekong-yang mana merupakan sebuah kawasan yang kaya dengan sumber daya alam tapi memiliki angka kemiskinan yang tinggi (Environment News Service, 2004). Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh para ahli lingkungan di Subkawasan Mekong,

masalah lingkungan yang paling mengancam masyarakat yaitu menurunnya produktifitas lahan pertanian dan kualitas hutan serta air yang buruk (Bangkok Post, 2002).

Subkawasan Mekong akan menjadi tantangan bagi ASEAN ke depan terutama karena beberapa negara di subkawasan tersebut tergantung pada sumber daya di sekitar aliran Sungai Mekong. Bila sungai Mekong tidak dikelola dengan baik, terutama terkait dengan kondisi lingkungannya, akan merugikan negara-negara tersebut dan ASEAN secara umum.