Variabel-variabel yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah

C. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah

Variabel-variabel yang mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh adalah volume produksi minyak cengkeh (X 1 ), harga domestik minyak cengkeh (X 2 ), harga ekspor minyak cengkeh (X 3 ), nilai tukar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X 4 ), dan volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya (X 5 ).

Berikut adalah hasil penelitian dari variabel-variabel yang diteliti:

1. Produksi Minyak cengkeh di Jawa Tengah (X 1 )

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengusahakan minyak cengkeh untuk tujuan ekspor. Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah yang mengusahakan minyak cengkeh adalah Kabupaten Banyumas, Batang, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Temanggung, Brebes, Purworejo, dan Kebumen.

Minyak cengkeh Jawa Tengah sebagian besar diusahakan di tingkat hulu dengan cara yang masih tradisional dan kualitas minyak yang dihasilkan bervariasi oleh satu sentra dengan sentra produksi lainnya, tergantung dari teknik penyulingan yang digunakan. Teknik penyulingan yang digunakan pada umumnya masih sederhana, yaitu

teknologi penyulingan uap-air (water-steam distillation) dengan menggunakan ketel penyuling dari bahan yang bukan stainless steel.

commit to user commit to user

Tabel 13. Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003. Tahun

Volume Produksi

(kg)

Laju Pertumbuhan Kg

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

Tabel 13 menunjukkan produksi minyak cengkeh Jawa Tengah yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar -10.246,81 Kg atau -2,05% per tahun. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1994 yaitu meningkat sebesar 207.703,77 Kg (230,13%) dari tahun sebelumnya. Sedangkan laju terendah terjadi pada tahun 1988 yaitu menurun sebesar 163.244,65 Kg (-90.79%) dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persentase volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah terhadap volume produksinya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:

commit to user

Terhadap Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa Tengah.

Tahun

Vol. Produksi

(Kg)

Vol. Ekspor

(Kg)

Persen ekspor terhadap produksi (%)

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata volume ekspor minyak cengkeh terhadap volume produksinya adalah sebesar 87,74%, sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1993), bahwa sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi di dalam negeri memang ditujukan untuk pasar ekspor.

2. Harga Domestik Minyak cengkeh di Jawa Tengah (X 2 )

Perkembangan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah dalam kurun waktu 1987-2003 berfluktuasi baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Perkembangan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah disajikan pada Tabel 15 berikut:

commit to user

Tahun 1987-2003.

Tahun

IHK

Harga Berlaku

Harga Konstan

Laju Perkembangan (%)

(Rp/Kg)

(Rp/Kg)

Berlaku Konstan 1987

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

Tabel 15 menyajikan dua macam harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah serta perkembangannya selama kurun waktu 1987-2003. Macam harga domestik yang disajikan berupa harga berlaku dan harga konstan. Harga berlaku adalah harga pada saat komoditas diperdagangkan, sedangkan harga konstan adalah harga berlaku yang telah dideflasikan atau disesuaikan berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Harga domestik minyak cengkeh yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga konstan dengan pertimbangan untuk menghilangkan pengaruh inflasi selama rentang waktu penelitian.

Tabel 15 juga menunjukkan perkembangan harga domestik yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar Rp 20.841,68 (36.64% per tahun) untuk harga berlaku, dan Rp 40.656,98 (29,73% per tahun) untuk harga konstan. Pada harga berlaku, harga domestik minyak cengkeh tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu Rp 61.625,00 per Kg, sedangkan harga terendah terjadi di tahun 1988 yaitu Rp 1.196,00 per Kg. Pada harga konstan, harga domestik minyak cengkeh

commit to user commit to user

3. Harga Ekspor Minyak Cengkeh di Jawa Tengah (X 3 )

Harga ekspor merupakan harga komoditas saat diperdagangkan di pasar internasional. Dengan memperhatikan perkembangan harga ekspor suatu komoditas yang diekspor, dapat diketahui seberapa besar potensi komoditas tersebut dalam memberikan sumbangan terhadap perolehan devisa negara. Perkembangan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah selama kurun waktu 1987-2003 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Minyak cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003.

Nilai FOB

Harga Ekspor

(US$/Kg)

Laju Perkembangan (%)

Berlaku Konstan 1987

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah mengalami fluktuasi dengan harga rata-rata per tahun sebesar US$ 10,03 untuk harga berlaku, dan US$ 16,68 untuk harga konstan. Harga berlaku tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar US$ 51,93, dan harga terendah terjadi pada tahun 1987 dengan harga sebesar US$ 1,81. Sedangkan harga konstan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar US$ 58,66, dan harga terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar US$ 2,13.

commit to user

Kondisi tersebut terjadi karena harga berlaku merupakan harga yang masih terpengaruh oleh inflasi maupun kondisi nilai tukar mata uang pada waktu tertentu. Sedangkan harga konstan merupakan harga yang telah mengalami penyesuaian dengan kondisi perekonomian pada tahun yang dianggap stabil (terdeflasi), yaitu berdasaran Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar tertentu (tahun 2002). Adanya pendeflasian tersebut menyebabkan kenaikan harga berlaku terlihat cepat dibandingkan dengan harga yang sebenarnya.

4. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap Rupiah (X 4 )

Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah adalah harga satu satuan dolar AS diukur dengan mata uang rupiah. Dolar AS merupakan mata uang asing yang berperan penting dalam kegiatan perdagangan internasional. Perubahan kurs dolar AS terhadap rupiah dapat menjadi pemicu naik turunnya ekspor produk pertanian, dalam hal ini minyak cengkeh. Perkembangan nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap

Rupiah, Tahun 1987-2003.

Tahun

Nilai Tukar Dolar AS Terhadap

Rupiah (Rp/US$)

Laju Perkembangan (%)

Berlaku

Konstan

Berlaku Konstan

12,82 2,79 Sumber : Bank Indonesia Kantor Semarang, 1987-2003.

commit to user

Serikat terhadap Rupiah yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada nilai berlaku, kurs tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 10.400,00, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1987 yaitu sebesar Rp 1.650,00. Pada nilai konstan, kurs tertinggi terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 11.767,23, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar Rp 5.836,39.

Harga berlaku mempunyai kecenderungan meningkat karena masih dipengaruhi oleh inflasi. Peningkatan terbesar pada harga berlaku terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 95,13% dari nilai sebelumnya. Sedangkan laju perubahan rata-ratanya sebesar 12,82% per tahun. Fluktuasi kurs yang terjadi pada harga berlaku merupakan dampak dari adanya inflasi yang terjadi pada tahun tersebut, perekonomian suatu negara, serta dipengaruhi oleh daya beli masyarakat terhadap barang impor. Keadaan tersebut mempengaruhi tingkat kurs Rupiah terutama terhadap Dolar Amerika Serikat.

Dari hasil penelitian terhadap variabel-variabel bebas dan tak bebas yang telah disajikan pada bab ini, maka dapat disusun sebuah tabel baru yang menyajikan variabel-variabel penelitian menjadi sebagai berikut: Tabel 18. Rekapitulasi Variabel-Variabel Penelitian.

Volume produksi

(Kg)

Harga domestik

(Rp/Kg)

Harga ekspor

(US$/Kg)

Kurs

Volume ekspor tahun sebelumnya

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

commit to user

Dengan menggunakan analisis regresi linier logaritma natural berganda dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y = 3,356 + 0,985 ln X 1 – 0,001 ln X 2 + 0,171 ln X 3 – 0,457 ln X 4 +

0,035 ln X 5

Bila dikembalikan kedalam bentuk aslinya, persamaan diatas dapat ditulis kembali menjadi persamaan linier berbentuk kepangkatan sebagai berikut: Y = 28,67 X 1 0,985 X 2 -0,001 X 3 0,171 X 4 -0.457, X 5 0,035

1. Ketepatan Model

Ketepatan model ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R 2 ). Dari hasil analisis, diperoleh nilai R 2 sebesar 0,983 dan nilai adjusted R 2 sebesar

0,975. Nilai R 2 yang mendekati 1 menunjukkan persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan (goodness of fit). Berdasarkan nilai R 2 yang diperoleh, dapat diartikan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu produksi minyak cengkeh Jawa Tengah (X 1 ), harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah (X 2 ), harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah (X 3 ), nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X 4 ) dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya (X 5 ) secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebasnya yaitu volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah sebesar 98,3%. Sedangkan sisanya 1,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari variabel bebas (X 1 -X 5 ) terhadap variabel tak bebas (Y), dengan kriteria jika nilai signifikansinya lebih kecil dari α 10%, maka variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Hasil analisis penelitian ini dengan uji

F dapat dilihat pada Tabel berikut:

commit to user

Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Model

Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rata-rata

Kuadrat

F hitung

F Tabel Sig.

16 Sumber: Hasil analisis data sekunder Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%.

3. Uji t

Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari α 10%, maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 20. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Variabel

Koefisien Regresi

t hitung Sig.

Produksi minyak cengkeh (X 1 )

Harga Domestik minyak cengkeh (X 2 )

Harga Ekspor minyak cengkeh (X 3 )

Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X 4 )

Volume ekspor tahun sebelumnya (X 5 )

0,586 0,570 Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 20 diketahui variabel bebas yang mempunyai nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai α 10% adalah variabel yang secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa

commit to user commit to user

4. Standar Koefisien Regresi

Variabel bebas yang paling berpengaruh diketahui dari perhitungan nilai standar koefisien regresi atau beta coefficient. Perhitungan ini dilakukan untuk variabel-variabel yang secara individual berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Hasil perhitungan sebagai berikut. Tabel 21. Nilai Standar Koefisien Regresi Tiap Variabel Yang Mempengaruhi

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Variabel

Standar koefisien

Regresi

Peringkat

Produksi minyak cengkeh (X 1 )

1,0172

Harga Ekspor minyak cengkeh (X 3 )

0,3159

Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X 4 )

-2,1816

1 Sumber : Hasil analisis data sekunder

Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai standar koefisien regresi terbesar adalah variabel kurs Dolar AS terhadap Rupiah dengan nilai standar koefisien regresi sebesar 2,1816 dengan arah hubungan negatif. Hal ini berarti bahwa variabel kurs Dolar AS terhadap Rupiah memberikan pengaruh yang terbesar dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Hubungan negatif menjelaskan bawa bila terjadi kenaikan kurs Dolar AS terhadap Rupiah, maka volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah akan menurun, begitu juga sebaliknya.

5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik

Model yang telah diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk memastikan bahwa model tersebut sudah memenuhi syarat sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau belum. Pengujian model

commit to user

LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 LnX5 LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 LnX5 LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 LnX5

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

LnX4 LnX5

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Multikolineritas Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC < 0,8). Tabel 22. Matriks Korelasi

Sumber: Hasil analisis data sekunder Berdasarkan Tabel 22 di atas, hasil dari analisis diperoleh nilai

matrik Pearson Correlation antar variabel bebas yang terbesar adalah 0,599, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.

b. Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu persamaan regresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah:

commit to user

Model Summary b

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

a. Predictors: (Constant), LnX5, LnX2, LnX4, LnX3, LnX1 b. Dependent Variable: LnY

Regression Standardized Residual

Dependent Variable: LnY

Scatterplot

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi. Tabel 23. Nilai Durbin Watson

Sumber: Hasil analisis data sekunder Berdasarkan Tabel 23, hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 2,265 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di wilayah kriteria 1,65 < DW < 2,35.

c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan diagram pencar (scatterplot).

Gambar 7. Diagram Pencar (Scatter Plot) Berdasarkan scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram tidak membentuk suatu pola tertentu, menyebar secara

commit to user

Dengan kondisi yang demikian, berarti dapat disimpulkan bahwa di dalam model yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas.

6. Elastisitas Ekspor Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Pengukuran elastisitas ekspor bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel bebas yang mempengaruhinya. Dengan menggunakan model regresi log-ganda, maka

koefisien kemiringan (slope coefficient) atau koefisien regresi (b 1 ) dari masing masing variabel bebas merupakan ukuran elastisitas variabel tidak bebas (volume ekspor minyak cengkeh) terhadap variabel bebas yang mempengaruhinya. Koefisien regresi yang selanjutnya disebut koefisien elastisitas dihitung hanya pada variabel bebas yang secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel volume ekspor minyak cengkeh. Adapun koefisien elastisitas variabel tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 24. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel bebas yang Berpengaruh

Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah.

Variabel Koefisien Elastisitas Keterangan

Produksi minyak cengkeh (X 1 )

Inelastis

Harga Ekspor minyak cengkeh (X 3 )

Inelastis

Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X 4 )

Inelastis Sumber: Hasil analisis data sekunder

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa nilai koefisien elastisitas dari variabel bebas produksi dan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu (Es < 1) dengan arah hubungan positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan yang terjadi pada produksi dan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Artinya, volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah akan mengalami perubahan ketika produksi dan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah berubah dengan presentase perubahan jumlah volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah lebih kecil daripada presentase perubahan kedua variabel bebas tersebut.

commit to user commit to user

Nilai koefisien elastisitas variabel bebas kurs dolar AS terhadap Rupiah memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu (Es < 1) dengan arah hubungan negatif. Besarnya koefisien elastisitas variabel adalah sebesar -0,457 artinya apabila terjadi peningkatan kurs dolar AS terhadap Rupiah sebesar 1% maka akan menaikkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,457% dalam kondisi normal dan begitu pula sebaliknya.

commit to user

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, secara bersama-sama mampu menjelaskan perubaan yang terjadi pada volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah sebesar 98,3%. Variabel-variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah yang diketahui dari uji F, dimana nilai signifikansinya lebih kecil dari α 10% (0,000 < 0,10).

Sedangkan melalui uji t, variabel yang secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh adalah variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan Kurs Dolar AS tehadap Rupiah. Lebih rincinya, variabel-variabel dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Produksi Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel produksi lebih kecil dari α 10% (0,000 < 0,10). Hal ini berarti variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai koefisien regresi dari variabel produksi yang juga merupakan koefisien elastisitas menunjukkan nilai sebesar 0,985 dengan arah hubungan yang positif. Artinya apabila terjadi peningkatan produksi minyak cengkeh sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,985%. Dengan kata lain volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan jumlah produksi minyak cengkeh Jawa Tengah.

Usaha minyak cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh

commit to user commit to user

Daerah penyebaran usaha kecil yang bergerak pada industri minyak cengkeh mengikuti sebaran daerah produksi masing-masing tanaman penghasilnya. Secara umum, rantai aliran komoditas dan pelaku yang terlibat dalam agroindustri minyak cengkeh tersebut relatif panjang. Pasar domestik bahan dan produk minyak cengkeh bersifat oligopsoni, yaitu kondisi dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas komoditas di pasaran. Kondisi yang demikian menyebabkan posisi tawar penyuling relatif lemah dibandingkan pedagang pengumpul yang sebagian besar sekaligus sebagai agen dari eksportir. Menurut Polontalo (2009), rantai pemasaran komoditas minyak cengkeh dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Bagan Alur Pemasaran Minyak cengkeh Minyak cengkeh yang diproduksi di Jawa Tengah sebagian besar dihasilkan oleh usaha kecil dengan teknologi proses dan peralatan penyulingan yang masih sederhana, sehingga menghasilkan produk dengan rendemen dan kualitas yang rendah. Rendemen dan kualitas minyak yang rendah menyebabkan minyak cengkeh yang telah diproduksi tidak dapat langsung

commit to user commit to user

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata sebesar 87,74% produksi minyak cengkeh Jawa Tengah ditujukan untuk pasar luar negeri. Dengan kenyataan tersebut, volume ekspor sangat bergantung kepada volume produksinya. Berkurang atau terhentinya volume produksi akan mempengaruhi volume ekspor yang ditawarkan ke pasar internasional. Sehingga dengan demikian menjadikan variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah.

2. Harga Domestik Minyak cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel harga domestik adalah sebesar 0,988 lebih besar dari nilai α 10% (0,988 > 0,10). Artinya, secara statistik harga domestik tidak berpengaruh secara individual terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Harga minyak cengkeh di tingkat domestik selalu lebih rendah dari harga ekspornya. Rata-rata harga domestik berlaku minyak cengkeh hanya sebesar Rp 20.841,68 / Kg. Sedangkan rata-rata harga ekspor berlaku minyak cengkeh mencapai US$ 10,03 / Kg atau setara dengan Rp 81.351,10 / Kg. Rendahnya harga minyak cengkeh di wilayah domestik menyebabkan para pelaku perdagangan lebih memilih untuk mengekspor ke pasar internasional.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar produksi minyak cengkeh Jawa Tengah ditujukan untuk pasar luar negeri karena keterbatasan teknologi pengolahan minyak cengkeh menjadi produk-produk turunannya. Naik turunnya harga minyak cengkeh di wilayah domestik tidak mempengaruhi volume yang diekspor, karena sebagian besar produksi tetap akan diekspor ke

commit to user commit to user

3. Harga Ekspor Minyak cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel harga ekspor lebih kecil dari α 10% (0,068 < 0,10). Artinya, secara statistik harga ekspor minyak cengkeh berpengaruh secara individual terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah di tingkat signifikansi 90%. Nilai koefisien regresi dari variabel harga ekspor menunjukkan nilai sebesar 0,171 dengan arah hubungan yang positif. Artinya apabila terjadi peningkatan produksi minyak cengkeh sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,171%. Dengan kata lain volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah selalu lebih besar daripada harga domestiknya. Rata-rata harga ekspor berlaku minyak cengkeh adalah Rp 81.351,10 / Kg. Sedangkan rata-rata harga domestik berlaku minyak cengkeh hanya sebesar Rp 20.841,68 / Kg. Kondisi tersebut menyebabkan para pelaku perdagangan lebih memilih untuk mengekspor minyak cengkeh ke pasar luar negeri, karena dengan demikian mereka akan memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada yang mereka jual di wilayah domestik. Hal itu sesuai dengan pernyataan Darmansyah (1986) yang menyatakan bahwa harga internasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor, semakin tinggi selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.

Meskipun harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah lebih tinggi dari harga domestiknya, namun dipasar dunia harga ekspor minyak cengkeh di pasar dunia relatif kecil. Nilai jual dari minyak cengkeh sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak cengkeh di Indonesia termasuk di Jawa Tengah sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat

commit to user commit to user

4. Kurs Dolar AS Terhadap Rupiah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel kurs Dolar AS terhadap Rupiah lebih kecil dari α 10% (0,047 < 0,10). Artinya, secara statistik kurs Dolar AS terhadap Rupiah berpengaruh secara individual terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah di tingkat kepercayaan 90%. Nilai koefisien regresi dari variabel kurs Dolar AS terhadap Rupiah menunjukkan nilai sebesar 0,457 dengan arah hubungan yang negatif. Artinya apabila terjadi peningkatan kurs Dolar AS terhadap Rupiah sebesar 1% maka akan menurunkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,457 %. Dengan kata lain, volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan kurs Dolar AS terhadap Rupiah minyak cengkeh Jawa Tengah.

Kondisi melemahnya kurs rupiah terhadap dolar justru sangat menguntungkan bagi eksportir minyak cengkeh, namun tidak demikian dengan para penyuling dan petani atsiri. Dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, para eksportir dapat menjual minyak cengkeh dengan harga tinggi. Sedangkan para penyuling dan petani atsiri tidak dapat menikmati keuntungan yang diperoleh dari melemahnya kurs rupiah terhadap dolar secara proporsional akibat keterbatasan pasar dan akses informasi.

5. Volume Ekspor Minyak cengkeh Tahun sebelumnya di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya lebioh besar dari α 10% (0,570 > 0,10). Artinya, secara statistik volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya

commit to user

Jawa Tengah. Hal tersebut dapat terjadi karena eksportir tidak mempertimbangkan volume ekspor pada tahun sebelumnya sebagai parameter keberhasilan ekspor tahun berikutnya. Para eksportir lebih berfokus pada kepastian negara tujuan yang berperan sebagai pelanggan dan permintaan negara-negara importir minyak cengkeh lainnya.

commit to user