Prosedur Pengembangan

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh dalam membuat produk. Prosedur memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, disebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, dijelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan dijelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.

Untuk memperoleh butir soal tes yang memenuhi unsur kriteria baik, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan menggunakan langkah-langkah

menurut Djemari Mardapi yang masih umum dan akan dijabarkan menjadi lebih jelas sehingga diperoleh alur penelitian seperti pada Gambar 3.1.

commit to user

Gambar 3.1. Alur pengembangan Tes.

(Djemari Mardapi, 2004:88)

Menyusun Spesifikasi Tes

Merakit Soal

Memperbaiki Tes

Menafsirkan Hasil Tes

Memasukkan Soal ke dalam Media (MOODLE)

Menulis Soal Tes

Spesifikasi tes terdiri dari: - Tujuan tes - Kisi-kisi tes - Bentuk tes - Panjang tes

Menganalisis Secara Kualitatif

Analisis secara kualitatif dilakukan oleh: - Dosen pembimbing - Guru Fisika

Melakukan Ujicoba

Meliputi: - Daya Pembeda - Tingkat kesukaran - Keefektifan pengecoh

- Reliabilitas

Menganalisis Secara Kuantitatif

Melaksanakan Tes

commit to user commit to user

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut:

a. Menentukan Tujuan Tes Seperti yang telah disebutkan bahwa ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Pada penelitian ini, tes yang dibuat adalah tes sumatif. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran Fisika.

b. Penulisan Kisi-Kisi Soal Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama.

Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes yaitu:

1) Menulis tujuan umum pelajaran

2) Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan

3) Menentukan indikator

4) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan

c. Menentukan bentuk tes Pemilihan bentu tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda karena jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak yaitu bab kalor.

d. Menentukan panjang tes

commit to user commit to user

2. Menulis Soal Tes

Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik.

Pedoman utama dalam pembuatan tes pilihan ganda adalah:

a. Pokok soal harus jelas

b. Pilihan jawaban homogen

c. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama

d. Tidak ada petunjuk jawaban benar

e. Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah

f. Pilihan jawaban angka diurutkan

g. Semua pilihan jawaban logis

h. Jangan menggunakan negatif ganda

i. Kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan peserta tes j. Bahasa yang digunakan baku k. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak

3. Menganalisis Secara Kualitatif

Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah pada soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Pada penelitian ini telaah soal dilakukan oleh ahli yaitu dosen pembimbing dan guru Fisika SMA. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat memperaiki kualitas soal yang dibuat.

commit to user

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, Ujicoba perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Ujicoba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empiric tentang tingkat kebaikan soal yang disusun. Pada penelitian ini ujicoba dilakukan dengan menggunakan dua buah paket soal yang parallel yang diujikan pada dua kelas yang berbeda. ujicoba dilakukan di SMA Negeri Jumapolo. Melalui ujicoba dapat diperoleh data tentang reliabiltas, validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda,dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan maka akan dilakukan perbaikan dan pembenahan.

5. Menganalisis Secara Kuantitatif

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari ujicoba yang dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal antara lain:

a. Validitas Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas isi. Cara yang ditempuh dengan analisis rasional yaitu apakah butir-butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat atau belum. Analisis dilakukan dengan cara mengandalkan telaah soal oleh suatu panel ahli dalam bidang mata pelajaran Fisika. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara tabel spesifikasi dengan butir soal dan masing-masing butir di analisis berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila butir tes telah mewakili bahan pelajaran.

b. Reliabilitas Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberkan hasil yang tetap. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek, atau untuk mengetahui keajegan instrumen, artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan

commit to user commit to user

r 11 = n

n −1

s 2 −∑pq s 2

di mana : r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p

= proporsi subjek yang menjawab item benar q

= proporsi subjek yang menjawab item dengan sala ∑pq = jumlah perkalian anatara p dan q n

= banyak item S

= Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).

Besarnya reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi besarnya koefisien korelasi sebagai berikut : 0,800 < r 11 ≤ 1,00 : sangat tinggi 0,600 < r 11 ≤ 0,800 : tinggi

0,400 < r 11 ≤ 0,600 : cukup 0,200 < r 11 ≤ 0,400 : rendah

0,000 ≤ r 11 ≤ 0,200 : sangat rendah Sumber : dasar-dasar evaluasi pendidikan (Suharsimi Arikunto, 1995:98)

c. Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Suharsimi Arikunto, 1995:211). Soal yang terlalu mudah akan membuat siswa tidak berusaha untuk memecahkannya. Sebaliknya jika soal terlalu sukar siswa akan merasa putus asa karena soal tersebut berada diluar kemampuannya.

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang bisaanya dinyatakan dalam indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang

commit to user commit to user

Tingkat Kesukaran = jumlah siswa yang menjawab benar butir soal jumlah siswa yang mengikuti tes

Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digolongkan seperti berikut ini: 0,00-0,30 soal tergolong sukar 0,31-0,70 soal tergolong sedang 0,71-1,00 soal tergolong mudah

d. Daya Pembeda (DP) Menurut Suharsimi Arikunto (1995:215) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.

di mana: DP = Daya Pembeda Soal BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

N = Jumlah siswa yang mengerjakan tes Adapun klasifikasinya adalan seperti berikut ini yang dinyatakan oleh Crocker dan Algina dalam Departemen Pendidikan Nasional (2009:12).

commit to user

0,30-0,39

Soal diterima tetapi perlu diperbaiki

0,20-0,29

Soal diperbaiki

0,19-0,00

Soal tidak dipakai/dibuang

e. Keefektifan pengecoh Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh:

1) Paling tidak dipilih oleh 5% peserta tes/siswa

2) Lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi Sumber: Analisis Butir Soal diterbitkan oleh Departemen pendidikan Nasional

6. Memperbaiki Tes

Setelah ujicoba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini bisaanya dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu revisi, beberapa butir mungkin direvisi, atau mengkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7. Merakit Tes

Butir soal yang telah ditelaah selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, butir soal dirakit berdasarkan urutan pokok materi yang dipakai, sehingga diperoleh tes yang susunan butir soalnya teratur dalam arti butir soal diperoleh dari konsep, prinsip atas hukum yang sederhana sampai kompleks dalam pokok bahasan yang dipakai.

commit to user

Butir soal yang telah dirakit kembali kemudian dimasukkan dalam media (MOODLE). Setelah itu maka soal dapat dikerjakan melalui e-learning secara online.

9. Melaksanakan Tes

Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca ujicoba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes perlu dilakukan pemantauan oleh pengawas agar tes dilakukan dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan. Namun kehadiran pengawas disini tidak boleh sampai mengganggu peserta tes karena akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes harus dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes bisa tercapai.

10. Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria. Dalam penelitian ini digunakan acuan kriteria dalam penskoran. Jadi tinggi rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kriteria yang harus dicapai.

commit to user

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba yang akan dilakukan sebagai berikut :

Gambar 3.2. Alur desain ujicoba tes

Setelah soal ditelaah oleh dosen pembimbing dan guru Fisika kemudian soal di ujicobakan. Setelah dilakukan ujicoba, soal dianalisis dari daya beda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh. Setelah dilakukan analisis butir soal maka akan didapat butir soal yang baik. Setelah itu soal dirakit dan dilakukan pengujian tes yang sesungguhnya.

2. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo dan SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2011. Tempat penelitian secara kualitatif dilaksanakan di kampus UNS dan secara kuantitatif dilaksanakan di SMA Negeri Jumapolo dan SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar.

Penelaahan oleh Guru Fisika

Penelaahan oleh Dosen

Analisis Soal

Uji Coba Soal

Revisi

Melaksanakan Tes

Produk

commit to user

Jenis data dari penelitian ini yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli yang terdiri dari dosen pembimbing dan guru Fisika SMA.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari respon hasil tes berupa reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keefektifan distraktor.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Instrumen non tes berupa daftar cek. Daftar cek ini digunakan dalam penelaahan butir soal. Daftar cek disini berisi pernyataan mengenai ranah materi, konstruksi. Dan bahasa dari butir soal. Penelaah hanya memberi tanda ( √) pada nomor soal yang tidak sesuai dengan pernyataan yang diberikan.

b. Instrumen tes berupa kisi-kisi dan soal yang telah dikembangkan. Kisi-kisi ini terdiri atas 7 kolom yang masing-masing kolom berisi kompetensi dasar, materi pokok, uraian materi, indikator, jenis soal dan nomor soal. Satu indikator yang dibuat dikembangkan menjadi beberapa soal. Dari kisi-kisi ini dibuat 2 paket soal yaitu Soal A dan Soal B dimana kedua soal tersebut mempunyai kesamaan indikator artinya antara soal A dan soal B memiliki tingkat kesulitan yang hampir sama.