Sejarah Kebijakan Migrasi Tenaga Kerja Era Orde Baru: Penciptaan Lapangan Kerja Tetapi Minim Perlindungan

B. Sejarah Kebijakan Migrasi Tenaga Kerja Era Orde Baru: Penciptaan Lapangan Kerja Tetapi Minim Perlindungan

Sejarah kebijakan migrasi tenaga kerja sudah dimulai sejak 1970 melalui Permen No 4 tahun 1970 yang mengatur Pengerah Tenaga Kerja. Permen ini diterbitkan oleh pemerin tah mantan Presiden Soeharto sebagai salah satu cara untuk menciptakan lapangan pekerjaaan karena saat itu peluang kerja di Indonesia masih terbatas (ILO 2011) dan ada kebutuhan sangat besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan idak hanya di dalam negeri tapi juga bekerja di luar negeri. Kebutuhan akan penciptaan lapangan pekerjaan pada masa itu tercermin pada pidato Soeharto pada peresmian Gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, 24 Februari 1977 (Soeharto, 1977).

Kebutuhan akan penciptaan lapangan pekerjaan lebih didasari oleh kepeningan ekonomi saja dan idak dibarengi dengan perlindungan. Hal ini

tercermin pada pasal 3 Permen No 4 tahun 1970 59 di mana pemerintah orde baru mendukung perusahaan pengerah tenaga kerja didukung namun tak

59 Pasal 3 Permen No 4 tahun 1970 mengatakan “syarat-syarat termaksud pada pasal 2 ayat 2 di antaranya melipui jumlah tenaga kerja yang akan dikerahkan, cara pengerahan, tempat

penampungan, biaya pengerahan, dan pengangkutan (kembali), upah, jam kerja dan lembur, cui, perumahan, ujian dan perawatan kesehatan, pemutus an hubungan kerja, cara pembuatan perjanjian kerja, tunjangan bagi keluarga yang diinggalkan, dan pengaturan dalam hal terjadinya kemaian.” penampungan, biaya pengerahan, dan pengangkutan (kembali), upah, jam kerja dan lembur, cui, perumahan, ujian dan perawatan kesehatan, pemutus an hubungan kerja, cara pembuatan perjanjian kerja, tunjangan bagi keluarga yang diinggalkan, dan pengaturan dalam hal terjadinya kemaian.”

tahun 1970 disahkan, pemerintah idak membuat kebijakan yang melindungi buruh migran, tapi malah pada 1983 pemerintah orde baru mengeluarkan iga kebijakan lain yang condong orientasi dukungan pada penempatan dan pengerahan tenaga kerja (lih. Hidayah 2013):

1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per 01/Men/1983 Tentang Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri.

Peraturan ini mengatur mengenai ijin usaha, tatacara memperoleh ijin usaha yang di dalamnya ada persyaratan bahwa perusahaan pengerah harus mampu membiayai sekurang-kurangnya 500 orang setahun untuk pengiriman BMI ke luar negeri, hak dan kewajiban perusahaan, pencabutan ijin usaha, serta ketentuan pidana.

2. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Kep. 128/ Men/1983 tentang Penggunaan Kartu Idenitas Tenaga Kerja Indonesia

yang Bekerja di Luar Negeri. Surat keputusan ini mengatur mengenai pokok-pokok data yang dicantumkan dalam kartu idenitas tenaga kerja seperi idenitas pemegang kartu, data paspor, data perusahan yang menempatkan, data perjanjian kerja, perpanjangan kartu.

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 149/Men/1983 tentang Tata Cara Pelaksana an Pengerahan Tenaga Kerja Indonesia ke Arab Saudi. Kepmen ini mengatur mengenai tata cara penempatan BMI ke Arab

Saudi, kewajiban pengiriman 50 persen gaji melalui bank pemerintah dan pengaturan mengenai biaya penempatan ke Arab Saudi sebesar USD 1.750 pada zaman tersebut.

Keiga penetapan kebijakan di atas —yang merupakan kebijakan paling awal yang diambil oleh pemerintah Indonesia mengenai buruh migran Indonesia—

jelas idak mengandung unsur perlindungan karena keiga kebijakan tersebut idak menjelaskan mengenai mekanisme pengawasan terhadap perusahaan pengerah tenaga kerja secara detail. Kebijakan tersebut juga idak menjabarkan kewajiban pemerintah dalam menyediakan layanan informasi, pendataan dan penanganan kasus yang lebih komprehensif. Kehadiran pemerintah dalam melindungi buruh migran dalam keiga peraturan di atas hanya tampak pada wewenang pencabutan ijin usaha perusahaan pengerah tenaga kerja bila idak mempromosikan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, idak mengambil calon BMI dari kantor Ditjen Binapenta dan idak menyampaikan laporan bulan mengenai pengiriman, pemulangan BMI. Dengan kata lain kebijakan tersebut lebih mendukung penempatan dari sisi ekonomi kewajiban pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan daripada mengintegrasikannya dengan aspek- aspek perlindungan buruh migran. Setelah terbitnya kebijakan pemerintah

pada 1983, sejumlah kebijakan diterbitkan pada ingkat Peraturan Menteri dan peraturan-peraturan lain di bawahnya.