Deskripsi awal

A. Deskripsi awal

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal. Observasi awal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui secara langsung kondisi belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas D1-B. Observasi awal dilaksanakan pada Minggu ke 5 Bulan Januari 2010, tepatnya pada tanggal 25 dan 26 Januari 2010. Pada observasi awal ini peneliti mengambil tempat di kursi kosong di dalam kelas tersebut, sehingga peneliti tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

Pada observasi awal hari pertama, siswa yang hadir yaitu 2 siswa dari jumlah seluruhnya yaitu 3 siswa, sedangkan yang seorang lagi tidak hadir. Komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa di kelas ini yaitu dengan menggunakan komunikasi oral yang dipadukan dengan bahasa isyarat. Hal ini dilakukan untuk memperjelas maksud pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.

Pada observasi awal pembelajaran Bahasa Indonesia dalam usaha meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara, peneliti menemukan bahwa pengajaran yang dilakukan oleh guru kelas menggunakan media-madia yang sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan gambar yang digambarkan dengan kapur tulis di papan tulis. Siswa yang mengikuti pembelajaran terlihat kurang antusias dan kurang tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketika guru sedang menjelaskan pelajaran terkadang ada siswa yang melakukan kegiatan sendiri. Terkadang ada pula yang mengganggu teman di dekatnya. Saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk menjawab dan menuliskan jawabanya di papan tulis, siswa terlihat enggan dan tidak mau melakukan permintaan guru kelas tersebut. Setelah sedikit diberi peringatan yang agak keras dari guru, barulah siswa tersebut mau untuk maju ke depan kelas. Saat ada siswa yang maju ke depan kelas, terlihat siswa yang lain melakukan aktivitas sendiri di luar kegiatan belajar mengajar.

Pada observasi hari kedua siswa yang hadir berjumlah 2 siswa. Kondisi saat pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jauh berbeda dengan kondisi pada hari pertama. Pada hari kedua, guru kelas memberikan pertanyaan untuk mengulang pelajaran yang telah diajarkan pada hari sebelumnya. Terlihat hanya 1 siswa yang aktif menjawab, sedangkan 1 siswa yang lainnya tidak menjawab, dan ketika menjawab pun jawabannya salah. Akhirnya pada hari itu guru mengulang lagi pelajaran hari sebelumnya sehingga siswa-siswanya dapat mengingat kembali pelajaran tersebut. Setelah pengulangan pelajaran tersebut, barulah guru kelas melanjutkan meteri pelajaran ke materi selanjutnya. Tetapi siswa-siswa tersebut kurang tertarik dan terkesan sudah tidak mau melanjutkan kegiatan belajar. Melihat kondisi yang semakin kurang kondusif, guru kelas akhirnya mengarahkan siswa- siswanya untuk mengambil buku gambar dan meminta siswa-siswanya untuk menggambar dan mewarnai dalam buku gambar tersebut. Setelah siswa menggambar guru bertanya apa yang telah digambar oleh siswa, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan nama benda yang telah digambar tersebut. Bila siswa tidak dapat menyebutkannya, guru membantu siswa menyebutkan nama benda tersebut dan siswa diminta untuk menirukannya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas, diketahui bahwa kondisi kelas memang sering kurang kondusif. Siswa sering terlihat cepat bosan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menghafal nama-nama benda serta sulit untuk mengingat kata-kata yang telah diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga siswa labih banyak menggunakan isyarat dalam melakukan komunikasi.

Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan, didapatkan bahwa motovasi / ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam usaha meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga masih tergolong rendah sehingga menyababkan perbendaharaan kata yang dimiliki siswa menjadi rendah pula. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia pada tabel berikut:

Tabel 3. Perolehan Skor Observasi Motivasi Awal Siswa

Jumlah skor

No Subyek Kriteria

motivasi

1. AG 38 Sedang

2. AR

24 Rendah

3. IH 28 Rendah Rata-rata

30 Rendah

Dari tabel 3 dapat dilihat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran perbendaharaan kata di kelas D1-B. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa 1 dari 3 siswa memperoleh skor tertinggi yaitu 38 atau sebesar 33,33% yang berarti bahwa kriteria motivasi siswa tergolong sedang dan 2 siswa termasuk dalam kriteria motivasi rendah atau sebesar 66,67%. Dari data diatas diketahui bahwa rata-rata motivasi siswa kelas D1-B dalam mengikuti pembelajaran perbendaharaan kata pada observasi awal masih tergolong rendah.

Rendahnya motivasi siswa kelas D1-B SLB Negeri Salatiga tampak dalam beberapa indikator seperti kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam usaha meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara. Hal ini dapat dilihat dengan cepatnya anak merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru, perhatian siswa cepat berpindah pada hal lain seperti bermain bersama teman, mengerjakan pekerjaan lain diluar pelajaran, cepat terpengaruh bila melihat teman yang berada di luar kelas, seringnya siswa tidak mengindahkan perintah dan tugas dari guru. Siswa kurang menyukai cara mengajar guru dengan menggunakan media yang sederhana dan kurang menarik. Siswa mengalami kesulitan dalam berkomunikasi sehingga siswa tidak dapat mengungkapkan keinginannya kepada guru. Hal ini dapat disebabkan karena perbendaharaan kata siswa yang kurang sehingga siswa sulit untuk mengungkapkan keinginannya dan cenderung harus mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan keinginan guru.

Dari indikator tersebut, peneliti menganggap bahwa perlu adanya suatu tindakan untuk dapat membangkitkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga perbendaharaan kata siswa dapat meningkat. Dengan suatu tindakan tertentu dalam pembelajaran dan penggunaan media yang menarik diharapkan motivasi siswa dalam belajar dapat meningkat sehingga penguasaan perbendaharaan kata siswa kelas D1-B SLB Negeri Salatiga dapat meningkat pula.

Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam usaha meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu mengakibatkan rendahnya keterampilan bicara (pelafalan kosa kata) siswa yang pada akhirnya menyebabkan perbendaharaan kata yang dimiliki siswa menjadi sangat rendah. Hal ini menyebabkan siswa sulit untuk melakukan komunikasi dengan orang lain.

Pada minggu pertama bulan Februari 2010 yaitu tepatnya tanggal 3 Februari 2010, peneliti mengadakan pre test kepada siswa kelas D1-B SLB Negeri Salatiga. Tujuan diadakannya pre test yaitu untuk mengetahui/mengukur kemampuan awal perbendaharaan kata siswa kelas D1-B. Pada saat melaksanakan pre test, siswa yang hadir berjumlah 3 orang. Soal pre tes yang diberikan merupakan soal-soal sederhana tentang beberapa nama benda yang ada di sekitar siswa. Soal pre test tersebut merupakan soal yang harus dijawab secara lisan dan tertulis oleh siswa, sehingga pelaksanaan pre test dilakukan satu per satu secara individual oleh peneliti. Pada soal pre test tersebut disediakan gambar-gambar benda yang sering dilihat siswa, kemudian siswa diminta untuk menyabutkan nama benda tersebut. Bila benar, maka siswa diminta untuk menulis pada kolom yang telah tersedia. Bila siswa belum dapat melafalkan nama benda tersebut, maka siswa diminta untuk melanjutkan pada soal berikutnya. Pelaksanaan pre test berlangsung ± 15 menit untuk 1 orang siswa. Hasil yang diperoleh dari pre test tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Perolehan Penilaian Observasi Keterampilan Bicara (Melafalkan Kata) Siswa

Jumlah skor

No Subyek

keterampilan bicara

Kriteria