Rekrutmen dan Perdagangan Ilegal

G. Rekrutmen dan Perdagangan Ilegal

Proses rekrutmen buruh migran merupakan proses yang sangat krusial, karena seringkali selama proses rekrutmen calon buruh migran mengalami penipuan. Penipuan yang dirasakan oleh para calon buruh migran pun

beragam, mulai dari biaya yang terlampau inggi, hingga calon buruh migran gagal berangkat setelah sekian lama mendekam di tempat penampungan. Selain itu, perekrutan ilegal juga dilakukan oleh para agen perusahaan swasta, sponsor maupun calo yang keberadaannya sudah menjamur dan

idak terelakan lagi. Disamping itu, kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses perekrutan yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta ini juga dinilai sangat merugikan bagi para calon buruh migran.

Saluran-saluran jasa tenaga kerja swasta ini kian meningkat, dikarenakan bisnis menjadi agen perusahaan swasta bagi calon buruh migran dinilai sangat menguntungkan. Banyak dari agen-agen swasta tersebut melakukan

25 Asian Migrant Centre (AMC), Indonesian Migrant Workers Union (IMWU), dan the Hong Kong Coaliion of Indonesian Migrant Workers Organizaion (KOTKIHO), Underpayment 2: Pemerasan Sistemais Berkepanjangan pada Buruh Migran Indonesia di Hong Kong: Suatu Studi Mendalam, ILO Indonesia dan Oxfam-HK, Hong Kong: 2007, hlm. 30.

26 Solidaritas Perempuan, Menguak Pelanggaran Hak Asasi Buruh Migran Indonesia: Catatan Penanganan Kasus BMPP-PRT Solidaritas Perempuan 2005 – 2009, Jakarta: 2010, hlm. 36. 27 Nusawungu Website, Kelola Informasi Migrasi TKI di Desa, , htp://nusawungu.com/kelola- informasi-migrasi-tki-di-desa/, diunduh pada hari Selasa, 1 Maret 2016, pkl. 16.30 wib.

“Lemahnya kontrol pemerintah atas proses rekrutmen TKI, seringkali sangat bermasalah. Minimnya informasi membuat warga sangat menggantungkan diri pada informasi calo atau sponsor PPTKIS yang sering idak tepat hingga pemalsuan dokumen lazim terjadi.”

Akhmad Fadli, Penanggung Jawab Forum Warga Buruh Migran

rekrutmen secara idak resmi dan idak memiliki izin. Prosedur yang mereka berikan pada saat awal perekrutan terkesan lebih mudah dan menjanjikan bagi para calon buruh migran, berbeda dengan badan-badan

migrasi resmi yang biasanya prosedur-prosedur tersebut sifatnya lebih mengekang, berbelit-belit, memakan waktu lama dan mahalnya tarif yang

diberlakukan oleh badan migrasi resmi. 28 Namun, dari agen-agen yang idak resmi dan idak memiliki izin itulah, seringkali mereka mengeksploitasi dan memperdagangkan para buruh migran perempuan yang sedang mencari

kesempatan untuk bekerja di luar negeri. Beberapa cakupan oleh para perekrut idak berizin dan idak resmi ini,

beberapa di antaranya termasuk: 29 • Perekrutan perseorangan atau agen di ingkat daerah setempat/

masyarakat, seperi kepala desa atau perempuan setempat (yang mungkin dirinya adalah migran yang sudah kembali). Para perekrut mengideniikasi para calon migran, khususnya perempuan atau anak-anak perempuan yang rentan, dan langsung melakukan pendekatan baik kepada mereka maupun keluarga mereka dan mendapatkan persetujuan diam-diam

melalui penipuan atau suatu pembayaran yang disetujui; • Para agen kelas teri yang bekerja terselubung di balik perusahaan-

perusahaan jasa tenaga kerja/perjalanan/wisata/hiburan/modeling/ perkawinan;

• Sindikat besar teroganisir dengan jaringan dan struktur yang rumit dan

luas, dan sering dengan hubungan kriminal yang tersebar di sejumlah negara.

Menurut Ketetapan umum Pasal 1 (3) UU No. 39/2004 mendeinisikan penempatan TKI sebagai kegiatan pelayanan. Menurut undang-undang, agen perekrutan swasta bertanggung jawab untuk mencocokkan TKI sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuan mereka dengan penyedia kerja di luar negeri. Agen perekrutan swasta bertanggung jawab atas proses

perekrutan menyeluruh, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelaihan, akomodasi sementara, persiapan keberangkatan, keberangkatan ke negara

melalui repatriasi ke Indonesia. 30 Di dalam peraturan juga dinyatakan bahwa

28 Internaional Labour Organizaion (ILO), Pedoman Informasi: Perekrutan dan Perjalanan untuk Pekerjaan di Luar Negeri, Kantor ILO Jakarta, 2004, hlm. 12.

29 Ibid, ILO, hlm 12. 30 Internaional Organizaion for Migraion (IOM), Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia: Gambaran

Umum Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di Beberapa Negara Tujuan di Asia dan Timur Tengah, Kantor IOM Jakarta, 2010, hlm. 22.

agen perekrutan hanya diizinkan untuk merekrut calon TKI yang terdatar di kantor daerah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tetapi agen

perekrutan dan pekerja lapangan justru lebih sering merekrut di desa-desa asal TKI, tanpa sepengetahuan pemerintah daerah di wilayah tersebut. Inilah

yang menyebabkan banyak pemerintah daerah idak mengetahui berapa banyak TKI yang berasal dari daerah mereka.

Selain itu, banyak dari buruh migran Indonesia idak mengetahui cara untuk bermigrasi dengan aman, sehingga seringkali dimanfaatkan yang menimbulkan begitu banyak korban penipuan, pemalsuan dokumen hingga pemerasan yang dilakukan oleh agen-agen yang idak bertanggung jawab. Di daerah di mana perekrutan dan pemberian kerja ke calon pekerja dilakukan oleh perusahaan swasta dengan minimnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setempat, membuat TKI mudah terperosok dalam prakter eksploitasi. Dalam konteks inilah perdagangan orang terjadi. Korban mungkin berangkat dari negara pengirim melalui jalur resmi atau bisa juga diselundupkan oleh jaringan kejahatan transnasional, dan mereka biasanaya berakhir dalam kondisi seperi budak, yaitu; idak dibayar, idak memiliki ruang kebebasan untuk bergerak dan seringkali mengalami siksaan. 31

Kasus di atas merupakan salah satu contoh perdagangan ilegal yang dilakukan oleh agen perekrut yang idak bertanggung jawab. Memang idak dapat

dipungkiri, populasi Indonesia yang sangat besar, ekonomi yang lemah dan akses pendidikan yang terbatas, secara idak langsung telah menguntungkan

beberapa pihak untuk melakukan perdagangan orang. Selain itu, rendahnya pemahaman mengenai fenomena perdagangan ilegal diantara orang-orang

awam, petugas pemerintahan dan badan-badan penegak hukum, maka perdagangan orang telah menjadi fenomena yang cukup besar dan meluas. 32